Periode 1: Twirling / Putar-Putar

.

"... Jadilah Temanku!"

.

Kala itu suasana jam makan siang di SMA Otonokiza mendadak menjadi heboh dengan kehadiran seorang gadis tomboy berambut oranye yang tiba-tiba datang menyela waktu istirahat kakak kelasnya yang sedang asyik melahap roti isi di bawah pohon besar.

"Humm... Tentu, Kenapa nggak?!" Jawab sang gadis rambut coklat ginger tersebut dengan senyuman lebar sambil terus melahap rotinya.

"Sungguh?! Yay!" Seru sang gadis kucing penuh semangat seraya merangkul kakak kelasnya secara spontan dan segera pergi meninggalkannya begitu saja.

"Kayo-chin... Kayo-chin, hari ini aku berhasil mendapatkan 1 teman lagi di sekolah ini...! Aku hebat kan?!"

.

Seru gadis tomboy tersebut dengan manja kepada sahabatnya yang berdiri tidak jauh dari sana sedang memperhatikan dia dengan pandangan cemas. Tanpa banyak berbicara gadis berkacamata itu segera menarik lengan sang gadis kucing tersebut dan menyeretnya pergi meninggalkan pohon rindang tersebut setelah membungkukkan badan di hadapan kakak kelas mereka.

.

"Humm, Honoka, memangnya kamu kenal dia?" Tanya gadis berambut panjang yang berdiri disebelahnya dengan penuh pandangan heran dan ajaib saat melihat tingkah adik kelasnya barusan.

"Errrr... Enggak juga sih!..."

"Tehehehe..."

.

-ooo-

.

Psstt... Namaku ialah Rin Hoshizora, murid kelas 1 SMA Otonokizaka, Kanda, Tokyo. Saat ini aku sedang terlibat dalam sebuah misi penting dan rahasia! Karena ini rahasia jadi tidak boleh ada seorangpun yang mengetahui tentang misi ini!

Apa? Kalian mau tahu?!

Nggak boleh! Lagipula Cuma aku saja yang bisa mengerjakan tugas ini karena keberhasilan misi ini akan menentukan nasib sekolahku di masa depan! Hummm... (angguk kepala)

.

Bercanda! :P

.

Misi yang aku bicarakan disini adalah targetku yaitu untuk berteman dengan semua orang di sekolah ini. Ini misi yang sulit, bukan?! Nee, kalian tahu kenapa aku ingin sekali melakukan ini?! Itu karena aku mendengar bahwa sekolah ini akan segera ditutup. Aku tidak tahu apakah aku harus merasa sedih atau cemas memikirkan itu namun semakin aku memikirkan itu aku hanya berpikir bahwa setidaknya aku ingin melakukan sesuatu sekolah ini.

B-bukan.. Aku tidak sedang berencana menyelamatkan sekolah ini... Itu terlalu berat, hahaha... Aku tidak sanggup melakukan itu. namun, setidaknya aku ingin membuat kenangan dengan semua orang yang ada disini. Menjadi teman mereka. Bukankah itu lebih mudah untuk dilakukan, kan?

Saat ini aku sudah berhasil berteman dengan semua anak di kelas 1, kelas angkatanku yang hanya terdiri dari satu kelas saja dan tadi aku juga telah berkenalan dengan senpai-ku, yang berarti aku sudah berteman dengan sebagian besar senpai di kelas 2, sebelumnya aku juga sempat berkenal dengan beberapa senpai di kelas 3. Hmm... Untuk mengajak ngobrol para senpai itu sulit lho! Mereka itu terlalu sibuk untuk belajar sampai tidak mau meluangkan waktu untuk bermain denganku.

Kalian tahu, kemarin sore saat berada di perpustakaan aku sempat berusaha mengajak ngobrol dengan salah satu senpai di kelas 3, yang bertubuh pendek itu – umm... duh, namanya siapa yah? – dan kalian tahu?! Dia bahkan secara terang-terangan mengusirku untuk segera pergi keluar dari ruang perpustakaan. Itu keterlaluan, kan?! Duuh, kejam!

Tapi, Tehehe... Ya sudahlah, lain kali saja aku akan mencobanya lagi.

Umm, Tapi kalau aku ingat-ingat lagi. Sebenarnya, ketika sewaktu tadi aku bilang bahwa aku sudah berteman dengan semua anak kelas 1, sepertinya aku telah melewatkan 1 orang... Oh iya, anak itu! Aku masih belum berteman dengannya! Hari ini aku akan mencoba untuk berteman dengan dia. Doakan aku yah!

.

-000-

.

"... Huh, Nggak deh!"

"T-Tapi... Rin mau berteman dengan Maki-chan!" Kataku pantang menyerah.

"Huftt (mengehela nafas)... Namamu Rin yah?" Tanya gadis berambut merah itu kepadaku, aku membalasnya dengan anggukan kepala.

"Rin, dengarkan ini baik-baik... Aku akan mengatakan ini sekali untuk selamanya!"

"Rin, kamu itu orang yang menyebalkan dan aku tidak pernah ada niatan untuk berteman denganmu! Mengerti?!"

