Family Oh
.
Main Cast : Oh Sehun and Luhan (Pairing)
Romance and Family Story
Rated : T/M
Warning!
Yaoi! Gay! Boyslove!
M-PREGNANT!
Alur kecepetan!
.
Happy reading~~
.
"Hamil?"
Ini pertanyaan ke tiga kalinya yang dilontarkan ibu Luhan, yangmi. Bahkan ia sudah menahan diri agar tak membenturkan kepalanya sendiri ke tembok.
"Astaga." Yangmi menepuk jidatnya sekali, kemudian menatap Luhan yang di sambut tatapan polos darinya seakan ia adalah korban di sini.
"Berapa usia mu?"
"22?"
"Berapa usia Haowen?"
"Umm dua tahun."
Yangmi menghela napas nya sejenak. Ia tak bisa berbuat apa-apa, toh nasi sudah menjadi bubur tak ada gunanya ia mengelak.
Dan demi tuhan, Haowen masih berusia 2 tahun. Mengurus Haowen saja tidak becus apalagi jika mereka mempunyai dua anak nanti.
"Berapa usia kandungan mu?"
Luhan berpikir sejenak lalu menjawab, "baru tiga minggu hehe..." ia terkekeh karena menurutnya ini memalukan berkata jujur jika dirinya hamil, padahal anaknya yang bernama Haowen masih bau kencur alias baru berusia dua tahun, bahkan giginya saja baru tumbuh beberapa dan baru bisa berjalan walaupun pelan.
Luhan duduk dengan tak nyaman walau sofa itu terasa empuk tapi rasanya beda karena ia benar-benar merasa di interogasi oleh ibunya, pasalnya Yangmi terus bertanya dengan tatapan menyelidik seolah mencari tahu celah kebohongan Luhan.
"Apa kalian sering melakukan itu?"
"Apa yang di maksud itu?" Luhan bertanya balik membuat Yangmi memasang tampang datarnya dan dengan ogah-ogahan ia menjelaskan nya walau itu terdengar ambigu di telinga Luhan.
"Ck. Sehun menggagahimu."
Ya, ini sangat ambigu sebelum Luhan menyadari maknanya, karena faktanya ia itu telat mencerna apa maksud dari ucapan tersebut. Dan beberapa menit kemudian setelah ia berpikir panjang maka hanya wajah merah padam yang Luhan tunjukan pada ibunya setelah Luhan paham apa maksud perkataan tadi.
"Uhh itu, aku tak bisa menjelaskannya."
Tertawa konyol seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal adalah kebiasaan Luhan ketika dirinya merasa malu dan canggung.
"Hmm, baiklah mama akan pulang sekarang. Oh ya ganti popok Haowen jika dia sudah pipis, kau harus mengecek nya setiap waktu."
"Siap mama boss!" Luhan berdiri layaknya tentara dengan sigap langsung memberi hormat.
Dimata Yangmi, hal itu sangat menggemaskan sampai ia tak tahan untuk mencubiti pipinya yang tembam itu hingga melar.
"Berapa sih usiamu. Sudah hamil kedua saja sikap mu seperti bocah 10 tahun, apalagi wajah mu. Mama jadi kasihan padamu karena sering di cabuli phedophil seperti Sehun."
Luhan merengut, "Sehunku bukan phedo, Maa."
"Yayaya, Sehun mu bukan phedo, tetapi seorang pria cabul."
"Astaga, bicara mama sangat keterlaluan!". Bibir Luhan mengerucut lucu membuat Yangmi tergoda untuk menarik bibir itu untuk di ikat.
"Berhenti bertingkah imut sayang."
"Aku tidak bertingkah imut!"
"Hei, bukan mama yang berbicara tadi."
"huh?"
"itu Sehun, di belakangmu."
Buru-buru Luhan menoleh ke belakang. Dan benar saja Sehun ada di sana, di ambang pintu masuk sedang tertawa geli padanya.
Luhan salah tingkah jika Sehun menatapnya seperti ini. Faktanya selama 4 tahun usia pernikahan mereka, Luhan selalu saja merasa canggung jika mengingat dulu Sehun itu adalah guru yang sering ia untit.
Membuat lagi-lagi pipi nya merona tanpa ia sadari. Luhan tertawa konyol dan memilih pergi ke kamarnya melewati Yangmi yang sekarang lebih terlihat seperti obat nyamuk.
