Ciuman

Pair: Machina x Ace
Genre: romance, drama, comedy, NC-17
Rated: M


Ini merupakan fanfic pendek yang kira-kira bakal tamat 3-4 chapter. Buat selingan aja. Yang Green Like The Land, Blue Like The Sky nya masih belum aku tulis. Lagi blockwriter sekaligus bingung antara ngerjain skripsi sm males ngapa-ngapain.

Afterall, happy reading


"YEY! AKHIRNYA AKU MENANG..."

"Ah! Kenapa harus aku yang kalah hari ini?"

Suasana di kelas terasa begitu ramai meskipun hanya segelintir orang-orang saja. Well, hanya siswa-siswa laki-laki saja. Yah, bisa dibilang hampir semua anak laki-laki karena jumlah siswa-siswi di kelas 0 yang kita kenal sebagai Class Zero hanya bisa dihitung oleh jari alias sedikit.

Ngomong-ngomong, ada gerangan apa hingga ada seruan kemenangan (sekaligus juga seruan kekalahan)?

"Eight, lihat. Akhirnya aku menang melawan Ace dalam permainan kartu. Aku tak percaya akhirnya aku berhasil memenangkan permainan kartu ini. Ini seperti memenangkan olimpiade kemarin..."

"Ya Tuhan, Jack. Biasa aja kalee. Nggak usah terlalu lebay-lebay amat. Kayak nggak pernah menang main kartu aja deh."

"Tapi ini lain. Kau tahu sendiri kan kalau Ace bersenjatakan kartu. Otomatis dia juga piawai bermain kartu dan berhasil mengalahkan lawannya. Bukankah ini cukup membanggakan untukku."

"Yah, terserah kau saja deh..."

"Ace. Sepertinya hari ini bukan keberuntunganmu untuk memenangkan permainan kartu yang selalu menjadi andalanmu." tutur Trey

"Iya. Aku tahu itu."

"Hah...padahal kau kan selama ini yang selalu menjadi pemenang setiap kali ada permainan kartu. Bahkan kau jarang kena taruhan karena kau sering menang.

"Iya. Aku juga tahu itu. Diamlah Trey! Kau hanya bikin aku panas hati saja."

"Ace! Jelas saja kau panas hati. Kau jarang kalah dan kalah taruhan. Apa kau takut kena taruhan, hah? Bilang saja kalau kau takut. Hehehe..." intimidasi Nine

"Aku tidak takut, Nine. Aku terima taruhannya Jack." tanggap Ace dengan nada datar.

"Benarkah? Kau mau terima kekalahanmu dan melakukan apa yang kuminta?"

"Bukankah sesuai dengan kesepakatan permainan ini kalau kalah harus mau melakukan apa yang diminta pemenang?"

"Tapi kamu sanggup nggak kalau apa yang aku minta justru membuat image mu sebagai cowok paling cool se-Akademeia ini hancur?"

"Asalkan kau tidak memintaku untuk berdandan seperti cewek aku terima itu."

"Yah! Kalau pake tawar menawar sih bukan taruhan namanya, kora! Kalau nggak mau ya bilang saja. Tapi kalau kayak gitu mah nggak gentle namanya, kora!"

"Tenang aja, Ace. Aku nggak bakal membuatmu berdandan seperti cewek karena aku nggak bisa tahan ingin menciummu kalau kau berdandan seperti cewek. Tapi kau harus siap yah terima konsekuensinya, yah."

"Ya, aku siap." jawab Ace setenang mungkin, namun dalam hati ia nggak masih belum terima kekalahannya, apalagi kalau harus melakukan apa yang diminta pemenangnya yaitu Jack. Belum lagi Ace tahu betul bahwa Jack penuh dengan ide-ide yang luar biasa uniknya, yang ia yakin dalam sekejap akan menghancurkan nama baiknya sendiri secara tidak langsung.

'Kenapa perasaanku mulai nggak enak begini yah? Apa jangan-jangan Jack benar-benar akan mempermalukanku?'

"Taruhannya...kau harus..."

_epha_

Di teras...

Ace mencoba menemui Machina yang saat itu di balkon dengan berjalan pelan sambil menoleh ke arah teman-temannya yang mengikutinya dari kejauhan sambil bersembunyi di sudut tertentu. Ace seketika menatap marah ke arah Jack yang nyengir khasnya membentuk di bibirnya.

Flashback...

"Taruhannya... Kau harus mencium anak baru kita di kelas ini."

Seketika Class Zero boys minus Jack melongo mendengar permintaan Jack.

Seriously? Ace diminta untuk mencium anak baru di kelas mereka? Kebetulan di kelas mereka kemarin kedatangan dua anak baru, satu anak laki-laki bernama Machina Kunagiri, yang lain anak perempuan bernama Rem Tokimiya. Otomatis jumlah mereka yang semula 12 orang kini bertambah menjadi 14 orang. Uniknya, jumlah mereka per gender masih seimbang karena jumlah laki-laki dan perempuannya memang sama. Jadi... Jika Ace ditantang untuk mencium anak baru di Class Zero maka ia pasti akan mencium perempuan yang berarti ia akan mencium...

"Serius? Ace akan mencium Rem? Wow, beruntung banget dia. Bentar lagi bibirnya udah nggak virgin lagi dong gara-gara cium cewek." tukas Eight

"Tapi dia bisa dihajar oleh Machina kalau sampe nyium ceweknya. Eh, ngomong-ngomong mereka pacaran nggak sih?"

