Shingeki no Kyojin Hajime Isayama

Halo semua! 0

Aku kembali lagi membuat ff baru XD khususnya difandom Shingeki no Kyojin, setelah bikin ff yang angstnya gagal sekarang q coba bikin friendship humor dengan sedikit bumbu romance (emang apa?). Btw aku baru menggila sama pairing Eren x Levi atau Ereri, oh my god mereka sangat manis ()/ *mimisan bahagia

Jika kalian tanya kenapa yang jadi uke Levi, ini menurutku karena levi itu pendek tapi imut /hah , pendiam tapi peduli, agak tsundere, wajahnya manis.

author ditendang keluar dinding

Sedangkan Eren itu tinggi, maskulin, macho/eh , dan senyumnya itu membuatku ngefly setiap saat.

Oke daripada celotehanku makin banyak silahkan membaca \/

Apartement of Bad Luck

Shingeki no Kyojin Fanfiction

Disclaimer : Shingeki no Kyojin milik Hajime Isayama sensei

Saya hanya meminjam Charanya ;), fanfic punya saya

Genre : Friendship

Rated : T

Cast : Eren X Levi (EreRi)

Warning : Bahasa membingungkan, Typo(s), OOC, mengandung shounen – ai

Jika ada kesamaan alur dan setting cerita , itu tidak disengaja. Cerita ini dibuat untuk kesenangan belaka, aku tidak mendapat untung dari fanfiction ini

Peringatan bagi yang tidak suka yang berbau shoai atau yaoi atau boyxboy diharap tekan kembali demi kewarasan otak anda /hoii

HAVE FUN~

Apartemen of Bad Luck

Ditengah keramaian kota Tokyo yang dipenuhi oleh gedung - gedung pencakar langit dan orang - orang berlalu lalang, menyibukkan diri masing - masing. Seorang remaja berdarah jerman berdiri dihalte dengan mengetuk - ngetukan ujung kakinya tidak sabaran, sesekali menengok jam tangan yang melingkar ditangan kirinya yang menunjukkan pukul 07.45 seolah mengejeknya 'kau akan terlambat'.

Eren Yaeger - nama remaja itu, semakin gelisah karena bus tak kunjung datang.

Ayolah dia tidak akan terlambat untuk yang kedelapan kalinya kan?, sejak pindah apartemen dua minggu yang lalu semuanya jadi kacau membuatnya menyebut apartemennya PEMBAWA SIAL

"Ck sial mana busnya?!" umpatnya frustasi, asalkan kau tahu eren mengumpat pada pagi hari itu tidak baik.

Beberapa menit kemudian sebuah bus datang, Eren langsung menerobos pintu bus yang belum terbuka sepenuhnya sehingga menabrak seseorang yang sedang berdiri santai, dengan cepat Eren membungkuk minta maaf.

"Ah maafkan aku" kemudian kembali berdiri dan terlihat seorang laki - laki yang ehem-lebih pendek darinya menggunakan jas yang sedang menepuk - nepuk lengan kirinya kemudian menatapnya sinis

"Lihat - lihat bocah"

Bagai tersambar petir, Eren mematung, dia baru saja menabrak orang dan segera minta maaf bahkan sampai membungkuk berharap mungkin dapat jawaban 'Hati - hati nak' atau 'Tidak apa - apa'. Kesal? Tentu saja, siapa yang tidak kesal dikatai bocah terlebih oleh orang asing. Orang itu memalingkan muka dan berekspresi datar like nothing happend, sedangkan Eren memandangnya dengan tatapan protes 'aku bukan bocah'.

Setelah sampai sekolah, Eren berlari sekencang mungkin bahkan sudah tersandung beberapa kali saat menaiki tangga mencari kelasnya dan bingo! Ketemu.

BRAKK

"hah... hah..."

"Selamat pagi Eren!" sapa laki - laki tulen yang berjalan kearahnya diikuti gadis berwajah oriental

"Eren kau tak apa?" tanyanya

Eren tak menjawab dan memilih duduk ditempatnya sehingga mendapat tatapan bingung dari mereka berdua, seandainya mereka tahu betapa menderitanya Eren pagi ini.

Kemudian bel berbunyi menandakan jam pelajaran dimulai

~Skip pulang sekolah~

"Sampai jumpa!" seru mereka bertiga ; Eren, Mikasa, dan Armin saling melambaikan tangan.