"Anak itu kenapa?" tanya Yangmi.
"Luhan memang selalu seperti itu ma jika bertatap denganku, dia itu pemalu akut."
"Setahuku dia anak tidak tahu malu. Baiklah mama pulang sekarang."
"Aku antar-"
"Tidak usah, kau baru pulang. Sebaiknya kau temani Luhan, pasti anak itu menginginkan sesuatu."
Sehun mengernyit, Mencerna apa yang Yangmi katakan tadi, karena Itu masih menjadi tanda tanya di kepalanya.
.
.
.
.
.
Luhan baru saja selesai mandi tapi langsung disuguhi pemandangan Sehun yang sedang mengerjakan pekerjaan nya. Bukan itu yang menjadi pusat perhatiannya, melainkan kacamata minus yang membingkai di mata Sehun membuatnya berkali-kali lipat lebih tampan. Ia lebih terlihat dewasa dan berwibawa, padahal Sehun hanya mengenakan kaos oblong hitam.
Luhan selalu suka jika melihat wajah serius Sehun, dia sangat tampan dan cool.
Canggung dan lagi-lagi malu. Luhan tidak tahu apa yang terjadi padanya, sekarang ia lebih pemalu semenjak dirinya dinyatakan hamil. Sehun tidak mengetahui hal ini, karena Luhan belum berani berbicara. Bukannya takut berbicara, tapi rasa malu yang mendominasi dirinya.
Hanya ibu, dirinya dan Tuhan lah yang tahu jika Luhan hamil lagi.
Langkahnya ia bawa menuju ranjang super besar yang mana terdapat Sehun disana. Ia menoleh dan tersenyum pada Luhan, Sehun berharap ia mendapat balasan senyum super manis dari nya, tapi yang ada hanya raut lelah yang Luhan perlihatkan.
Sehun memilih bertanya, barangkali Luhan sakit dan ia tak mau terjadi apa-apa pada nya.
"Kau baik-baik saja?"
Luhan mengangguk dan memilih berbaring menyamping menghadap Sehun.
Tangan nya ia letakan di kening Luhan dan tak merasakan suhu panas, ini normal berarti Luhan tak sakit.
"Tapi kelihatan nya kau tak baik." ujar Sehun seraya meletakan laptop nya di nakas dan memilih berbaring mendekap Luhan.
"Sehun?" Luhan ingin membicarakan hal ini, tapi apa respon dari Sehun nantinya?. Luhan takut jika Sehun belum siap.
"Ya?"
.
"Apa pendapatmu-..tentang bayi?"
Alis Sehun terangkat mendapati pertanyaan tiba-tiba dari Luhan, "Umm Bayi seperti Haowen?"
Luhan mengangguk.
"Mereka itu lucu dan menggemaskan terkadang merepotkan juga sih."
Luhan hendak menyahut namun sengaja Sehun potong.
"Tapi pengecualian untuk Haowen. Haowen itu penurut, sikapnya sangat tenang dan jarang menangis. Ia hanya akan menangis jika dirasa perlu. Walaupun menangis, itu tak akan lama."
"Kenapa kau bertanya seperti itu?" lanjutnya.
Benarkan. Terdengar dari jawaban nya yang pertama saja sudah membuktikan jika Sehun belum siap. Luhan hanya takut Sehun terlalu menyayangi Haowen dan tidak memikirkan anak kedua mereka nantinya.
Dipikiran nya bagaimana jika anak kedua mereka mempunyai sifat manja dan cengeng, apa Sehun bakal menyayanginya atau bahkan Sehun merasa risih?. Yang Luhan inginkan adalah Sehun menjadi ayah yang adil untuk anak-anaknya kelak, tak peduli bagaimana sikap mereka.
"Tidak." Luhan hanya perlu mencari waktu yang tepat untuk memberitahukan hal ini pada Sehun. Pikiran dan tubuhnya sudah lelah, jadi ia memutuskan untuk tidur dengan menyembunyikan wajahnya di dada Sehun seperti biasa.
...
"Haowen, Come here boy-... No no no."
.
Kelopak mata Luhan terbuka ketika sayup-sayup suara Sehun menyapa indra pendengarannya.
Ia mendengar celotehan Haowen yang sangat ceria seperti tengah berdebat dengan ayahnya walau ia hanya menggunakan bahasa bayi.
