Warnings: OOC, AR (alternative reality), AT (alternative timeline) ANEH—mungkin, typo yang berseliweran, EyD yang tidak sesuai, alur maju, crime dadakan yang nanti muncul di chapter selanjut-lanjut-lanjutnya! NO EDITING!
Disclaimer: Eyeshield 21 milik Yuusuke Murata dan Riichirou Inagaki, saya tidak mendapatkan keuntungan material apapun dari fanfiksi ini :D
Inspirated by: Karin-Mikkadhira's FSF Way of Love Infantrum Challenge prompt—Three Hours Between Plane. Seharusnya fic ini disetorkan untuk challenge dari Mikkadhira-san, tapi pada akhirnya saya ganti prompt dan baru sekarang saya publish :")
Dedicated For; Hukuman SEVERABLE challenge.
.
.
Carnadeite dengan bangga mempersambahkan—
"Paper Plane"
—sebuah fanfiksi sederhana yang dibuat untuk warga FESI yang nantinya akan Deite rindukan. Baca pelan-pelan saja dan silahkan menikmati.
.
.
[Every person has something that value to them—
—and for us ... it's just a little paper plane]
.
.
Bagian satu—Pertemuan.
.
Pertemuan pertama tiap orang yang nantinya diikat oleh takdir pastinya berbeda-beda. Well, mungkin ada pertemuan yang mirip satu sama lain secara tidak sadar, ada yang berbeda satu sama lainnya bagai minyak dan air, atau kemungkinan-kemungkinan lain yang hanya Sang Maha Pencipta ketahui. Akan tetapi, ada satu atau dua hal yang pasti akan menjadi kesamaan dalam sebuah pertemuan pertama.
Pertemuan pertama itu pasti meninggalkan kesan yang berbeda—menjadikannya spesial di antara berjuta pertemuan yang lainnya.
Tidak ada pengecualian dan yeah.
Seorang Hiruma Youichi kecil pun bisa merasakan ajaibnya sebuah event yang tak bisa diulang untuk kedua kalinya itu.
.
.
Hiruma Youichi kecil memiringkan bibirnya sedikit, mengulas senyuman kecil yang nampak samar dilihat. Matanya berkilat antusias khas anak kecil pada normalnya. Hei, tokoh utama kita ini belum beranjak menjadi remaja iblis yang nanti akan dikenal seantero Jepang, kan? Maka, bisa dilihat dari sisi manapun bahwa sang-calon-komando-dari-neraka itu sedang bahagia—err ... koreksi, sedikit senang.
Dalam genggaman tangan mungilnya itu terdapat sebuah permen karet less sugar, mint flavour. Untuk pandangan anak kecil pada umumnya, permen karet tanpa gula (dengan kemasan polos tanpa warna-warni dan gambar menarik) itu sepertinya ... aneh. Terlalu aneh. Tentunya, bagi mereka yang masih kanak-kanak, permen karet manis dengan kemasan luculah yang akan dipilihnya. Tapi bagi Hiruma Youichi, inilah permen karet yang sesungguhnya. Inilah permen karet pertamanya.
Maka, tak salah 'kan apabila Hiruma Youichi sedikit senang karena sudah menemukan sesuatu yang nantinya akan menjadi salah satu trademark-nya? Atau lebih tepatnya, ia sudah mendapatkan sesuatu yang nantinya ia sukai.
Apapun itu, ia sangat berterimakasih pada Sang Ayah yang kini berjalan di sebelahnya. Hiruma mendongak demi melihat wajah ayahnya. Walau wajah sang ayah terhalang sinar lembut mentari senja, Hiruma Youichi masih bisa membayangkan wajah beliau—lelaki tampan dengan garis wajah yang sedikit tegas dan angkuh. Hiruma kecil bisa membayangkan (dan nantinya akan ia tiru) tatapan dingin dan datar ayahnya yang kini sedang membelah jalanan di hadapan mereka.
Hiruma kecil yang saat hana-fubuki* kali ini berjalan di sebelah ayahnya merasa dunia kecilnya sempurna. Tangan besar sang ayah yang menggenggamnya, tangan satunya yang sedang memegang sebuah permen karet, pakaian baru yang ia kenakan, sebuah pemandangan bunga sakura yang berguguran di hadapannya, angin lembut yang membelai rambut hitamnya dan sinar keemasan yang mewarnai setiap langkah mereka membuat hati bocah berumur empat tahun itu terasa ringan. Ingatan superiornya yang sudah terlatih sejak saat ini membuat ia bisa merekam jelas fragmen-fragmen yang menyusun hari sempurnanya ini.
Dan ... ia akan mengingatnya—
"Nak," panggil Sang Ayah dengan suara beratnya. Hiruma menoleh dengan antusias, namun ekspresinya nampak datar—sama seperti yang sering ayahnya lakukan bila sang ibu memanggil.
"Ya?"
"Tunggu di sini." Kemudian sosok tegap itu menghilang dari pandangannya.
Sesuai dengan perintah ayahnya, Hiruma pun segera mencari tempat duduk yang tak jauh dari spot tersebut. Setelah berkeliling sejenak, emerald-nya menemukan sebuah bangku yang kosong. Tak ingin tempat itu terisi oleh orang lain, Hiruma pun bergegas menghampiri bangku itu dan mendudukinya.
Setelahnya, anak lelaki itu berambut gelap itu tidak lantas bersantai-santai. Ia melirik ke kiri dan ke kanan, mencari sosok ayahnya yang menghilang di balik kerumunan orang. Mendecih kecil, ia menendang-nendang batu yang ada di hadapannya. Hiruma kecil rupanya tak suka menunggu.