"Menurut informasi yang kutemukan, mereka dulunya adalah teman masa kecil sampai sekarang. Tapi dilihat dari momen mereka saat berdua terlihat seperti sepasang kekasih, tapi mereka masih mengaku belum berpacaran. Jadi sepertinya tidak masalah kalau Ace mencium Rem." jelas Trey seperti jurnalis.

"Tapi kita kemarin pernah ditemui sama anak dari Class First namanya siapa gitu? Ena...Enya...Era...ato siapa gitu aku lupa?"

"Enra maksudmu?" ralat Trey.

"Iya, Enra. Dia menemui kita untuk menanyakan keberadaan Rem. Katanya dia mau ngasih sesuatu sama Rem. Kebetulan saat itu juga Machina ada di situ dengan tatapan nggak suka." cerita Eight

"Jangan lupa pas kita lihat Enra ketemu Machina dan langsung ngelabrak tentang hubungannya dengan Rem. Machina cuman diem aja, tapi mukanya emang keliatan nggak suka dengan Enra yang kayaknya emang ngotot pengin ngejar Rem gitu. Padahal mereka nggak pacaran kan? Ya nggak sih?" tambah Nine. Tumben-tumbennya dia nyimak betul cerita orang.

"Kesimpulannya, berarti Machina ada perasaan suka terhadap Rem tapi masih belum berani ngakuinnya dan cuman pengin ngejalanin hubungan mereka sebatas friend zone saja." simpul Trey

"Bisa jadi. Buktinya ke mana-mana Machina selalu bareng Rem, dia keliatan enngan berbaur pada kita meskipun dia anak baru. Belum lagi sikapnya overprotective banget sama Rem." timpal Eight

"Kalau aku di posisi Rem dan jadi pacarnya, aku pasti nggak bakal tahan digituin dan langsung putus aja. Habis gitu langsung unfriend dia sekalian. Putus kontak. Selesai deh"

"Nggak usah pake nge-unfriend lho kau sudah ter-unfriend dengan sendirinya. Karena kau Nine." ejek Eight

"Hei, aku kan cuma mengandai-andai saja aku berada di posisi Rem."

"Aku tahu. Sayangnya kau tidak cocok berandai menjadi Rem. Beda jauh. Kau jauh lebih cocok kalau jadi Sice. Sama-sama bengalnya." ejek Eight lagi menimbulkan tawa dari yang lainnya sedangkan nine hanya mendengus saja.

"Kalau gitu aku nggak mau. Aku nggak bisa memenuhi tantanganmu itu kalau itu hanya akan menghancurkan hubungan orang." putus Ace setelah menyimak obrolan mereka. Lagipula aku nggak bisa mencium wanita sembarangan seperti itu karena hanya akan dianggap sebagai pria mesum."

"Eits! Siapa bilang kau harus mencium Rem? Aku yang merupakan perayu wanita saja belum pernah mencium wanita satupun."

"Itu karena para wanita pada jijik denganmu. Gaya rambutmu dan wajahmu saja terlihat seperti badut." ejek Eight

"Jadi, kau memintaku untuk mencium...Machina?"

"BINGO!" jawab Jack antusias sambil menjentikkan jarinya.

"HAH!? SERIUS?! ACE BAKAL NYIUM MACHINA?" seru yang lainnya tak percaya.

"APA-APAAN INI? KALAU KAU INGIN MEMPERMALUKANKU SILAHKAN SAJA. TAPI MELIBATKAN ORANG LAIN? MENCIUM SESAMA PRIA? KAU PIKIR AKU HOMO APA? TIDAK! AKU TIDAK AKAN MELAKUKAN HAL SERENDAH ITU. AKU NGGAK PEDULI KAU ANGGAP AKU TIDAK GENTLE ATU AKU TAK INGIN HARGA DIRIKU HANCUR KARENA INI. AKU KELUAR SAJA!" bentak Ace marah sambil menggebrak meja dan berdiri dari kursinya hendak keluar.

"Hei, jangan marah gitu dong. Inikan taruhan. Lagipula kalau traktir orang mah dah biasa. Kau tak perlu dandan seperti cewek karena tanpa didandan pun kau sudah terlihat cantik. Jadb aku ingin hal yang nggak biasa untuk taruhannya. Toh kau juga perlu merasakan bagaimana rasanya kalah dan melakukan apa yang kuminta."

"Memangnya aku pernah menyuruhmu melakukan hal aneh-aneh sebagai taruhannya? Paling aku cuma minta ditraktir saja. Itu sudah cukup."

"Benar. Lagipula kenapa kau tidak minta dia mentraktir kita semua? Kebetulan aku sangat lapar sekali, Kora~"

"Ssshhh...kalian tahu istilah YOLO? You Only Lived Once? Kapan lagi kita bisa lihat Ace mencium seseorang. Kan selama ini dia kan jarang pedekate sama cewek meskipun banyak yang mengidolakannya. Mungkin dengan mencium orang dia bakal tahu bagaimana rasanya berciuman. Biar dia bisa punya pacar sekalian."

"Tapi ya kenapa juga harus cowok? Memangnya kau ingin Ace jadi gay?" tanya Trey.

"Yaaah...mau gimana lagi? Tadi kalian cerita kalau Machina bakal marah kalau sampai Rem diapa-apain. Kalau cewek nggak bisa dicium, ya udah ganti cowoknya yang dicium. Toh cuma bentar doang kan?" dalih Jack.

"Sepertinya ini akan jadi hari yang sangat panjang untukmu, Ace." kata King prihatin. Sedari tadi dia hanya diam dan menjadi pendengar setia teman-temannya kini angkat suara.