Dan juga suara Sehun yang terus berbicara menggunakan bahasa asing di selingi tawaan.
Penasaran, Luhan langsung bangun dari tempat tidurnya lalu membasuh wajah terlebih dahulu sebelum menghampiri dua kesayangan nya di luar.
Pertama kali ketika Luhan membuka pintu kamar adalah pemandangan Haowen yang tengah berdiri di depan meja kecil khusus bayi yang sengaja Sehun belikan. Tangan kirinya ia gunakan untuk berpegangan pada sisi meja, sementara tangan kanan nya sedang berusaha untuk meraih laptop Sehun yang terbuka dan masih menyala. Seperti ingin menekan keyboard disana.
Sementara Sehun sibuk berteriak kecil untuk mencegah Haowen menyentuh benda itu, sekejap ia berhenti berteriak membuat Haowen si pintar memiliki peluang untuk menyentuh lalu Sehun dengan sifat jahilnya kembali berteriak 'No' membuat Haowen menahan lengannya dan melirik Sehun dengan tatapan mata tajam diselingi celotehan khas bayi sampai mengundang tawa dari Sehun.
"No Baby, dont touch."
"Dadada..dadadadada!..."
"Sorry, hahahahaha..."
Sehun tertawa renyah ketika Haowen melayangkan protesan nya dengan wajah lucu, bahkan sampai liurnya menetes.
Luhan pun ikut tertawa di ambang pintu dan tanpa ragu langsung menghampiri Haowen dan suaminya.
"Hai sayang, apa tidurmu nyenyak?"
"Hmm." jawabnya singkat.
Luhan mendaratkan bokongnya di karpet tepat di samping Sehun. Sehun langsung menghadiahinya dengan kecupan basah di seluruh wajah Luhan.
"Sehun, lebih baik kau jangan terlalu sering berbicara pada Haowen menggunakan bahasa asing."
"Kenapa? Bukan nya itu bagus?"
"Itu memang bagus, tapi aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan."
Haowen yang mendengar suara ibunya langsung mengabaikan laptop incarannya, ia lebih memilih untuk menghampiri Luhan dengan merangkak cepat.
"Mom..mom.." Haowen memanggil Luhan dengan riang, ia tertawa lucu dan menggemaskan.
Luhan menyambut Haowen dan langsung mendekapnya, tak lupa ia hujani Haowen dengan kecupan sayangnya di pipi dan bibir.
"Ya itu salahmu sendiri. Murid yang lain fokus pada materi yang ku berikan, kau malah fokus memandangi wajahku." setelah nya Sehun tertawa puas membuat Luhan merengut dan dengan sengaja ia memukul kencang dada Sehun. Bukannya Sehun mengaduh, malah sebaliknya, Luhan yang berteriak sakit ketika tangan nya merasa seperti meninju sebuah benda keras. Uhh dada suaminya sangat keras.
"Akh!-... Ish menyebalkan. Jangan mengungkitnya."
Karena aku malu.
"Aku hanya mengingatkanmu sayang..."
"Alasan."
"Lu, ternyata Haowen sudah mempunyai bakat dari kecil." ucap Sehun seraya memandangi Haowen yang sibuk memainkan kerah baju ibunya.
"Apa itu?"
"Dia sepertinya mewarisi bakatku, menjadi seorang pengusaha sukses. Terlihat dari tingkahnya yang selalu ingin memainkan laptop ku." Katanya dan tertawa lucu.
Mendengar pernyataan Sehun, jadi mengingatkannya sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan Sehun yang hampir memakan waktu seharian itu.
.
"Sehun, kapan kau mengambil cuti?"
"Entahlah, aku tak bisa meninggalkan pekerjaanku sayang." Sehun menjawabnya dengan santai, tangannya ia bawa untuk mengelus surai Luhan lembut.
Luhan menepisnya dan menatap nyalang Sehun, tanda ia tak suka dengan jawabannya.
"Kau terus mementingkan pekerjaanmu dari pada aku dan Haowen! Kapan kau membagi waktumu?!" Luhan tak sadar membentak Sehun karena tak bisa menahan amarahnya, sampai Haowen yang berada di pangkuannya tersentak dan menatap Luhan takut.
Mata sipit Haowen mulai berair dan bibirnya mencebik lucu.
Sehun hendak membalas perkataan Luhan tapi malah terpotong oleh tangisan Haowen.
