Seorang gadis berambut merah muda berlari dengan tergesa-gesa menuju papan pengumuman yang terletak di dekat ruang kepala sekolah Konoha Gakuen untuk melihat nilainya. Sistem di sekolah menengah ini memang agak berbeda dengan institusi pendidikan lainnya. Sejak Tsunade Senju memimpin sekolah ini, tampaknya beliau memerkenalkan sistem baru untuk mendongkrak motivasi yang bisa mendongkrak nilai para muridnya. Nilai akhir setiap semester akan dihitung dan dijadikan patokan bagi setiap siswa untuk masuk ke kelas mana. Dengan sistem ini, jelas tidak ada lagi murid yang bisa bersantai-santai.

Begitu juga dengan gadis berambut permen kapas ini. Gadis itu merutuk kesal. Sepertinya pagi ini ia sudah datang cukup awal agar tidak berdesak-desakan saat melihat pengumuman nilai yang akan menentukan kelasnya. Tapi apa daya, euforia teman-temannya untuk melihat nilai lebih dahsyat sehingga kerumunan manusia di depan papan nilai menghalanginya untuk melihat nilainya.

"Hinata-chan bagaimana nilaimu?" tanya Sakura saat melihat gadis berambut indigo itu melewatinya.

"Ya, a-a-agak menurun tapi a-a-aku tetap di kelas A, Sakura-chan." jawab Hinata sambil tersipu malu. Sakura hanya bisa mengangguk-angguk sambil mengucapkan selamat pada Hinata.

Sebenarnya bukan hal baru juga baginya ketika melihat Hinata berada di kelas yang berisi anak pintar-pintar. Dulu saat SMP pun Hinata kerap menjuarai olimpiade sains. Dan hal itu berbeda 180 derajat dengan dirinya. Sakura hanyalah gadis biasa-biasa saja. Ia lebih suka bergosip dengan teman-temannya dibandingkan menekuni buku sainsnya. Ia juga lebih suka makan berbagai macam makanan yang ia suka ketimbang mengerjakan soal-soal matematika yang menurutnya sungguh membosankan.

Kerumunan di depannya masih ramai, namun gadis berjidat lebar itu benar-benar penasaran akan nilainya. Seingatnya ketika ujian penentuan kelas dua minggu yang lalu ia sudah belajar dengan keras. Bahkan ia sampai menolak ajakan Ino untuk shopping saat ada sale besar-besaran beberapa waktu lalu. Gadis itu berharap ia juga bisa masuk kelas A seperti Hinata….agar bisa bersama orang itu.

Semoga saja.

.

.

Perlahan kerumunan di depannya mulai berkurang. Sakura maju ke depan papan nilai. Mancari namanya dari urutan terbawah─entah mengapa ia merasa pesimis ketika melihat papan pengumuman. Ia sendiri merasa soal ujian yang kemarin ia kerjakan susahnya melebihi soal-soal di teka-teki silang di majalah yang sering diisi ibunya.

"Hei jidat jidat! Lihat itu! Itu ada namamu!" Sakura menoleh ke si empunya suara yang tak lain adalah Ino.

"Mana? Mana?" Sakura berjalan mendekati Ino.

"Lihat, itu ada namamu di kelas A." kata Ino dengan bersemangat sambil terus menunjuk papan pengumuman dengan nama Haruno Sakura. "Urutan dua dari bawah!" Ino menambahkan dengan keras. Namun tampaknya Sakura tidak peduli.

Sakura terdiam. Mimpinya untuk bisa sekelas bersama orang itu pun terwujud.

"Huwaaaa pig lihat! Aku ada di kelas A!" Gadis berambut harum manis itu bersorak gembira sambil merangkul bahu sahabatnya itu.

Ino terisak pelan. "Ah, aku tidak tau harus sedih atau senang. Kau tega sekali meninggalkanku Sakura."

Sakura yakin sarapan paginya masih normal, namun entah mengapa hari ini dia merasa sangat beruntung. Satu hal yang membuat sedih adalah perpisahannya dengan Ino.

Sakura sangat bahagia. Sangat-sangat-bahagia! Tulis dengan penebalan dan garis bawah─ serta tanda seru yang banyak jika perlu!

Sekuat tenaga Sakura meyakinkan dirinya kalau ini nyata. Ini! Nyata! Ini-bukan-delusi! Wow!