"Aku tahu itu. Mungkin aku lebih prefer berdandan jadi cewek ketimbang ini." keluh Ace.

Flashback end

Ace menjadi semakin sebal ketika Jack memeragakan kedua tangannya, mengerucutkan jari-jarinya dan menempelkannya satu sama lain memeragakan orang berciuman. Tak lupa ia menunjukkan bibirnya, mengingatkan Ace untuk menciumnya tepat di bibirnya. Ace berdecak kesal melihat seringaian licik Jack.

Dengan langkah gontai ia menuju ke balkon untuk menemui Machina untuk mengakhiri taruhan bodoh Jack dan segera lari sebelum dibunuh olehnya.

Sial! Rupanya Machina tak sendiri. Ada Rem di sampingnya, tengah bercengkrama bersama. Lebih sialnya lagi, bukan hanya mereka berdua saja. Dua teman sekelasnya, Seven dan Deuce pun juga turut bersama mereka.

Tidak mungkin ia mencium Machina di depan banyak orang. Di depan teman-temannya sendiri yang tidak tahu perihal taruhan yang dilakoninya.

Ace menoleh lagi ke teman-teman lainnya yang mengendap-mengendap menontonnya, mengisyaratkan bahwa ada orang lain selain Machina, berarti ia tak bisa menjalani taruhannya sekarang ini. Tapi Jack dengan teganya mengibaskan tangannya mengisyaratkan untuk tetap meneruskannya. Ace yang mukanya semakin merah karena dongkol mau tak mau menuruti tuntutan Jack, sedangkan Jack hanya tertawa cekikikan.

"Uh, kenapa Jack malah justru bertaruh minta Ace nyium Machina? Padahal aku pengen dia traktirin aku makan. Aku lapar sekali." rewel Nine.

"Sepertinya mata suciku akan ternodai oleh adegan ciuman sesama jenis. Aku harus mempersiapkan mentalku untuk ini." tukas Trey mulai cemas.

"Aku ingin tahu, sebenarnya tujuan taruhanmu untuk Ace itu untuk apa? Nggak mungkin deh kamu bertaruh seperti itu kalau bukan demi tujuan lain yang mungkin perlu kami ketahui." bisik Eight

"Hehehe, memang benar. Aku emang sengaja bertaruh pada Ace tentang itu untuk menjatuhkan imagenya Ace. Kalian tahu sendiri kan kalau Ace selalu bersikap kayak orang dewasa untuk jaimnya. Makanya aku pengim dia bikin malu dirinya sendiri. Biar kita tahu kepribadian Ace yang sebenarnya."

"Aku tidak yakin kalau yang tadi itu kepribadian aslinya. Semua orang juga pasti akan marah kalau dia diperlakukan kayak gitu."

"Selain itu..." jeda Jack sesaat sebelum melanjutkan perkataan kembali.

"Aku ingin pedekate dengan Rem." lanjut Jack singkat.

"Hah?! Pedekate dengan Rem? Terus, hubungannya dengan ini semua apa?"

"Kita semua udah tahu kan kalau Machina dan Rem selalu bersama tapi belum pada tahap pacaran. Dengan Ace nyium Machina di depan Rem otomatis Rem akan merasa jijik dengan Machina atau istilah kerennya ilfeel lihat Machina dicium laki-laki. Terus Rem dengan sendirinya bakal menjauh dari Machina meskipun Machina memohon padanya berkali-kali. Dengan begitu aku bisa mendekati Rem pas Rem lagi sendiri deh. Hehehe..." jelas Jack panjang lebar tentang tujuan 'busuk' nya.

"Cih, ternyata kau licik juga. Aku tak percaya kau ini 'teman makan teman'. Aku jadi nggak tega melihat Ace dan juga anak baru itu." tanggap Eight.

"Aku tidak bisa tahan melihat adegan itu nanti. Mata suciku bisa-bisa ternodai dengan tidak elitnya." kata Trey sambil menutup matanya padahal belum waktunya Ace berciuman.

"Aku jadi penasaran apa yang akan terjadi setelah itu?" tukas King sekali lagi angkat suara setelah lama diam.

"Hehehe...kita lihat saja nanti." pandangan Jack fokus pada Ace yang tampak merasa panik dan ragu akan apa yang akan ia lakukan.

Ace mau tak mau melangkahkan kakinya lagi setelah merasa tertekan dengan taruhan Jack. Setelah sampai di dekat balkon...

"Ah, Ace-san. Apa kabar? Ayo ke sini. Kami sedang ngobrol sama Machina-san dan Rem-san." sapa Deuce.

"Benar. Untung kau ada di sini, jadi obrolan kita jadi semakin ramai. Ternyata mereka mengasyikkan lho, apalagi kalau udah bercerita tentang masa-masa kecil mereka selama mereka bersama." kata Seven yang dibalas dengan senyuman Ace. Lebih tepatnya senyuman yang sedikit memaksa. Dia agal merasa kikuk, apalagi kalau ia sudah memandang Machina.

'Maafkan aku, Machina. Tapi semua ini salahnya Jack.' kata Ace dalam hati.

"Err...hai Machina...hai juga...Rem" sapa Ace sedikit kikuk.

"Ah, hai Ace." sapa Machina dan Rem balik.

"Emm, maaf kalau mengganggu waktu kalian. Tapi...aku ingin bicara dengan Machina. Ada yang ingin kusampaikan."

"Ah, ada apa memangnya?"