"Huaaa... Daddy...Huaaa" tangisannya pecah, Haowen ketakutan sampai tangannya merentang tanda ia ingin Sehun yang menggendongnya.
Luhan kelabakan, dengan sigap ia mengelus punggung Haowen dengan lembut. "Astaga, sayang maafkan Mom, mom tak sengaja."
Ia merasa bersalah sendiri, lalu Luhan memeluk Haowen yang bahkan menolaknya, membuat Luhan sedih dan ingin menangis juga.
Luhan berdiri di ikuti Sehun, dan menimang Haowen. Ia terus mengusap punggung anaknya dengan sayang agar Haowen tenang, tapi bukannya tenang Haowen justru semakin menangis keras dan menatap melas pada Sehun.
Sehun kebingungan. Sebenarnya ia ingin mengambil alih Haowen tapi Luhan terus menghindarinya. Ia menatap Haowen dengan tak tega, sementara si bayi terus menangis keras sampai merentangkan tangannya pada Sehun berharap sang ayah menggendongnya.
Lagi-lagi Luhan menghindar dan malah membelakangi Sehun.
"Huaaa.. Daddyy hiks daddy..."
Suasana mendadak ricuh. Haowen yang tak bisa diam, ia terus menggeliat di pelukan Luhan, badannya condong ke arah Sehun seraya memangil sang ayah dengan keras disertai tangisan nya yang menyayat hati.
"Luhan, sayang. Kumohon berikan dulu Haowen padaku."
"Tidak mau."
Sehun mendengar keanehan pada suara Luhan, suaranya bergetar.
Tanpa ba-bi-bu Sehun langsung membalikan tubuh Luhan sedikit dipaksa, dan mendapati Luhan yang juga terisak seraya memeluk Haowen membuatnya semakin kebingungan sekaligus sangat merasa bersalah. Haowen sudah mulai tenang di dada Luhan walau masih terlihat sesenggukan.
Haowen sebenarnya sudah mulai menyerah, karena Luhan benar-benar tak mau menyerahkannya pada Sehun. Jadi ia memilih menenangkan dirinya sendiri dengan menyandarkan kepalanya di dada empuk Luhan.
Sehun akhirnya bisa bernapas dengan lega ketika Haowen mulai tenang. Walaupun sedikit merasa aneh pada anaknya, pasalnya tadi Haowen menangis begitu keras. Begitu Luhan membalikan badannya, Haowen malah berhenti berteriak dan kedapatan menyandar pada Luhan. Begitu kalem dan tenang, matanya bahkan terpejam.
Ternyata bukan wajahnya saja yang mewarisi wajah tampan ayahnya, tetapi sikapnya juga yang mudah tenang benar-benar seperti Oh Sehun, walaupun hatinya merasa sakit. Benar-benar membuat Sehun takjub.
Kemudian tangan Sehun menangkup pipi Luhan, sementara Luhan terus menunduk tak mau menatap Sehun. Isakannya tak mampu Luhan tahan sehingga bisa terdengar dengan jelas oleh Sehun.
"Luhan"
"Hiks, apa? Hiks..."
"Astaga sayang maafkan aku."
Ketika melihat mata Luhan yang sembab, Sehun langsung menarik Luhan ke pelukannya, membiarkan Luhan menangis dengan kencang disana. Jika dipikir-pikir Sehun seperti memiliki dua bayi yang harus ia tenangkan sekarang.
Dirasa Luhan mulai tenang, Sehun mengambil Haowen yang sudah terkantuk-kantuk. Haowen dengan setengah kesadarannya langsung memeluk leher sang ayah dan mulai tertidur di dada nya.
Luhan pun kemudian ikut memeluk Sehun, ia hanya bisa menyandarkan kepalanya di bahu sang suami karena bagian dada bidang kesukaannya sudah di kuasai Haowen.
"Lu, aku akan mengambil cuti selama seminggu penuh."
Luhan tak menjawab, ia sibuk dengan lamunan nya.
"Mungkin sekitar seminggu lagi dari sekarang."
"..."
"Apa kau senang?"
Luhan menjawabnya dengan anggukan.
"Lalu semua itu terserahmu, kau ingin berlibur kemana?"
"Sehun..."
"Hmm"
"Kita tak usah berlibur. Karena ada kau seharian penuhpun sudah membuatku bahagia, aku bukan ingin berlibur. Aku hanya ingin kau lebih lama dirumah."