Sampai kemudian ia mengingat permen karet yang ada dalam genggamannya. Ah ... mungkin ini saat yang tepat untuk memakan permen karet itu (karena setelah ini ayahnya akan datang dan ia bisa menceritakan rasa permen karet pertama yang telah dicicipinya). Menyeringai kecil, Hiruma pun merobek pelan kertas yang membungkus permen karet secara simetris itu. Ia tidak ingin ada bagian yang robek dari kertas itu. Sampai pada akhirnya permen karet itu tidak lagi ditutupi apa-apa dan Hiruma bisa melihat hijaunya permen karet itu.
"Ah ... hijau dari daun mint," gumamnya sambil mengangguk atas pemikirannya sendiri.
Lalu, ia pun memakannya. Dan Hiruma kecil kita tersenyum tipis—ia menemukannya, ia menemukan sesuatu yang akan ia sukai nanti. Walaupun ekspresi wajahnya tampak biasa-biasa saja, tetapi komandan kecil kita ini sedang dalam mood yang baik. Maka, sambil mengunyah permen karetnya itu, ia pun melipat-lipat kertas pembungkus itu menjadi sebuah pesawat kertas berukuran mini dan memainkannya (tanpa suara 'Shuuuu' yang menggelikan).
Tangannya yang masih mungil itu membawa pesawat kertas itu ke atas dan ke bawah. Sesuka hatinya ia bawa pesawat kertas itu bermanuver ke kiri dan kanan. Melihat pemandangan ini, kita bisa saja menganggapnya sama seperti anak kecil pada umumnya. Dan ya, ia memang anak kecil biasa yang—
"Youichi, ayo."
Mendengar suara ayahnya, ia pun lantas melupakan pesawat kecil itu dan atensinya pun sepenuhnya teralih pada sosok sang ayah sudah ada di hadapannya. Ia pun segera beranjak dan—
—Membuang mainannya.
Pesawat kertas itu tergeletak begitu saja di bangku taman. Dasar anak kecil. Baru sampai beberapa langkah yang ia ambil, ia melihat ke belakang dan mendapati seorang gadis kecil yang sedang memegang pesawat kertas miliknya. M-i-l-i-k-n-y-a.
Sang gadis kecil yang merasa diperhatikan itu kemudian menoleh ke arah Hiruma.
"Hei—" sahut mereka berbarengan.
Kini, pandangan mereka berpandangan. Zamrud bertemu safir. Hitam bertemu cokelat kemerah-merahan. Hiruma bertemu Anezaki. Youichi bertemu Mamori.
.
.
.
Lalu?
"APA YANG KAULAKUKAN DENGAN MAINANKU?!"
"KENAPA KAU TIDAK MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA?!"
.
.
.
Dan setelah permohonan Mami Anezaki atas perilaku puterinya yang (menurut dirinya sendiri) tidak sopan, lalu Yuuya Hiruma yang berhasil menghentikan celotehan putranya yang terus mencela Mamori, akhirnya mereka sampai pada sebuah konklusi.
Hiruma bisa mendapatkan pesawat kertas miliknya, dan Mamori bisa berhenti menangis (karena Hiruma sudah berhenti mengejeknya dengan sebutan 'gendut', 'galak', dan semacamnya).
Mereka pun berpisah di jalan.
.
.
.
"Lain kali, jaga bicaramu, Youichi."
Itulah kalimat yang kemudian sang ayah katakan padanya kemudian. Hiruma tidak pernah suka dinasehati. Sekalipun oleh sosok yang ia kagumi. Tapi, untuk hari ini, walaupun ia dinasehati, tidak jadi menceritakan apa tanggapannya tentang permen mint itu, mendapati pesawat kertasnya dalam bentuk yang tidak karuan lagi, dan membuat ayahnya malu, ia tidak merasa bad mood atau semacamnya—
Hiruma Youichi menyeringai.
—karena hari ini, ia pertama kali merasakan hidupnya sempurna seutuhnya.
.
.
-End-
Untuk informasi: Fic ini untuk di awal berisikan kurang lebih 5 kumpulan oneshot yang saling berhubungan. Di bagian 6 sampai terakhir barulah bagian multichapter (yang ada hubungannya dengan 'Held' dan kelima oneshot di awal) muncul :D
A/N: Yeah! Deite kembali! Adakah yang kangen sama Deite? *pelukin readers* Waah~ senangnya bisa kembali menulis di multichap di FESI. Huhuhu, kangen banget. Maka, dengan berbekal kenekatan dan waktu yang mendesak kesana-kesini, Deite bikin fic ini. Well, jadi anak kelas tiga yang mau ujian ternyata gini rasanya. Susah banget ngatur waktu, un! Tapi kalau bisa nyuri waktu buat ngetik, Deite pasti ngetik fic ini dulu. Untuk multichapter yang lain, pasti Deite lanjutin. Tapi ya ... progressnya itu nggak akan secepet fic ini—yang udah sejak awal-awal masuk FFn Deite konsep bareng 'Choice'. Huhuhu, gimanapun, untuk meraih mimpi diperlukan pengorbanan bukan? :')
Btw, untuk bagian satu ini Deite bingung ngasih genre apa, asa nggak ada yang cocok gitu ;_; jadi general aja yaa~ Dicukupan ocehan dari Deite dan untuk semuanya, fighting! Ayo majukan fanfiksi Indonesia! #geber-geber spanduk IFA2013 \'o'/
Terima kasih sudah membaca,
Silahkan tinggalkan review apabila berkenan :")