Oh Tuhan, bagaimana Ace harus memulai ini semua. Ace mulai dilanda rasa ketakutan dan malu. Apalagi mereka dikelilingi para cewek.

"Tapi aku ingin bicara pada Machina berdua saja. Tidak apa-apakah?"

"Berdua?" ulang Rem.

"Emangnya ada hal yang penting banget ya? Kenapa nggak di sini saja?" tanya Machina sedikit tidak rela karena ia tidak mau jauh dari Rem untuk saat ini.

"Apa perlu kami tinggalkan kalian sebentar ato mungkin kau bisa bawa Machina ke tempat yang aman untuk kalian bicarakan?"

Saat itu Ace juga sempat menoleh ke arah Jack yang mengisyaratkan padanya untuk tidak boleh mencium Machina berduaan saja tanpa ada yang melihat. Harus di depan banyak orang. Seven sempat curiga dengan ekspresi Ace yang bukan biasanya lalu mengikuti arah pandangan Ace. Untungnya (lebih tepatnya sayangnya sih) Jack dkk sudah bersembunyi duluan secara serentak.

"Ah, lupakan saja tadi. Di sini juga tidak apa-apa." jawab Ace dengan sedikit sebal di dalam hatinya.

"Aku mau bicara sesuatu padamu."

"Ia. Katakan saja Ace. Apa yang ingin kau bicarakan?" kata Machina.

"Em...anu...emm..." Ace bingung harus mengatakan apa untuk dapat mengalihkan Machina sampai ia punya kesempatan untuk memenuhi taruhannya (ia agak jijik menyebut ciuman). Sayangnya ia benar-benar bingun mengolah kata-kata yang tepat.

Yang lainnya hanya bingung melihat Ace yang mulai kebingungan sendiri. Ini bukan Ace yang biasanya.

"Itu...apa...ehmm...ya ampun..." Yang lain hanya bisa saling melirik satu sama lain melihat aksi Ace tersebut. Sedangkan yang lain lagi yang sedang asyik mengintai justru terlihat tidak sabaran.

"Haduh! Lama banget sih responnya. Ndang cepetan cium Machina. Selesai. Pake molor waktu aja. Udah laper nih dari tadi." omel Nine

"Aku nggak mau lihat ciuman mereka. Guys, bilang ke aku ya buat buka mata pas Ace selesai nyium Machina."

"Seperti Ace butuh persiapan mental yang kuat untuk mencium orang yang bergender sama dengan kemungkinan berakhir dihajar yabg dicium." komentar King.

"Jack. Kau harus tanggung jawab ya kalau sampai hal itu terjadi. Kalau sampai Ace nggak mau main sama kita lagi, itu semua salahmu. Apalagi kalau Machina juga sampai tahu kalau tindakan Ace itu atas perintahmu. Bisa-bisa Machina nggak mau temenan ma kita lagi." protes Eight.

"Tenang aja. Nggak sampai segitunya kok. Hehehe." tukas Jack namun kelima orang lainnya masih belum percaya akan kata-kata Jack.

"Mungkin sepertinya ini memang urusan penting mengenai urusan cowok. Kayaknya kami benar-benar harus meninggalkan kalian di sini sebentar deh. Kasihan Ace, dia kelihatan kurang nyaman berbicara denganmu di depan banyak orang."

"Benar. Mungkin sebaiknya kami tinggal sebentar untuk memberi ruang kalian."

"Ah, jangan tinggalin aku, Rem. Tunggu di sini bentar."

"Ih...kamu ini manja banget deh. Cuma ditinggal bentar aja kok nggak mau." kata Rem tidak habis pikir pada teman lelakinya yang kayak anak kecil itu.

'Ya Tuhan...Bagaimana ini? Aku benar-benar takut pada apa yang akan terjadi selanjutnya setelah aku melakukan taruhan itu? Jangan-jangan Machina udah tahu kalau aku punya maksud yang tidak baik padanya.' ujar Ace panik dalam hati.

"Gini...aku mau...eeee...apa ya?" Ace mencoba pura-pura mencari kata-kata namun berakhir hanya mengolor waktu sehingga Machina yang sedari awal memang tak mau diganggu oleh yang lainnya selain Rem, Seven, dan Deuce dalam kegiatan ngobrolnya menjadi tidak sabaran.

"Ace, kalau kau ke sini hanya untuk mengulur waktu sedangkan kau sendiri tidak tahu apa yang ingin kau sampaikan padaku sebaiknya nanti saja kita ketemu berduanya. Kau hanya membuang-buang waktuku saja. Aku benar-benar nggak mood hari ini." tukas Machina jutek.

"Machina...jangan jahat-jahat gitu dong sama Ace. Gitu aja sensitif banget digituin? Maaf ya Ace. Machina kalau ditemui orang lain yang menemuinya tanpa tujuan yang pasti gitu dia pasti nggak mau meduliin karena dianggap nggak penting buatnya. Maaf yah Ace. Tapi sebenarnya dia nggak bermaksud jahat padamu kok." mohon Rem.

"Rem. Jangan ngomong kayak aku ini tahanan yang mau dipidana aja dong."

"Habisnya kamu nggak bisa ramah sih sama orang lain. Coba dong baur sama yang lainnya. Kalau ada yang ngajak ngobrol ya ikutin aja. Jangan ngisolasiin diri kayak gitu."

"Buktinya, aku juga udah berbaur sama yang lainnya. Sama Seven dan Deuce." bela Machina. Walhasil, dua sahabat tersebut pada saling ribut sendiri.