Kemudian Luhan melanjutkan kalimatnya lagi
"Aku ingin melihatmu bermain seharian dengan Haowen di halaman rumah, aku ingin menunjukan pada semua orang jika kita adalah keluarga yang paling bahagia."
"Terkabul." Sahut Sehun.
"Huh?"
Kenapa secepat itu. Pikir Luhan.
"Aku akan mengabulkannya. Mulai minggu depan aku akan menjadi Daddy kebanggaan dan kupastikan akan membuat iri semua orang, Bagaimana?"
Luhan mendongak dan menatap Sehun senang, senyum nya mengembang sangat manis.
"Setuju."
"Aku minta maaf." ujar Sehun.
"Kenapa meminta maaf?"
"Karena membuat mu menangis."
Luhan terdiam cukup lama, "Aku juga minta maaf."
"Alasannya?"
"Karena membuat Haowen menangis."
"Kenapa meminta maaf?"
"Kau ayahnya"
Sehun terkekeh kemudian mencium pipi Luhan sekilas, "Tapi kau juga ibunya sayang. Jangan merasa seolah kau yang paling bersalah disini. Ini semua karena aku yang salah."
Dan selanjutnya Sehun mulai mendekatkan bibirnya pada bibir ranum Luhan dan mulai melumatnya lembut.
Luhan memejamkan matanya dan mulai membalas ciuman Sehun.
Mereka berciuman dengan tenang, tanpa ada nafsu di dalamnya. mengabaikan Haowen yang bergerak tak nyaman walau ia tertidur.
Itu hanya sebuah ciuman yang menyalurkan perasaan masing-masing bahwa mereka memang saling mencintai, ditambah adanya Haowen yang semakin melengkapi keluarga mereka.
.
.
.
.
Duduk merenung di meja kasir dan terus memandangi pintu masuk kedai sudah menjadi kebiasaan nya dari dulu.
Orangtua nya memiliki sebuah kedai bubble tea dan coffe yang sering sepi pengunjung, pengunjung yang datangpun masih bisa di hitung dengan jari, ini membuat pemasukan nya sedikit dan terkadang rugi. hal ini membuat Luhan bosan setengah mati.
Sehun sudah akan berencana merenovasi kedai itu agar terlihat lebih baik dan bisa menarik minat orang. Tapi, Luhan menolaknya mentah-mentah dengan alasan ia sendiri yang akan merenovasi nya menggunakan uang penghasilan nya sendiri.
'Tring'
Luhan sudah akan senang ketika mendengar suara pintu terbuka, ia baru saja berdiri dengan senyuman ramahnya. Tapi kemudian senyum itu luntur ketika mengetahui bukan pengunjung yang datang, melainkan sang ibu dan seorang balita lucu di gendongannya.
Ia menghembuskan napasnya lalu kembali lagi ke acara malas-malasan seraya menunggu pelanggan datang.
"Sehun benar Lu, jika kita harus merenovasi kedai ini." ucap Ibu Luhan tiba-tiba seraya menyuapi cucu nya atau Haowen dengan bubur biskuit, anak itu menyantap makanan nya dengan lahap.
"Kedai ini masih bagus kok."
"Apanya yang masih bisa di bilang bagus?. Kedai ini sudah berumur 22 tahun dan mama hanya 3 kali merenovasi nya."
Ketika ibunya berbicara seperti itu, maka Luhan hanya bisa bungkam. Ia tak bisa membalas perkataan ibu nya yang sepenuhnya benar. Dan di sisi lain ia tak mungkin meminta pada Sehun, Luhan terlalu menyayangkan harga dirinya dan mengabaikan fakta bahwa Sehun adalah suaminya.
Yangmi yang melihat keterdiaman Luhan, mengerti jika anaknya sedang dilanda rasa bingung. Maka ia mencoba mengalihkan topik pembicaraan nya.
"Lu, apa kau sudah memberitahu Sehun?"
Tanpa dijelaskan pun Luhan sudah mengerti kemana arah pembicaraan ibunya.
"Belum sempat."
"Belum sempat atau karena malu?"
"Keduanya."
Yangmi menghela napas dan bersiap untuk menasehati putra bungsu nya.
"Mau sampai kapan kau merahasiakan ini huh?. Sampai perutmu buncit lalu berakhir dengan Sehun yang kecewa?"
