Pintu guild terbuka dengan pelan.

"Ah, ohayou Lu-chan!" sapa Levy, yang mengharapkan sahabatnya muncul dari balik pintu itu karena hanya Lucy-lah yang membuka pintu dengan normal. Namun, ekspetasinya berkebalikan dengan realita. Justru Natsu Dragneel, yang biasanya membanting pintu guild, muncul dari balik pintu yang terbuka lembut dengan senyum konyolnya yang membuat anggota guild merinding.

"Hai, minna!" sapanya tenang dengan mata berseri-seri.

"E-eh...?" Levy membuka mulutnya lebar-lebar.

"Oh, Levy. Jika kau mencari Lucy, dia ada di apartemennya, menulis novel. Dia akan menyusul." Natsu memberitahu sang kutu buku kalau saja ia bertanya-tanya dalam hati. Levy hanya mengangguk, bingung.

"Pagi, Natsu!" sapa Mirajane yang tengah mengelap piring kaca. "Kau mau fire whiskey, seperti biasa?"

Ekspetasi mereka adalah Natsu yang menjawab 'Ya!' dengan suara yang lantang dan langsung mencari Gray. Realitanya adalah, Natsu menjawab dengan tenang sembari menggeleng, "tidak usah, Mirajane. Terima kasih."

Kini Gajeel telah berhenti bermain gitar. "Oi, flamehead. Kau tak apa, hah?"

Natsu menoleh sedikit dan tersenyum, bukan nyengir seperti biasanya. Semburat merah muncul di pipinya, membuatnya menjadi seorang bishounen. "Tidak apa, Gajeel!" dan parahnya, ia tak meledek Gajeel dengan 'wajah besi' seperti biasanya!

"Kau yakin?" Macao sweatdropped.

"Kau tak sakit, nak?" tambah Wakaba.

"Yah. Tak biasanya Natsu-nii sekalem itu!" seru Romeo blak-blakan. Natsu memiringkan kepalanya dan lagi-lagi menjawab dengan kalem, "Apa yang kau katakan, Romeo?" ia beranjak dari tempat duduknya dan mendekati Romeo dengan ekspresi kosong.

Wakaba dan Macao yang berada di dekat situ panik. "He-hei! Natsu! Jangan kau apa-apakan anakku!" seru sang pria berambut biru yang berstatuskan sebagai ayah Romeo. Wakaba sendiri bersiap-siap dalam posisi berantem. Natsu tak menghiraukan mereka, ia terus berjalan ke depan Romeo yang juga berkeringat dingin, lalu ia berjongkok di depan bocah itu.

"Kau adalah material pacar yang baik, Romeo," ia menepuk kepala Romeo sambil tersenyum, membuat para member guild jawdropped. "Pertahankan sikap obsertifmu, yah!" ia lalu menghadap ke arah Mirajane, "Mira, bagaimana kalau segelas kopi hangat? Jangan tambahkan api."

"Secangkir kopi!" jerit semuanya di dalam hati.

"Secangkir kopi hangat, siap!" Mirajane tersenyum ceria seolah mengetahui sesuatu sembari melenggang masuk ke dapur guild.

Natsu kemudian duduk di tempat semulanya tadi dengan tenang. Ekspetasi anggota guild adalah seorang Natsu berteriak-teriak dan menantang Gray karena bosan, namun realitanya adalah, justru seorang Natsu tersenyum-senyum sendiri (jangan lupakan pipinya yang memerah itu) memandang tembok dan lemari bar yang penuh dengan wine yang tak bersalah. Jika kau mendengar lebih baik lagi, pemuda itu bahkan tengah bersenandung ria.

"HIEEEEE!" Freed menjerit histeris melihat kondisi sang pemuda yang terkenal hiperaktif itu. Evergreen hanya mendengus bosan, "apa yang salah dengan bocah itu?"

"Tentunya dia sedang diserang sebuah virus, Ever." Bixlow menjawab, menyeringai. "Virus! Virus!" 'Bayi-bayi' kesayangannya mengulangi perkataannya. "Kau kan punya banyak kenalan laki-laki. Tidak pernahkah kau melihat gejala itu?"