Sampai apartement mandi, makan terus tidur, itulah yang dipikirkan Eren, jangan tanya kenapa belajar tidak masuk dalam daftar, dikelas saja kerjaannya tidur. Setelah tiba diapartement, Eren melongo tepat didepan pintunya ada 2 orang, yang satu dia jelas sudah kenal tapi yang satunya lagi entah eren tidak tahu.

"Oh Eren! Sudah pulang ya?" tanya Hanji, sang pemilik apartemen

"Iya anu Hanji-san ada apa ini?" tanya Eren sambil memandangi beberapa koper disekeliling laki - laki berambut undercut dan pendek yang ada dibelakang Hanji

"Ini temanku ada yang minta bantuan, Hei Levi kesini sebentar" ucapnya. Orang yang dari tadi dibelakang memunggungi Hanji berbalik dengan wajah agak kesal. Eren mengejang seketika setelah melihat wajah orang itu. Hanji merangkulnya dan sambil nyengir dia memperkenalkan orang itu.

"Nah ini Levi, dia teman dekatku dan Levi, ini Eren dia orang yang menempati apartemen ini dengan kata lain di teman sekamarmu"

'What the hell Hanji - san kau serius!?' Eren mencak - mencak

"Hei apa tidak ada yang lain, kuso megane?"

"Ayolah levi, aku kehabisan tempat lain, ini satu - satunya yang masih ada, klo tidak mau ya sudah" balas pasrah Hanji

"Ck , Levi Ackerman"

"E - eren Yaeger, kelas 2 SMA senang bertemu denganmu" gagap Eren yang masih syok dan juga bingung apa orang didepannya tidak ingat kejadian tadi pagi?

"aku harap kalian cepat akrab, Eren tolong bantu Levi ya dan untuk kuncinya kalian bawa bergiliran saja, soalnya aku juga harus bawa semua kunci cadangan jika ada apa - apa, aku pergi dulu ya" seru Hanji sambil berlari menjuhi mereka berdua

Suasana akward pun menyerang. Eren tidak tahu harus bagaimana, sedangkan Levi menunggu dengan kesabaran yang sangat tipis.

"Hah..., jadi kita tidur diluar?" pada akhirnya levi buka mulut karena tuntutan kakinya yang lelah

"Eh ah iya maaf, etto silahkan masuk" dengan cepat Eren membuka pintu dan mempersilahkan sang pendatang baru masuk. Levi langsung menyeret ketiga kopernya walau pun tahu itu akan susah, Eren yang melihat itu menahan mati - matian tawanya kemudian mengambil salah satu kopernya

"Biar saya bantu" ucapnya sok sopan dan lembut padahal dibatinnya 'udah tau tubuh kecil masih nekat'

Levi hanya mendengus dan membiarkannya kemudian mengedarkan pandangannya kesemua ruang, yah apartement ini cukup luas. Ruang tamu menurutnya lumayan rapi tapi setelah masuk ke ruang santai alisnya mulai berkedut tak suka melihat bungkus makana kecil dan koran/majalah berceceran dimana - mana dan tambah parah ketika sampai di kamar pakaian kotor berceceran, tas dibawah kasur, buku bertumpukan seperti menara, dan jangan lupa ranjang yang tidak seperti ranjang, bagaimana tidak sprei dan selimut bertukar posisi. Itu semua sudah menjelaskan betapa hancurnya apartement ini membuat levi tidak tahan untuk tidak mengoceh apalagi dia belum melihat keadaan dapur.

"Ini kamar apa gudang?" sindirnya

Eren yang mendengar langsung sakit hati, ingin sekali dia membanting koper ditangannya kemudian mendelik ke arah levi yang mulai kesal kemudian duduk di kursi belajar.

"Bersihkan" suruhnya

Sekarang Eren berusaha manahan emosinya menaruh koper yang dibawa perlahan, menghela nafas mencoba berbicara baik - baik.

"Ehem saya tahu anda pendatang baru, tapi bisakah anda sopan sedikit?, anda pikir saya ini apa? Pembantu? , tidak anda suruh saya akan membersihkannya karena anda juga tidur disini. Anda juga seharusnya i - " ucapan Eren terpotong karena Levi menatapnya tajam

"Disini?"