Luhan menggeleng lemah, "Tidak seperti itu juga."
"Singkirkan rasa malu mu itu dan katakan pada Sehun jika kau hamil."
"Tidak mau/MWO?!" terdengar suara lain yang lebih kencang sampai suara Luhan tenggelam karena mereka berucap dalam waktu yang bersamaan.
Yangmi dan Luhan menoleh ke sumber suara. Dan mereka menemukan Kris dengan ekspresi terkejutnya berbanding balik dengan sang istri yang justru tersenyum ramah.
"Oh, dia lagi. Dasar pengacau." gumam Luhan dan sialnya terdengar oleh Kris yang sekarang tergopoh-gopoh menghampiri Luhan.
"Hai Yuzi." Luhan menyapa Balita yang berdiri disamping sang ibu, ia mengabaikan Kris yang kini terus menatap Luhan, tatapan nya sangat mengintimidasi.
"Mwo?"
Luhan dengan santai bertanya pada Kris, seperti tak terjadi sesuatu padahal Kris menganggap serius masalah ini.
"Apa benar yang dikatakan mama?!" tanya Kris. Matanya hampir keluar.
"Yeah begitulah." lagi, Luhan menjawab dengan santai.
"Yak! Kau itu jangan enaknya saja. Pikirkan anakmu, mengurus Haowen saja kau tidak becus."
/Pletak/
"Ouch. Hyung tidak usah memukulku!"
"Dan parahnya kau belum mengatakan hal ini pada Sehun..."
"Aku akan mengadukannya sekarang."
"Yayaya! Apa yang kau lakukan?!" Luhan kelabakan dengan tingkah Kris yang ikut campur, dia malah mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Sehun. Dengan itu Luhan berlari memutari meja kasir untuk mencegah Kris, lebih tepatnya mengambil ponsel Kris untuk ia lempar jauh-jauh agar si tiang itu tak bisa menghubungi Sehun.
Tapi baru saja jaraknya beberapa meter dari Kris, kakinya sudah terantuk meja dan menyebabkan Luhan kehilangan keseimbangannya hingga tubuhnya condong kedepan.
Kris dan dua orang wanita disana terkejut dan refleks berdiri berniat berlari untuk menahan Luhan, tapi jarak tidak memungkinkan itu. Bahkan Kris yang di depannya pun tak sempat.
Bunyi debuman keras pun tak dapat dihindari.
/Brak/
Dan berbagai pekikan pun terdengar di kedai itu.
"No!" - Kris
"Luhan!" Yangmi/Tao.
"Mom, orang itu terjatuhnya lucu sekali hihi" - Yuzi.
.
"Aww, ohh perutku."
"Luhan!" Yangmi dan menantunya berteriak melihat Luhan terjatuh, walau Luhan terjatuh dengan posisi menungging dan hanya bagian dada yang menyentuh lantai, tapi tetap saja rasa khawatir tak mampu mereka tahan.
Kris dengan gentle membantu Luhan duduk dan menatap adiknya Khawatir..-lebih tepatnya takut terjadi sesuatu dengan calon keponakannya-..
"Perutmu tak apa kan?" tanya Kris yang matanya tak bisa lepas dari perut datar dan paha Luhan, ia tak berpikiran jorok tenang saja. Karena Kris hanya memastikan tak ada darah disana, dalam arti lain ia tak mau Luhan keguguran. Walau bagaimana pun ini semua karena dirinya yang membuat Luhan berlari, dan Kris tak mau mati muda di tangan Sehun.
"Kau harusnya bertanya keaadaan ku." ujar Luhan.
"Maaf"
"Mana ponselmu?"
"nih"
/PRAK/
"Yak! Luhan! Apa yang kau lakukan pada ponselku!"
"kau tidak lihat? Barusan aku melemparnya hingga pecah. Sebagai antipasi jika kau menghubungi Sehun lagi."
"Oh my god."
.
.
.
.
"Daddy Pulang..."
Suara husky Sehun menggema memenuhi ruang tengah, disana terdapat Luhan yang sedang menonton acara di tv dan Haowen yang sedang meminum susu formulanya di dekapan Luhan. Posisi Haowen seperti koala.
Luhan hanya melirik sekilas ke arah pintu lalu kembali menonton acaranya.