Evergreen menyipitkan matanya, mengamati Natsu. Lalu ia membetulkan kacamatanya. "Astaga, kau benar. Untuk pertama kalinya bocah itu terserang virus itu. Heh." Ia menyeringai.

"Apa yang aku lewatkan?" Freed bertanya.

"Oh, tidak, Freed. Bermainlah dengan Laxus di lantai dua." Jawab Evergreen asal, tertarik dengan sikap Natsu. Freed kemudian murung, mengatakan bahwa Laxus tercintanya sedang menjalankan misi.

Charle yang memerhatikan Evergreen dari kejauhan, menyimpulkan ekspresinya. "Lihat itu Wendy? Evergreen sepertinya sudah mengetahui apa yang aneh pada Natsu."

Wendy hanya tertawa kecil. "Natsu-san memang selalu penuh kejutan Charle. Apalagi jika bersama dengan Lucy-san. Hontou ni, mereka berdua menjadi tidak terkalahkan." Komentarnya, mengingat sikap Natsu dan Lucy satu sama lain. Mereka berdua selalu saja bisa membuat Fairy Tail menjadi lebih menarik.

"Lucy?" Charle tampak berpikir, kemudian ia menyeringai. "Ah, anak remaja jaman sekarang. Tidak kusangka Natsu sedang mengalaminya."

"Eh? Kenapa dengan Lucy-san dan Natsu-san?" tanya Wendy polos. Charle menggeleng, "Tidak penting." Ia kemudian melanjutkan untuk meminum jus pesanannya dari Mirajane dengan ekspresi tidak tertarik.

"Natsu, ini kopinya!" Mirajane kembali dari dapur lalu meletakkan secangkir kopi ke depan Natsu. "Sejujurnya aku kaget kau memesan kopi. Apa ada yang spesial dari hari ini?" Ia menyeringai kecil, agak memajukan tubuhnya ke counter bar untuk mendengar gosip panas hari ini. Lisanna kemudian ikut mendekat ke samping kanan Natsu dengan penuh minat.

"Aa, sankyuu, Mira!" jawab sang pemuda. "Eh, hai, Lis. Tidak, tidak ada yang spesial hari ini." Natsu menyeruput kopinya. MENYERUPUT. Menyeruput dengan elegan, tenang dan berkelas. Sangat, bukan Natsu Dragneel.

"Lalu kenapa kau terlihat sangat senang?" tanya Lisanna bingung, menatap sahabat masa kecilnya itu penuh antusias. Tak pernah ia melihat mata Natsu Dragneel secerah, seceria dan berseri-seri seperti itu. Dari tadi, yang ia tampakkan hanyalah senyum kebahagiaan yang tulus, dan Lisanna tak mengharapkan apapun selain penyebab kebahagiaan sahabatnya itu.

Semburat merah Natsu yang sudah hilang sedari tadi, muncul kembali. "Ti-tidak ada, kok!"

"Awwee, kok jadi tsundere begitu," keluh Cana yang tiba-tiba berada di samping kiri Natsu bersama dengan barrel bir kesayangannya. "Kau tahu, tuan? Daritadi kerjaanmu hanya tersenyum, tertawa kecil, merona merah, dan tidak bertarung sama sekali! Aku mencoba membaca kartuku hari ini, dan hasilnya aneh."

"Apa isinya?!" tanya Mira dengan suara agak keras.

"Entahlah aku lupa," jawab Cana santai sembari meneguk birnya. Lisanna sweatdropped.

"Ne, bertarunglah dengan Gray," bujuk Lisanna kemudian.

"Untuk apa?" tanya Natsu, yang sama sekali bukan ekspetasi anggota guild. "Bukankah bagus kalau guild ini tenang dan damai?" suaranya mulai mengecil di kalimat terakhir, lalu ia melamun lagi sembari tersenyum konyol.

"Sindrom Juvia," komentar Levy akhirnya, menyimpulkan. Yang lain mengangguk mengiyakan.