"Y- ya karena kamarnya cuma satu dan juga ranjangnya mungkin harus menunggu ranjang anda datang" balasnya tidak berani menatap Levi dan memutuskan segera membersihkan kamarnya.

Levi mendengus, berjalan menuju dapur dan yang benar saja sekarang keadaannya mirip rumah bekas dibom teroris, aura gelap levi bertambah Pekat melihat panci dan piring kotor dimana - mana, pada akhirnya levi menyerah dan membersihkannya walau dengan umpat - umpatan keluar dari mulutnya.

~ Setengah jam kemudian

"Belum selesai?" tanya Levi bersandar di pinggir pintu kamar . Eren yang masih sibuk tidak mendengar Levi, merasa di hiraukan Levi langsung menendang punggung Eren dan membuatnya tersungkur

"Itte... Apa masalahmu?!" geram Eren sambil mengelus punggungnnya

"Kau tidak mendengarkanku bocah, apa kau belum selesai?"

"sudah, aku mau mandi" balasnya kesal kemudian berjalan acuh tak acuh menuju ke kamar mandi, saat melewati dapur Eren terpukau apa ini benar dapurnya, yang sebelumnya seperti bekas bom jadi dapur yang kinclong ala background chef profesional di acara TV perdana .

Oke lupakan

Setelah puas memandangi dapur 'ajaib'nya, Eren segera beranjak mandi. Disamping itu Levi yang merasa bosan mengobrak - ngabrik buku yang sudah ditata Eren dan merapikannya lagi, kurang kerjaan kan? Sebut saja Levi sedang melihat buku - buku Eren yang normal sebagai siswa walau ada satu dua buku yang kurang ajar tapi dia maklumi untuk bocah seumurnya dan mulai menata barang - barangnya.

Eren yang selesai mandi berencana keluar untuk mencari makan malam melihat Levi yang sepertinya sudah menyelesaikan urusannya (bersih - bersih), bermaksud mengajaknya

"Anu Ackerman-s"

"Levi"

"Ah levi-san, apa anda mau makan malam diluar bersama?, kalau mau saya akan menunggu anda" ajak Eren ambigu. Bagaimana tidak, Eren merasa mengajaknya kencan

"Kenapa diluar?, tidak ada bahan makanan?"

"Ada sih tapi..." Levi menatapnya datar

"...saya tidak bisa memasak"

Beberapa detik kemudian, Eren dihadiahi tendangan di kaki dan sadisnya lagi disuruh membersihkan ruang santai yang masih berantakan

"Cepat bersihkan!"

Eren misuh - misuh tapi tetep aja dilaksanakan sementara Lvi kedapur dan dia hampir melompat (walau tidak seperti itu) saat melihat begitu banyak bahan makanan menumpuk di lemari es membuatnya tak habis pikir bagamana Eren hidup sampai tidak menggunakan bahan yang ada di lemari es dan juga buat apa Eren membeli bahan makanan jika tidak bisa memasak?.

Akhirnya Levi memilih masak kare berhubung khawatir bahan yang basah jika tidak dimasak akan membusuk sia - sia kemudian duduk tenang menunggu Eren.

"Sudah selesai..." wajah lelah Eren langsung jadi sumingrah setelah melihat makanan didepannya, tapi agak ragu karena ada Levi dihadapannya

"Cepat cuci tanganmu dan makan" suruhnya, mendengar itu Eren segera berlari mencuci tangan dan kembali, duduk anteng berhadapan dengan Levi, persis kayak anak kecil.

"Apa anda yang memasak?"

"Kau pikir siapa lagi?"

"Hehe maaf saya merepotkan anda" ucap Eren sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian fokus pada makanan.

Selasi makan malam Eren duduk di sofa ruang santai, tiba - tiba Levi berdiri dihadapannya karena risih, Eren menyuruhnya duduk walau itu terkesan kurang ajar.

"Maaf anda bisa duduk?"

"Hentikan panggilan 'Anda/saya' itu terlalu formal, kau bocah yang menabrakku tadi pagi kan?"

'Nah loh baru inget sekarang!'

Eren yang mendengar kata 'bocah' rasa kesalnya jadi tambah dan sangat ingin meneruskan protesnya yang hanya bisa dipikirkan tadi pagi.