"Hai sayang. Ohh, Haowen tertidur?"
Sehun mengambil tempat disisi Luhan -Luhan duduk di bawah kursi agar kakinya bisa berselonjor-.. Dan mengecup pipi suami cantiknya yang semakin hari makin terlihat tembam.
Luhan mencium sesuatu yang sangat menguar, seperti aroma lavender. Dan ia merasakan jika tubuh Sehun yang berbau aroma itu.
"Sehun, baumu wangi sekali. Kau mengenakan parfum baru ya?" tanya Luhan, ia mengendus tubuh Sehun yang menurutnya sangat super wangi.
Kemudian ia berdiri untuk memindahkan Haowen yang sedang tertidur ke kamar nya, lalu kembali ke ruang tengah dengan berlari kecil hanya untuk mendekap Sehun dan menciumi aroma lavender itu sepuasnya.
Ia mengabaikan fakta jika Sehun belum mandi.
Sehun mengernyit bingung melihat tingkah baru suami cantiknya, Luhan memang childish tapi yang membuatnya bertanya-tanya adalah mengapa Luhan menyangkanya mengenakan parfum aroma lavender jika kenyataannya saja Sehun tak memakai parfum aroma wanita seperti itu.
Luhan kini mendekap Sehun dan menyandarkan kepalanya di dada bidang itu dengan tertawa kecil seperti balita yang baru saja mendapat permen dari ayahnya.
"Bau Sehun enak, Luhan suka."
Tunggu. Kenapa Luhan bersikap menggemaskan seperti ini?. Ini sungguh kebalikan dari sikap asli Luhan yang childish tapi sok keren, bukan sekarang yang kelewat childish.
"Lu, aku bahkan tak memakai parfum menggelikan seperti itu."
Dan..
Luhan membalasnya dengan tatapan melas super merangsang. Entah apa maksudnya ia menatap Sehun seperti itu, tapi ini benar-benar membuat sesuatu milik Sehun dibawah sana menjadi bangun.
Yaa. Sehun terangsang hanya karena tatapan Luhan.
Ia jadi merasa jika dirinya adalah seorang pedofil. Tapi masa bodoh, Luhan harus ia hukum karena telah beraninya menggoda Oh Sehun dengan tatapan seperti itu.
"Luhan."
"Umm?"
"Mau daddy kasih kejutan?"
"Benarkah?! Ya aku mau!"
"Kalau begitu bersiaplah."
"Bersiap untuk apa?"
"Untuk daddy perkosa."
"Mwo?! Yak aku tidak mau, kau ini apa-apaan. Bicaramu itu Frontal sekali."
Eh kenapa Luhan yang asli kembali secepat ini. Padahal Sehun masih ingin berlama-lama dengan Luhan si polos.
Kalau begitu yang harus ia lakukan adalah memaksa.
Kedengerannya sangat menarik.
.
.
"Omo! Sehuna turunkan aku!"
Luhan terus berteriak dan memukuli punggung suaminya, minta diturunkan karena posisi seperti karung beras ini benar-benar membuatnya tak nyaman.
Ia tak bisa melawan karena tenaga Sehun jauh lebih besar darinya, jadi ia hanya pasrah ketika Sehun menjatuhkan dirinya di ranjang dan mulai melahap rakus bibir dan lehernya seperti orang kesetanan. Toh, Luhan pun sama menikmatinya, jadi yang harus ia lakukan hanyalah diam dan mendesahkan nama Sehun dengan keras.
Tapi yang membuat Luhan khawatir sejak tadi adalah kandungannya, ia sudah berkonsultasi pada dokter jika ia tak boleh berhubungan badan selama 5 bulan kedepan karena kandungannya masih lemah. Ini bukan salah Sehun juga jika malam ini dia bermain kasar padanya, karena sesungguhnya Sehun belum tau.
Ini salahnya.
Dan ia sudah membayangkan esok jika semua badannya pasti sakit dan kemungkinan tak bisa berjalan dengan benar dalam seminggu ini.
Tapi ia tak bisa membayangkan apa yang terjadi pada kandungannya esok. Ia hanya berharap semua baik-baik saja.
TBC~~~
NC skip.. Lagi bulan puasa...
Terangkanlah~~~ #njayy
Semoga kalian suka :) .
Aku gak edit karena udah ngantuk :D
Review?
Respon baik aku lanjut.
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan~~