Sedangkan Deuce dan Seven mulai merasa ada yang aneh dalam diri Ace. Ada apa dengannya?

"Ace-san...kau tidak apa-apa kan? Kelihatannya kau agak aneh. Bukan dirimu yang biasanya to-the-point mengutarakan apa yang ingin kau bicarakan. Kau tidak apa-apa?" tanya Deuce khawatir.

"Ah, aku tidak apa-apa kok." jawab Ace singkat, tapi Seven tampak tidak percaya pada Ace begitu saja.

'Pasti ada sesuatu yang ia sembunyikan.' ujar Seven dalam hati. Sejenak ia diam-diam melirik ke arah tempat di mana Ace menoleh sebelumnya. Ia sempat melihat Jack cs sedang mengintip sambil menyeringai (well, hanya Jack saja sih, yang lainnya tampak serius menunggu aksi selanjutnya,kecuali Trey karena sedari tadi dia menutup matanya). Jack ca yang menyadari Seven meliriknya langsung sembunyi lagi, tapi Seven dapat menangkap pandangannya dan mengetahui ada Jack cs di sana.

"Apa yang mereka lakukan terhadap Ace? Pasti mereka mencoba mengerjai Ace dengan ini." tebak Seven.

"Baiklah Ace. Maaf kalau tadi aku agak kasar padamu tadi. Kau ingin bicara tentang apa tadi?" tanya Machina setelah berdebat dengan Rem. Sayangnya lagi-lagi Ace hanya diam saja, tak tahu harus berbuat apa setelah ini karena rasanya ia merasa jijik jika harus mencium orang yang bergender sama, sedangkan Jack cs mulai tampak tidak sabaran dengan Ace yang terlalu lama mengulur waktu.

"Ah, sial. Kenapa Ace lama sekali? Kita semua sudah ketahuan ma Seven nih. Apa jangan-jangan dia emang sengaja ya mengulur-ulur waktu biar kita tertangkap basah oleh Seven?" keluh Jack.

"Ah, sial! Perutku sudah berbunyi keras sekali. Aku benar-benar sangat lapar. Tuh anak tinggal kecup aja bibirnya, tinggalin mereka kayak nggak terjadi apa-apa. Selesai. Ini kan cuma taruhan."

"Serius, guys. Rasanya mataku benar-benar bakal buta nih gara-gara kelamaan tutup mata terus. Kalau Ace sudah nyium Machina bilang aku ya biar aku bisa buka mataku." keluh Trey sambil menutup matanya dengan tangannya.

"Mungkin dia tidak mau menyerahkan ciuman pertamanya pada laki-laki. Itu sudah wajar karena dia pria normal. Kasihan bibir perawannya." komen King dengan wajah simpati.

"Semua ini salahmu, Jack. Kalau kau tidak minta dia kayak gitu pasti nggak kayak gini jadinya. Lagipula alasan-alasanmu tentang motif taruhanmu sama sekali terdengar tidak logis dan masuk akal. Bilang saja kau memang ingin mempermalukan Ace untuk balas dendam padanya kan karena Ace lebih populer di kalangan wanita daripada kau?" tuduh Eight terus saja menyalahkannya.

""Ssst. Diamlah semuanya. Pokoknya tunggu saja." ujar Jack tidak sabaran. Sedikit jengkel dengan tuduhan Eight yang ada benarnya juga, mengingat Jack mengklaim dirinya cassanova karena suka merayu wanita. Namun tak ada satupun wanita yang nyantol pada Jack, justru mereka malah kecantol pada pesona Ace yang jauh lebih digilai para cewek di Akademeia.

"Argh! Kenapa kau dari tadi diam terus, Ace? Kau benar-benar membuang waktuku saja." bentak Machina benar-benar habis kesabaran.

"Machina!" tegur Rem.

"Diam Rem! Aku nggak suka diginiin. Aku tahu kami anak baru di Class Zero dan kami tentu harus bisa bergaul dengan kalian. Tapi aku nggak suka didiemin seperti ini, apalagi aku nggak tahu sebenarnya kau mau bicara apa padaku tapi kau hanya diam saja seakan-akan aku ini seperti patung dewa yang harus mengerti isi pikiranmu. Kau mau mempermainkan atau kau sengaja mengerjaiku karena kami ini anak baru hah?! Udah ah! Aku pergi dari sini!" omel Machina mengamuk lalu segera minggat dari tempat mereka berkumpul sehingga menimbulkan kepanikan bagi Jack cs jika sampai Ace gagal menjalankan taruhan yang diajukannya, momen langka tersebut bisa terlewatkan begitu saja.

"MACHINA! SOPAN DIKIT SAMA MEREKA DONG!" tegur Rem yang sayangnya tidak digubris oleh temannya yang sangat keras kepala itu.

"DAMN!" umpat Ace menimbulkan kekagetan bagi Seven dan Deuce karena Ace jarang pernah mengumpat (Yang sering mengumpat biasanya Nine dan Sice).

Ace mengejar Machina, menarik tangannya sehingga Machina terpaksa menghadap ke arahnya, mendorong kepalanya dan...

Menciumnya. Tepat di bibir.

Sontak ketiga gadis yang bersama mereka membelalakkan matanya tak percaya pada aksi nekat Ace yang tiba-tiba mencium seseorang yang bergender sama dengannya. Di lain pihak Jack mengucapkan "yes" pelan sambil mengepalkan tangannya sedangkan para cowok lainnya pun juga terbelalak kaget seperti para gadis tadi.