Kami-sama….terima kasih. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

Sejujurnya Sakura tidak tahu harus bagaimana. Hati kecilnya masih ingin berteriak bahagia karena impiannya tercapai. Tapi tentu saja ia tak 'kan sampai hati berbahagia diatas penderitaan sahabatnya; Ino. "Baiklah nanti kita belajar bareng ya. Semester depan 'kan kau bisa menyusulku di kelas A!" ucap Sakura menghibur. "Kau lihat, Sai yang kau sukai juga berada di kelas A. Apa kau tidak ingin sekelas dengannya?" imbuh Sakura berbisik sambil meninggalkan kerumanan orang yang masih memadati papan pengumuman nilai. Ino pun tergelak mendengarnya.

"Ah aku tahu sekarang. Motivasimu masuk kelas A pasti karena orang itu kan. Ya 'kan?". goda Ino sambil menyenggol bahu sahabatnya sedangkan yang ditanya hanya bisa menunduk. Menyembunyikan semburat merah tipis di pipinya.

.

.

.

The Sun of My Life

by Venusa Rays collab with Lyonia Avilura

Comfort/Romance/Friendship

Naruto © Masashi Kishimoto

Warning: Alternate Universe, maybe out of character

.

.

.

Sakura berjalan dengan penuh semangat menuju kelasnya. Hanya ia dan Sai yang merupakan penghuni baru kelas A menggantikan Karin dan Kiba yang sekarang berada di kelas B. Itu pun Sai masuk kelas B semester yang lalu karena dia sakit saat ujian akhir.

Ketika Sakura memasuki kelas, bangku satu-satunya yang ada hanya di depan meja guru. Mau tidak mau ia meletakkan pantatnya disana. Padahal ia berencana duduk belakang agar bisa mengamati kebiasaan manusia di kelas A. Sepertinya aku Shikamaru mendahuluiku.

Ia melihat teman-teman kelasnya dari kursi paling depan─dengan pandangan yang paling jelas. Semester ini baru saja dimulai tapi yang ia lihat teman-temannya sibuk dengan buku mereka masing-masing. Sakura memijit kepalanya─mendadak kepalanya pusing. Huh…apa aku akan baik-baik saja ya?

Hinata sedang asyik mengerjakan soal matematika─bahkan sampai tak melihat Sakura. Shino membaca buku tebalnya yang jika Sakura tidak salah lihat judulnya "Reproduksi Serangga". Cowok cakep pindahan dari Suna Gakuen, Gaara mengerjakan kumpulan soal-soal fisika. Cowok incaran Ino sedang melukis. Dan sejauh ini sepertinya hanya Shikamaru yang terlihat menikmati hidupnya─tidur.

Ah, dan pangeran tampannya!

Tentu saja dia sedang belajar, Sakura-baka! Mana mungkin dia sibuk melihat sekeliling sepertimu, pikir Sakura.

Sakura menghela nafas. Haruskah kehidupannya satu semester kedepan akan berlangsung seperti ini? Kalau bukan karena orang itu, jelas ia tidak akan sudi masuk ke kelas yang hampir seluruh isinya bersikap serius seperti ini.

.

.

"Selamat pagi anak-anak!"

"Ohayou Sensei~" jawab siswa kelas A serempak.

"Perkenalkan, saya Hatake Kakashi selaku wali kelas untuk kelas A sekaligus guru matematika untuk murid tahun kedua di Konoha Gakuen ini. Jadi, bagi penghuni lama, kalian pastinya sudah mengenal saya. Tapi untuk penghuni baru, saya ucapkan selamat datang." Kakashi Hatake, guru matematika aneh yang suka bawa buku bersampul wanita-wanita seksi kemana-mana. Yang Sakura tahu, orang jenius memang agak aneh.

"Saya harap kalian belajar dengan sungguh-sungguh di kelas ini karena kelas ini merupakan kumpulan siswa dengan nilai terbaik dari Konoha Gakuen. Saya berharap kalian tidak menyianyiakan kesempatan emas kalian di kelas A ini untuk tahun kedua kalian. Jadi, pertahankan nilai kalian agar dapat berada di kelas ini." Sambutan yang cukup bagus untuk ukuran guru pemalas seperti Kakashi Hatake, pikir Sakura.

Sakura menguap bosan. Menurutnya Kakashi-sensei tidak selucu Gai-sensei saat menjadi wali kelasnya dulu. Yah, lebih baik sih daripada aku harus berhadapan dengan Ibiki-sensei.