"Hah... Oke bisa berhenti memanggilku bocah?, aku bukan bocah umurku sudah 17 tahun, umurmu pal-"

"Umurku 27 tahun" potong levi dengan nada datar

Hening

"HAAAHH??!! Dengan tubuh kecil seperti ini?!" teriak Eren yang mencengkram bahu levi yang kembali memberi tendangan ketiga sampai Eren terjungkal

"Apa maksudmu kecil?" terdengar nada tidak suka apalagi sengaja menekankan kata 'kecil'

Sekarang Eren sadar bahwa orang pendek didepannya lebih tua 10 tahun dengannya dan menyesal terus mengumpat karena menganggap Levi lebih muda darinya, rasanya ingin lompat dari lantai Apartemennya sekarang.

"Maafkan aku, aku benar - benar tidak mengira umurmu 27"

"Terserah" balas levi lalu pergi begitu saja

"Kau mau kemana?"

"Hanji"

"ada apa?, hei tunggu, aku ikut"

Eren langsung mengunci apartemen dan mengekor dibelakang levi sepeti anak itik. Levi yang dibuntuti hanya menengok kebelakang dan kembali berjalan.

Sesampainya di depan kantor -Hanji, Levi hanya diam menatap pintu Eren yang dibelakang cuma celingukan bingung dan memutuskan untuk mengetukkan pintu.

BRAKK

tapi sebelum jarinya sampai di pintu, sebuah kaki telah menendang pintu dan pastinya Eren tahu itu kaki siapa, Eren menengok untuk mengatakan bahwa itu sangat tidak sopan.

"Jika kau mengetuk pintunya, kita akan menunggunya 2 jam" ucap Levi datar tanpa rasa bersalah kepada pintu tidak berdosa yang ditendangnya. Eren hanya bisa menghela nafas, yah dia sudah lelah berdebat dengan orang dengan tinggi badan dibawah rata - rata disebelahnya. Kemudian melirik pintu yang hampir lepas dari engselnya.

"Levi-san pintunya jadi rusak" kali ini Eren agak menjaga cara bicara karena Levi lebih tua darinya

"Gyaah! Levi bisa kah kau mengetuk pintu, kau sudah merusak pintu berapa kali coba?!" protes Janji yang muncul dari ruangannya

"Terserah, hei mana ranjangku?" tanya Levi to the point, yang ditanyai malah memiringkan kepalanya tanda tidak mengerti. Demi tuhan itu membuat levi ingin menendang kepalanya. Karena Eren peduli dengan keselamatan Hanji, dia segera menjelaskan.

"Anu seperti ini, di apartemenku - maksudku kita cuma ada satu ranjang kan?, terus ranjang yang satu lagi untuk Levi-san mana?" jelas Eren panjang lebar sedangkan yang diajak bicara mesam mesem nggak jelas, membuat Eren merinding.

"Huahaha apa yang kalian bicarakan? Ya satu ranjang itu berdualah, masa ranjang segitu besarnya cuma satu orang dan juga apa - apaan embel 'san' itu" ucap hanji santai masih disertai cekikikan

Eren dan Levi saling menatap, masih memproses kata - kata Hanji 'satu ranjang berdua' itu terdengar sedikit ambigu, Berarti mereka tidur berdampingan dalam satu ranjang, yah Eren dan levi tidur bersama...

Tidur bersama...

1.. 2... 3...

"HAAH?!"

"AAPAA??!!"

"BERISIK!"

Mungkin Eren tidak salah jika menyebut apartemennya Pembawa Sial.

To be continue

Olaaa

Bagaimana menurut kalian, apakah bagus? Apakah kalian terhibur?, apa kalian senyam - senyum sendiri waktu baca ffku?

Aku tau tata bahasa, EYD, dan letak tanda baca masih berantakan dan mungkin ceritanya mainstream?, aku akan berusaha memperbaikinya *semangat!! TATAKAEE

Sekali lagi terima kasih kepada kalian yang susah mau membaca ffku, insya allah aku lanjutin. Semoga tidak mancet ditengah jalan kayak ffku yang sebelumnya

Tolong riviewnya, pujian dan saran akan aku terima dan aku jadikan penyemangat untu memperbaiki dan menulis ff yng lainnya

Thanks all

see you nex chapter ( )ノ