"Hah? Kenapa kalian terdengar megap-megap? Mereka sudah ciuman ya?" tanya Trey tetap menutup matanya.

Dan yang dicium secara tiba-tiba pun ikut terbelalak. Seketika amarah yang melingkupinya hilang begitu saja dan diganti dengan perasaan kaget karena dirinya dicium oleh seseorang yang bergender sama. Namun alih-alih mendorongnya, ia hanya diam saja tanpa respon, begitu juga dengan Ace. Dia hanya menempelkan bibirnya tanpa mencoba mengecupnya. Seakan-akan mencoba membungkam bibir Machina

Setelah 20 detik Ace melepaskan pagutan bibirnya dari bibir Machina dan langsung berlalu meninggalkan Machina yang mematung dan juga ketiga gadis yang melongo tersebut.

Ketika Ace berjalan hendak meninggalkan balkon, tiba-tiba dia kakinya berhenti begitu saja.

"Eh, sudah belum mereka ciumannya? Aku bisa buka mataku gak?" tanya Trey.

"Udah Trey. Buka aja. Udah selesai." jawab King.

"Eh, tapi kenapa Ace malah berhenti? Kok ya nggak lari? Tuh anak kenapa?" tanya Nine

"Tauk. Kayaknya dia nunggu dihajar Machina kali." jawab Eight yang tentu saja itu bukan jawaban serius.

Ace memegang bibirnya yang baru saja mencium Machina. Entah apa yang terjadi, tapi kenapa ada sensasi yang belum pernah ia rasakan setelah ia mencium Machina. Ada sensasi adiktif di situ di mana sentuhan bibir Machina terasa begitu kering namun begitu lembut. Entah setan mana yang merasuki, tapi Ace berpikir ingin mencoba mencium bibir Machina sekali lagi untuk memastikan bahwa apa yang ia rasakan sebenarnya tidak terjadi.

Perlahan Ace berbalik ke Machina yang masih belum mematung, belum hilang syoknya. Seketika Ace menghampirinya, memegang pipinya, dan mencium bibirnya sekali lagi. Kali ini ia menciumnya dengan lembut dari sebelumnya. Semakin menambah rasa kaget bagi semua yang menontonnya. Bahkan Trey yang baru saja membuka matanya menjadi sangat syok karena untuk pertama kalinya ia melihat adegan ciuman setelah sekian lama ia menutup matanya tadi, seperti ia menonton film horor saja.

Ace menempelkan bibirnya Machina dengan sedikit kecupan-kecupan lembut. Machina hanya diam saja, tanpa ada perlawanan maupun balasan.

Ace kemudian mengulum lembut bibir Machina. Dia tetap masih diam.

Ace kemudian mencoba menghisap pelan bibir bawah, dengan sedikit jilatan pada bibirnya, perlahan namun pasti, Machina mulai membalas ciumannya, tanpa ia sadari sendiri, membalas dengan kuluman tak kalah lembut namun lebih dalam. Sedikit kecupan juga ia berikan padanya.

Perlahan namun pasti, kedua pasang mata dari masing-masing pemiliknya mulai tertutup, mulai menikmati ciuman mereka layaknya sepasang kekasih. Kedua tangan Ace yang awalnya memegang pipinya perlahan merangkul lehernya, sedangkan tangan. Machina mulai memeluk pinggang dan punggung Ace.

Sontak aksi Machina yang membalas ciumannya membuat Rem semakin kaget, tak habis pikir bagaimana Machina bisa membalas ciuman dari seseorang yang sama-sama laki-laki alih-alih mendorongnya untuk melepaskan ciuman. Seven dan Deuce juga begitu kaget karena Ace lagi-lagi mencium Machina dua kali. Mereka juga tak menyangka bahwa Ace yang selama ini selalu bersikap tenang dan kalem serta digilai banyak wanita ternyata punya tendensi menjadi gay. Atau mungkin memang sebenarnya inilah kepribadian Ace yang sebenarnya? Bisa jadi, mengingat Ace selalu bersikap jaim dan penuh rahasia itu hanya untuk menutupi orientasinya yang sesungguhnya (tak heran jika Ace selalu cuek setiap kali ada siswi perempuan yang menyapanya atau berusaha mendekatinya). Dan jangan lupa dengan wajah Ace yang tipe androgini, bahkan wajahnya cenderung lebih disebut cantik ketimbang tampan. Bisa jadi karena itu Ace jadi seorang penyuka laki-laki.

Tak menghiraukan siapapun yang melihatnya, mereka tetap melanjutkan aksi ciuman sesama jenis mereka, bahkan ciuman mereka yang lembut dan tulus kini menjadi lebih dalam dan bergairah. Mereka saling mengecup, mengulum, bahkan menggigit bibir satu sama lain, menambah gairah yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Oh, dan jangan lupa Machina berinisiatif untuk memasukkan lidah ke dalam mulut Ace untuk mengeksplorasi setiap sudut dalam rongga mulut Ace dan Ace begitu menikmati jilatan atau sentuhan lidah Machina dalam rongga mulutnya. Secara reflek ia menjambak rambut Machina menimbulkan lenguhan bagi pria yang dijambak rambutnya.

Para laki-laki Class Zero yang lain juga ikut syok melihat adegan ciuman yang dilakukan lagi oleh Ace yang kali ini jauh lebih agresif atas inisiatifnya sendiri. Kecuali Jack. Karena dialah yang mencetuskan taruhan ciuman kepada Ace, otomatis dia merasa sangat puas hari ini.