"Karena ini masih di awal tahun ajaran baru, saya ingin membuat aturan baru mengenai tempat duduk." Seketika sorak tidak setuju menggema di seluruh kelas. Bayangkan saja berada di kelas dengan penghuni manusia-manusia special dengan guru-guru pilihan serta pressure dari lingkungan, sekarang duduk pun harus diatur. Sakura tiba-tiba ingin mual. "Saya akan menentukan posisi tempat duduk kalian. Setiap siswa harus mengambil gulungan kertas berisi nomor yang sudah saya siapkan. Untuk denah nomornya akan saya gambarkan setelah ini." Kakashi menjelaskan dengan sangat jelas tanpa menggubris murid-muridnya yang protes. Ia melanjutkan penjelasannya dengan menggambar denah tempat duduk di papan tulis agar dapat di mengerti dengan mudah.

"Semester ini pasti akan merepotkan." Sakura hanya mengangguk-angguk mendengar keluhan Shikamaru.

.

.

Sakura membuka gulungan kertas yang ada di tangannya.

21?

Sakura tersenyum. Setidaknya ia tidak perlu duduk di depan sendiri. Menurutnya duduk di belakang jauh mengasyikkan daripada duduk di depan. Ia berjalan ke arah bangku nomor dua puluh satu. Ia melihat Shino ada di sebelah kanannya dan Hinata di sebelah kirinya. Ia menghela nafas, walaupun ia tidak mengenal Shino, setidaknya ada Hinata yang ia tahu teman yang baik─yah meskipun sedikit aneh.

"Sa-sakura-chan, semoga betah di kelas A ya." Hinata masih pemalu seperti terakhir mereka berbicara.

Sakura balas tersenyum ramah. "Oh. Hai. Mohon bantuannya ya Hinata!"

Sakura melihat bangku depannya masih kosong. Gadis itu hanya bisa berharap bukan orang itu yang duduk di depannya. Karena kalau tidak, bisa-bisa jantungnya itu meledak sendiri ketika pelajaran berlangsung.

DEG DEG DEG

Sepertinya nasib─ah, gulungan kertas Kakashi-sensei berkata lain. Orang itu duduk di depannya sungguhan. Di depan tempat duduknya! Oh tidak! Apa yang harus ku lakukan!

Raut muka gadis itu berubah menjadi merona merah saat ia tahu yang duduk di depannya adalah orang yang ia sukai. Orang yang membuatnya menggebu-gebu dan termotivasi untuk masuk kelas A.

Orang itu adalah...

"Uchiha-san, sepertinya kita duduk bertetangga."

"Hn."

"Akan lebih baik jika kau bisa banyak tersenyum ya, Uchiha-san." Pangeran Ino. Sakura tahu dari kulit pucatnya yang menyerupai mayat. Shimura Sai, pelukis hebat yang entah mengapa malah masuk Konoha Gakuen, padahal rumornya ia sudah diterima di sekolah seni terkenal di Suna. Sasuke hanya mendengus tak menghiraukan ucapan makhluk di sampingnya. "Benar begitu 'kan, Haruno-san?" Sai mengimbuhkan dengan senyum khasnya.

Sakura tampak kikuk dengan ajakan percakapan yang tiba-tiba dari Sai. "I-iya." Sakura setuju dengan ucapan Ino yang mengatakan Sai tampan, tapi ternyata mulutnya pedas.

Dari kursinya, Sakura seperti melihat sepasang anak kembar; Sasuke dan Sai. Bagaimana tidak, kulit putih─yah meskipun Sai lebih pucat─ juga postur tubuh yang hampir sama dengan model rambut yang sedikit mirip membuat mereka bagai pinang dibelah dua. Bedanya rambut Sasuke kebiruan, dan Sai hitam kelam.

Sakura bisa mendengar Sai mengajak berbicara Sasuke dengan berbagai topik yang sepertinya hanya dibalas dengan 'hn' atau hanya anggukan. Sasuke tampak berbeda dengan Sasuke tiga tahun lalu.

"Sakura-chan! Ayo kita ke kantin. Aku dan Dobe sudah lapar nih!" Naruto berteriak heboh. Sasuke yang disebelahnya hanya mengangguk tanda setuju.

"Ya, ehm─ tapi aku tidak bawa uang. Kalian ke kantin saja."

"Aku ada uang lebih, pakai uangku saja," ucap Sasuke pelan.

Sakura mengerjap mendengar ucapan Sasuke. Ia terharu bukan main. "YA!"

Ingatan Sakura melayang di waktu dimana Sasuke masih seorang Sasuke Uchiha yang baik dan err…manis. Sejak kakaknya meninggal, Sasuke jadi….

Sakura tidak mau melanjutkan ucapannya sendiri. Ia yakin Sasuke bisa berubah seperti dulu lagi. Tunggulah Sasuke! Akan kutunjukkan apa itu kekuatan cinta!

To Be Continued…..

.

.

.


Terima kasih sudah membaca.

Xoxo

VR & LA

Mind to review? :)