Pintu guild terbuka, dan menampilkan dua penyihir masuk dengan heran. "Apa perasaanku saja, atau guild sangat tenang?" komentar Gray sambil celingak-celinguk. Matanya tertuju kepada Natsu yang tersenyum kalem. "Sumber keributannya di sini, tetapi tetap tenang?"

"Bagus Gray! Kau datang!" sorak Wakaba. "Bagaimana kalau kau mengajak lover boy di sana berantem, hah?"

"Lover boy?" gumam Gray sweatdropped. "Tenang saja Wakaba. Sebentar lagi dia akan datang sendiri padaku membuat keributan pada hal sepele. Ck, mattaku." Gray berjalan tenang dengan kedua tangan di kantong celananya. Ia duduk di meja besar Tim Natsu biasanya duduk. Namun, hari ini Erza sedang ada misi dan Lucy sedang tak ada di guild, ini adalah kesempatan emasnya mengolah otot bersama Natsu. Tak akan ada yang mengawasi mereka berdua (uhukErzauhuk) dan mengomeli mereka berdua yang semakin hari semakin mirip dengan Erza kedua (uhukLucyuhuk)!

Lima menit berlalu, Gray harus mengakui bahwa ia merasa bosan. Elfman dan Gajeel anehnya berbincang-bincang damai. Prinsip pria Elfman saja jarang terdengar! Ini abnormal! 'Normal' dalam kamus Fairy Tail adalah minimal 1-2 perdebatan. Makanya, Gray menganggap keadaan guild hari ini abnormal!

"ARGH, SUDAH CUKUP DENGAN KEHENINGAN IN I!" seru Gray frustasi, menjambak rambutnya sendiri. Ia berdiri –tanpa sadar melepas bajunya– lalu berjalan sambil menghentakkan kedua kakinya ke arah rivalnya. "OI, FLAMEBRAIN!"

"Aa, Gray!" Natsu tersenyum lebar, tak menyadari wajahnya Gray yang mengerut heran.

"Di mana panggilan ice princess kebanggaanmu itu?" tanyanya agak merinding.

"Ice princess?" Natsu memiringkan kepalanya dengan heran. "Oh! Mungkin lain kali, Gray! Aku sedang tak ingin memanggilmu begitu." Di luar dugaan Gray, tangan kekar Natsu merangkul lehernya.

"APA—!"

"Kita kan sahabat, Gray? Ya kan?"

"..."

"Kita saling menyayangi kan, Gray?"

"...!"

"Ah, sesama nakama kita harus saling mencintai, kan?"

"...!"

"Apa kau mencintaiku, Gra—"

Cukup. Gray sudah tak tahan lagi. Sekujur tubuhnya merinding, dan dengan histeris ia melepaskan rangkulan rivalnya itu. "A-ADA APA DENGANMU, IDIOT?!"

"YA, ADA APA DENGANMU, IDIOT?!" dukung Macao dan Wakaba dari belakang, ikut merinding.

"Gihii. Terkena virus, kata Bixlow," Gajeel melirik Bixlow. Bixlow hanya mengangkat bahunya. Levy menutup bukunya yang ia baca untuk mengurangi kebosanan karena guild yang sepi dan ketidakhadiran Lucy. "Virus? Maksudmu, itu?" tanyanya, memastikan.

"Yeah," Gajeel menjawab sembari nyengir rubah. "Hei, tunggu, jika virus gay adalah virus yang kau pikirkan, kau salah."

"Aku tahu, Gajeel."

Beberapa anggota guild yang fujoshi terhadap Natsu dan Gray, mengerang kecewa setelah mendengar pernyataan Gajeel.

Natsu agak berjengit di kursinya. Ekspetasi se-guild adalah seorang Natsu yang langsung membalikkan badannya dan bertanya (lebih tepatnya berteriak) dengan kelewat antusias, bagaikan anak-anak yang menanyakan sesuatu. Realitanya adalah, Natsu yang sekarang memutar badannya dengan tenang dan menanyakannya dengan pelan pula, "Ne, virus apa yang kalian bicarakan?"

Lisanna membiru. "ADA APA DENGANMU, IDIOT?!" ia menggoyang-goyangkan bahu Natsu membuat yang digoyang memucat kaget. Anggota guild sweatdropped melihat sisi lain Lisanna (baca: sisi lain Lisanna yang seperti Mirajane).