"Aku tak menyangka Ace mulai ketagihan berciuman. Aku harus mengambil momen yang tak boleh dilewatkan." ujar Jack pada diri sendiri sambil mengarahkan kamera di HP ke arah dua lelaki yang sedang berciuman tersebut. Untungnya (baginya) kamera di HP nya punya fitur zoom dengn kualitas dan resolusi yang jelas sehingga ketika di zoom-in fotonya tetap jelas (ini bukan promosi lho ya.).

"Kukira semuanya sudah berakhir. Ternyata..." kata King menjeda lanjutan kalimatnya.

"Mata suciku... " ucap Trey merana, mengira bahwa semuanya sudah selesai.

"Sepertinya aku mulai kehilangan nafsu makan sekarang." tukas Nine mulai merasa ilfeel melihat adegan ciuman tersebut.

"Apa yang ada dalam pikirannya Ace hingga ia mulai sekarang ketagihan berciuman dengan sesama jenis?" tukas Eight.

Ciuman mereka semakin dalam. Mereka akhirnya melakukan French Kiss di mana lidah mereka saling bertarung mendominasi satu sama lain. Sembari lidah mereka saling bertarung, lidah mereka juga saling mencicipi satu sama lain, merasakan sensasi yang berbeda dari lidah mereka. Namun pada akhirnya Machina mampu mendominasi Ace sedangkan yang didominasi hanya mendesah di dalam mulut. Seketika saliva mereka yang sudah menyatu jatuh dari mulut mereka, lebih banyak ada pada Ace.

Setelah 1 menit mereka melepaskan ciuman mereka untuk mengambil nafas yang hampir habis. Sejenak mereka bertatapan mata hanya mendapatkan diri mereka tampak sayu dan lemas, namun tampak menggoda. Sangat menggoda.

Entah tanpa sadar atau tidak, Machina membelai pipi Ace lembut, kemudian ibu jarinya mengusap saliva di dagu dan bibir Ace, dan ia menjilati tetesan air liur yang mengalir di dagu Ace secara erotis. Ace hanya mengerang nikmat pada setiap jilatan-jilatan yang diberikan oleh Machina tanpa ada rasa jijik sama sekali. Malah Ace dengan senang hati menyambut lidah Machina dan menarikan lidah mereka bersama. Ciuman babak kedua pun dimulai.

Kini tangan mereka mulai menelusuri tubuh masing-masing lawan ciumannya untuk mencari titik yang nyaman untuk menyentuh dan merasakan kenyamanan tubuh masing-masing. Pelukan Ace di leher Machina semakin erat, malah ia dengan leluasa mengelus tengkuknya dan juga menarik rambut hitamnya. Begitu pula dengan pelukan Machina di pinggang Ace, bahkan ia sudah menelusupi tangannya ke dalam bajunya Ace untuk mengelus punggung mulus Ace. Mereka berdua sudah mulai melupakan keadaan sekeliling mereka di mana banyak orang yang melihat mereka, serasa mereka berada di dunia lain, berdua.

Sedangkan yang menonton mereka pun bereaksi macam-macam. Rem yang sudah tidak kuat dengan adegan dewasa tersebut hanya bisa menutup mata dan menoleh kepalanya. Deuce bahkan sudah mulai pingsan di samping Seven yang untungnya mampu ditahan oleh Seven. Bagaimana dengan para lelaki yang bersembunyi di sana?

"Sepertinya mereka mulai ketagihan dengan ciuman yang seperti itu sampai mereka lupa kalau mereka dilihat banyak orang." Komentar King

"Aku sudah tidak tahan lagi melihat ini semua..." Ujar Trey lemas kemudian dia jatuh tak sadarkan diri alias pingsan.

"Sepertinya aku takkan melihat Ace sama lagi... Dia benar-benar berbeda sekarang..." sahut Nine lemas.

"Apa jangan-jangan itu memang orientasi seksual aslinya Ace yang ia pendam selama ini? Maka tak heran jika ia selalu cuek pada setiap gadis yang mencoba mendekatinya." Komentar King.

"Diamlah King! Kau membuatku semakin ilfeel terhadap Ace. Kenapa sekarang kau jadi ketularan Trey, hah? Aku jadi ingin muntah, koraa~" omel Nine

"Yes! Akhirnya mereka ciuman dengan leluasa. Aku bisa bebas mengambil video sesuka hatiku, jadi aku bisa menyebarkan video tersebut ke media sosial. Hehehe..." ujar Jack licik. Eight hanya bisa melihat Jack dengan tatapan nanar. Bagaimana bisa ia menjatuhkan teman baiknya sendiri hanya gara-gara rasa iri, sekaligus mempermalukan anak baru di depan sahabat ceweknya pula. Namun ia juga tidak habis pikir dengan Ace yang tiba-tiba saja malah membuat keadaan menjadi parah. Juga tidak habis pikir dengan reaksi Machina yang justru membalas ciumannya Ace. Apa jangan-jangan keduanya juga gay? Terus bagaimana hubungan antara Machina sendiri dengan Rem? Bahkan Rem juga menyaksikan sendiri bagaimana mereka saling berciuman.

Setelah mereka berciuman kira-kira sekitar 3 menit (termasuk jeda ciuman mereka), mereka saling menghentikan ciuman mereka untuk mengambil nafas mereka setelah mereka hampir kehabisan oksigen. Sesaat mereka saling memandang satu sama lain. Sambil ngos-ngosan, keringat mereka bercucuran di dahi, pelipis, dan leher mereka, menambah kesan seksi dalam diri mereka masing-masing-masing. Bibir mereka basah karena saliva yang tertinggal sehabis mereka berciuman, hingga dagu milik Ace pun juga basah karena saliva yang menetes dari mulut mereka.