"Nah, Kalau kamu sudah tidak ada urusan lagi, jangan pernah berusaha untuk mendekatiku lagi, yah? Bye!" Ujar Maki sambil pergi meninggalkanku di koridor kelas sendirian.

.

Sesaat setelah mendengar perkataannya tiba-tiba badanku menjadi berdiri kaku mematung, lidahku keluh seperti membeku dan aku tidak tahu harus berbuat apa untuk menanggapi jawaban itu. Ini adalah pertama kalinya ada seseorang yang menolak pertemananku dengan terang-terangan. Saat ini aku merasa bahwa jantungku berhenti berdetak saat mendengarkan itu, bersamaan dengan itu aku hanya bisa melihat dia pergi meninggalkanku sendirian, semakin jauh. Shock!

Berdiri di lorong kelas sendirian tanpa ada seorangpun yang melewatinya membuatku tercekat dalam kesendirianku. Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk mengatasi perasaan galau ini. Bahkan tanpa sadar sudah cukup lama aku berdiri tertegun seperti itu sampai Kayo-chin, sahabatku yang baru saja kembali dari ruang perpustakaan segera bergegas menghampiriku dengan ekspresi wajah panik khasnya.

.

"EHH! RIN-CHAN!"

"KAMU KENAPA?!"

.

Segera setelah Kayo-chin menegurku, akupun terbangun dari kondisi linglungku dan menatap wajahnya yang cemas dan panik, kehangatan tubuhnya ketika dia memelukku dengan erat membuatku terharu dan tanpa sadar aku larut dalam perasaan melankolisku.

.

"Ka-Kayo-chin..."

"Apakah Rin itu orangnya menyebalkan yah?!" Rengekku di dalam dekapan dadanya.

"Heeehh...?!"

.

Kayo-chin tidak mengatakan sepatah katapun untuk menghiburku selain mengelus-elus rambutku pelan-pelan namun lembut. Bagaimanapun juga, aku sangat bersyukur memiliki seorang sahabat seperti Kayo-chin. Namun, meskipun begitu aku sudah memutuskan bahwa aku tidak akan putus asa untuk terus meminta Maki untuk menjadi temanku.

.

-000-

.

"Emmm... Unnhh..."

"K-Kamu... Kamu tuh ngapain woy?!" Tanya Maki dengan risih memandangiku yang sedang duduk bersimpuh di depan bangku mejanya.

"Minggir!..."

"Nggak mau!" Bentakku.

"Apa-apaan sih ini?! Woy, kamu... Berdirilah! Kamu itu menghalangi jalanku, tahu!"

"Nggak... Aku nggak akan mau berdiri sebelum Maki-chan memaafkanku!"

.

Sementara itu semakin banyak murid yang mendatangi kelasku karena melihat kehebohan tersebut. Aku sih tidak terlalu perduli dengan pemandangan seperti ini, namun tidak untuk Putri Maki, aku bisa melihat bahwa dia merasa begitu malu saat menjadi pusat perhatian orang banyak.

.

"Mou... Baiklah, aku ngerti!"

"Aku ngerti!... Iya, Iya.. Aku memaafkanmu!..." Serunya sambil memegangi lenganku dan memaksaku untuk segera berdiri.

.

Pada saat itu aku benar-benar sangat senang mendengarnya, aku menatap wajahnya yang memalingkan pandangannya karena tidak ingin melihat wajahku, namun aku bisa melihat raut muka merah padam karena memendam perasaan malu dan tanpa sadar aku spontan segera memeluknya erat. Maki tampak begitu terkejut menerima perlakuan tersebut sehingga dengan segera dia menepis tanganku dan mendorongku menjauhi dirinya.

.

"S-Stop! Jangan dekat-dekat denganku! Meskipun aku memaafkanmu, b-b.. bukan berarti aku sudi untuk menerima kamu sebagai temanku, tahu!"

"Eh, Kenapa?" Tanyaku heran.

"Unn... Unn... Unn..." Gumam Maki panjang.

"Pokoknya aku tetap gak mau berteman dengan siapapun!" Teriaknya ke arahku sambil pergi meninggalkan ruang kelas.

"Ma.. Maki-chan?"

.

Aku hanya bisa terpongah melihat kelakuannya. Ingin aku mengejar dia, namun uluran tangan Kayo-chin dari belakang pundakku mengatakan untuk tidak berbuat itu. Akupun setuju dengan Kayo-chin dan berusaha untuk menenangkan diri.

Hari ini di sekolah aku tetap mengikuti pelajaran seperti biasanya, aku berusaha keras untuk tidak lagi mendekati Maki seharian ini karena aku tidak ingin menjadi penganggu untuknya. Satu hal yang bisa aku lakukan hanyalah memandangi dirinya yang kesepian dari sisi belakang tempat dudukku, aku yang melihatnya duduk sendirian di bangku mejanya tanpa berusaha berkomunikasi dengan teman-teman yang lain. Sebenarnya itu hal yang membosankan sih, tapi aku sudah berjanji untuk tidak mau lagi membuatnya marah. Tapi khusus untuk hari ini aja lho yah, kalo besok sih pasti akan mendekati Maki lagi. Tehehehe...

.

-Periode 1: End-