"Ara, ara.." Mirajane hanya tertawa kecil. "Natsu, mungkin kau lelah. Lebih baik kau istirahat dulu di apartemen Lucy, ya?" ia mengusulkan. Natsu langsung bersemangat kembali ketika hal yang bersangkut-paut dengan Lucy disebutkan.

Melompat dari kursi dengan semangat, ia berlari keluar guild dan hanya meninggalkan kepulan asap. "Oke! Yosh! Aku pergi dulu!"

Saat mereka merasa pendengaran Natsu sudah di luar jangkauannya, Mirajane tersenyum lebar bersamaan dengan desas-desus anggota guild yang ramai. "Ah~ Natsu sudah besar! Aku bisa membayangkan Natsu kecil dan Lucy kecil bermain di tengah guild!" Lisanna tertawa dan Cana terkekeh. Ia tahu cepat atau lambat mereka berdua akan bersama.

"Saat Lucy datang nanti, kita harus menanyakan hubungan mereka,"

"Juvia mungkin akan senang karena kehilangan love rival,"

"Ngomong-ngomong, Gray kenapa memojok di situ?"

"Mungkin dia jadi fobia..." sweatdropped.

"Coba kau dekati dia,"

"Baikla—"

"JANGAN DEKATI AKU!"

"HUAPPA, GRAY BENAR-BENAR FOBIA!"

.

.

"Ah, selamat datang, Natsu. Bagaimana dare-mu?" Lucy tersenyum hangat ketika melihat kekasihnya masuk melewati jendela dengan wajah datar.

Natsu mengerutkan bibirnya, menandakan bahwa ia tidak suka dare kali ini. "Yah, untung saja Mirajane menyuruhku pulang, seperti dare-mu. Aku tak tahu kau sengaja atau tidak." Ia menghela napas, lalu menghempaskan tubuhnya ke ranjang Lucy.

Lucy duduk di tepian ranjangnya, tersenyum sembari meremas tangan Natsu yang lebih besar dan kuat. "Dare kali ini cuma bersikap tenang di hadapan anggota guild hingga ada yang menyuruhmu pulang, kan?"

"Ah, rasanya sel-selku mati semua kalau tak bergerak," komentar Natsu, mencium punggung tangan Lucy yang berlambang Fairy Tail. Lucy tertawa kecil. "Bukankah itu permintaanmu saat kau bosan melihatku membaca novel? Bermain truth or dare, katamu," Lucy mendengus. "Aku hanya membalaskan dendamku karena waktu membacaku kau ambil."

"Jadi, novelmu lebih penting dariku?" bisik Natsu, matanya berkilat jahil. Lucy menelan ludahnya, ia tahu persis kilatan itu. Pembalasan dendam dari Natsu sepertinya akan di mulai—

"KYAAHAHAHAHAHAHA! HENTIKAN NATSU! JANGAN GELITIKI AKU DI SITU! AHAHAHAH! STOP!"

"Beginilah rasanya saat aku tak bergerak!"

"AKU TAK PEDULI! NATSU! OI, NAT—mmmpfh—nnnhh..."

Dan, mungkin, itulah awal mula Natsu dan Lucy berciuman sepanjang malam yang mengakibatkan Lucy harus menetap di apartemennya lagi keesokan harinya, mengingat ia tak mungkin menggunakan cadar jika harus keluar...

If you know what I mean.

Btw, bagaimana kondisi Gray di guild, ya?

Ah, sudahlah.

Happy ending.

.

A/N: Aloha! Yama kembali dengan Oneshot Gaje ini yang absurd dan tak beralur-_- rasanya humornya agak maksa. Yama pengen mengeluarkan beban(?) dengan menulis, dan TADAA! Jadilah ini! /balalu

So, what do you think? Tinggalkan pikiranmu(?) di kotak review! Oh ya, kalo ada yang bisa menebak kenapa Lucy harus make cadar dan nasib Gray di guild... hmm, Yama kasih apa yha.. /digundulin

Sekian dari Yhama! #lagikambuh #abaikhan