Dan mata mereka bertemu. Untuk pertama kalinya Ace melakukan kontak mata sedekat dan seintens ini dengan Machina, begitu pula sebaliknya. Sesaat mereka mengagumi keindahan mata satu sama lain.

'Mata birunya... benar-benar indah... begitu cerah... secerah langit biru...' gumam Machina dalam hati.

'Mata hijaunya... begitu tajam dan mengagumkan... seperti hutan belantara...' gumam Ace dalam hati.

Setelah mereka saling memandangi dan mengagumi satu sama lain. Ace mulai tersadar apa yang barusan ia lakukan, seakan-akan ia baru sadar dari hipnotis.

"Ah...aku minta maaf atas apa yang telah aku lakukan. Sebenarnya tentang ciuman tersebut... itu karena aku kalah taruhan oleh Jack. Dan semua ini salah Jack karena dialah bertaruh memintaku untuk menciummu. Tapi... aku sendiri juga tidak tahu kenapa aku justru berinisiatif menciummu lagi? Semuanya benar-benar di luar kesadaranku. Tapi mengenai ciuman yang pertama itu semua salah Jack. Sekali lagi aku minta maaf. Dan mengenai ciuman itu, aku tahu ini sulit tapi... lupakan saja apa yang barusan terjadi. Aku permisi dulu. Aku benar-benar minta maaf." Mohon Ace sedangkan ia sendiri merasa ini pertama kalinya dia ngomong panjang lebar tanpa jeda. Entah bagaimana reaksinya yang harus ia pasang? Malukah, Senangkah, atau Marahkah? Ace tidak tahu.

Seketika Ace langsung meninggalkan tempat di mana ia dan Machina berdiri. Machina kembali diam saja tak bergeming dan mematung setelah selesai berciuman. Bahkan Ace juga sempat 'berpamit' pada Jack sambil berkata, "Puas kau sekarang?" yang hanya dibalas cengiran oleh Jack.

"Ini akan menjadi hari yang sangat panjang untuknya." Gumam King prihatin terhadap Ace.

Sekarang mari kita lihat keadaan pada cowok-cowok setelah mereka menonton adegan tersebut. Trey sudah beberapa menit tak sadarkan diri dan King mau tak mau harus mengangkat tubuhnya yang tergeletak tak berdaya (bukan mati lho ya) lalu menggendongnya dari belakang (teman yang baik...). Nine mendadak lemas dan tak segarang sebelumnya seiring hilangnya nafsu makannya. Eight hanya bisa bergumam tak percaya mengenai tindakan Ace yang justru mencium Machina dua kali (setelah sebelumnya ia enggan berciuman awalnya), dan lagi-lagi ia menyalahkan Jack lagi karena taruhannya membuat Ace kini benar-benar jadi gay. Jack, ia hanya tersenyum nyengir penuh kemenangan melihat taruhannya dipenuhi Ace sampai dua kali sambil melihat hasil jepretan-jepretan yang ia ambil. Namun Seven bisa memperhatikan gelagat jelek Jack.

"Oh, rupanya Jack biang keladi yang bikin Ace bertingkah aneh hari ini. Pantas saja... Rupanya Jack bikin taruhan yang sangat tidak masuk akal dan menjijikkan seperti itu. Anak itu memang sengaja ingin menjatuhkan harga diri dan image Ace rupanya." Gumam Seven dengan nada sinis.

Rem yang sedari tadi hanya menonton mereka kemudian menghampiri Machina dengan ekspresi khawatir. Khawatir akan apa yang terjadi pada Machina hingga Machina melakukan suatu hal yang di luar dugaan.

"Machina...kau tidak apa-apa kan?" namun yang ditanya hanya diam saja. Masih tetap terperangah akan kejadian barusan.

"Machina...aku mengerti kalau kau benar-benar sangat syok dengan apa yang Ace lakukan terhadapmu. Tapi, mengenai balasan ciumanmu...apakah itu secara tidak kau sadari atau...errr...ah, yang pasti apa yang kau rasakan saat ini? Kuharap kau tidak mengingat kejadian memalukan seperti itu." Ucap Rem masih dengan nada khawatir.

"Ciuman pertamaku..." kata Machina menjeda.

"Ci-ciuman pertamamu? Berarti...ciuman pertamamu sudah diambil oleh Ace yang sama-sama laki-lakinya denganmu? Serius, Machina. Kuharap kau tidak terlalu memikirkan hal tersebut."

"Ciuman pertamaku...sudah dicuri olehnya...tapi..."

"Tapi apa?"

"Entah kenapa... aku tidak marah dengannya saat dia melakukan ini padaku? Aku justru merasakan kelembutan dan kenyamanan di bibirku saat dia mencium bibirku. Dan..."

"Machina...apa kau sadar apa yang kau ucapkan barusan? Machina! Yang menciummu itu Ace. Ace itu laki-laki."

"Aku tahu, Rem. Aku tahu. Dia berani-beraninya menciumku tanpa permisi. Tapi..." sempat Machina menjeda perkataannya untuk menghela nafas sebelum akhirnya ia melanjutkan kembali kata-katanya.

"...aku mulai menyukainya." OK, sepertinya Rem sudah mulai mencium tanda-tanda bahwa Machina akan memiliki kecenderungan menjadi pecinta lelaki alias gay.

.

.

.

TBC