Title : We're always together, right ?
Genre : Family, Friendship, Bromance
Cast : BTS member
Rating : T / General
Length : Chaptered
A/N : Terinspirasi dari BTS - Prologue, BTS MV, BTS Song.
Chapter 1
(Taehyung bagian pertama)
Tut.. tut.. tut..
"Halo," suara serak seorang pria khas bangun tidur terdengar disambungan telepon.
"..."
"Apa? Cepat katakan apa mau-mu, kau sudah menggangu waktu tidurku yang berharga." gerutu suara tersebut, dari nada suaranya ia terdengar sangat jengkel karna tidak mendengar jawaban apapun diseberang sana. Pria tersebut sudah akan memutuskan sambungan teleponnya hingga saat sebuah suara lirih menyahut dari si penelepon.
"Namjoon hyung," suara yg terdengar sangat familiar.
"Iya ada apa?" Pria yg dipanggil Namjoon itu segera bangkit dari posisi tidurnya saat ini, merendahkan nada bicaranya. Matanya refleks tertuju pada jam dinding dikamarnya yang menunjukkan pukul lima pagi, ia bahkan baru bisa tertidur satu jam yang lalu.
"..." si penelepon kembali tidak menyahut, tapi Namjoon dapat mendengar samar-samar suara seseorang yang tengah menangis dari seberang telepon.
Namjoon mulai khawatir, melirik sekilas handphone digenggaman tangannya hanya untuk memastikan si penelepon adalah benar orang yg ada dipikirannya.
"Ya! Kim Taehyung ada apa!? Kau dimana!? Apa yang terjadi!?" Namjoon mulai panik saat mendengar suaran tangisan diseberang telepon semakin jelas, rasa kantuknya sudah hilang sepenuhnya. Kakinya bahkan sudah melangkah bolak-balik dengan gelisah dilantai keramik kamar tidurnya karna si penelepon yang dipanggil Kim Taehyung itu tidak juga menyahut.
Namjoon menghela nafasnya kasar mencoba menenangkan dirinya sendiri, ia sadar ini bukan saat yang tepat untuk panik dan membiarkan emosi mengusai dirinya, ia harus tenang dan berpikiran jernih untuk menghadapi Taehyung saat ini.
"Taehyung-ah?" panggil Namjoon dengan tenang, dan suara lirih itu kembali terdengar.
"Hyung.. Tolong aku.. Selamatkan aku.." sahut suara tersebut lalu suara isak tangis kembali terdengar.
"Baiklah, tunggu aku disana! Aku akan datang." Namjoon bicara setenang mungkin, karna ia tau Taehyung sedang tidak dalam kondisi yg sedang baik-baik saja dan yang harus ia lakukan saat ini adalah segera menemui Taehyung secepatnya.
Setelah itu sambungan telepon terputus.
Namjoon dengan cepat mengambil asal pakaian dari dalam lemari dikamarnya, jari-jarinya yang saat ini masih memegang handphone telah sibuk mencari kontak seseorang sambil menyambar kunci mobil Ford Ranger kesayangannya diatas meja ruang tengah dan berjalan keluar dari dalam flatnya.
Tut... tut.. tut..
"Ya! Kim Namjoon, kau tidak tahu waktu ya!? Ap..."
"Aku membutuhkan kalian," omelan seseorang diseberang telepon berhenti setelah Namjoon memotongnya. "Bersiaplah, lima menit lagi aku akan datang menjemput." nada suara Namjoon terdengar sangat serius. Dan itu pertanda kalau ia sedang tidak bisa dibantah.
Yang diseberang telepon hanya bisa menganggukkan kepalanya, tanpa sadar kalau Namjoon tidak bisa melihat anggukannya.
"Aku akan menghubungi yang lain, Seokjin hyung" suara Namjoon memecah keheningan karna tidak mendapatkan jawaban apapun dari orang yang diteleponnya, dan mengakhiri sepihak sambungan telepon tersebut.
Namjoon mulai menuruni satu per satu anak tangga yang ada di bangunan flat sederhana miliknya yang berada dilantai lima dan mulai menghubungi beberapa nomer telepon yang lain.
"Bocah itu, apalagi yang terjadi dengannya," batin Namjoon saat mobilnya telah melaju dengan kecepatan sedang dijalanan gelap kota Seoul.
Taehyung menepuk-nepuk ujung celana jeansnya yang dipenuhi debu. Matanya tertuju pada jendela kaca sebuah cafe dihadapannya. Ia mengamati penampilannya yang berantakan terpantul pada kaca tersebut.
Rambut coklat karamelnya mencuat berantakan, matanya yang bengkak pun terlihat sangat jelas serta ujung bibirnya yang terluka meninggalkan bekas gumpalan darah yang telah mengering.
Taehyung menarik ujung hoodie yang ia pakai untuk menutupi kepalanya. Mengabaikan pandangan orang-orang yang memperhatikannya sambil berbisik. Ia baru sadar kalau saat ini ia sedang berada dijalan besar kota Seoul pukul tujuh pagi. Sudah dipastikan jalanan akan ramai didominasi oleh orang-orang yang akan berangkat bekerja atau anak-anak yang akan pergi kesekolah.
Taehyung mempercepat langkah kakinya, bahkan sesekali tubuh kurus itu harus berbenturan dengan orang-orang karna ia yang berjalan sambil masih terus menundukan kepalanya.
Hingga kakinya berhenti tepat disebuah gerbang besar bangunan tua yang terlihat sudah lama tidak terurus. Tanpa kesulitan kakinya menaiki pagar besi berkarat yang cukup tinggi itu lalu melompat setelah sampai diseberangnya.
Taehyung melangkahkan kakinya melewati tanah luas berumput hijau yang beralih fungsi menjadi 'lapangan' menurut Yonggi, Jimin, Namjoon dan Jungkook apabila sedang bermain basket disana.
Tepat ditengah tanah luas tersebut Taehyung menghepaskan tubuhnya ke tanah, membuat hoodie abu-abu miliknya semakin kotor.
Ia sempat menghalangi matanya dari silau sinar matahari diatas menggunakan jari-jari kurus miliknya sebelum akhirnya membiarkan matanya terpejam.
Bayangan kejadian beberapa jam yang lalu memenuhi setiap sudut rongga kepalanya. Potongan-potongan kejadian yang Taehyung lupakan kembali mulai menyatu dan membentuk ingatan menyedihkan yang ingin ia lupakan.
Tanpa sadar cairan bening meluncur dari sudut matanya saat memori tentang kejadian itu masih terasa sangat nyata.
Emosinya yang meluap, suara tangisan lirih ibunya dan teriakan dari ayahnya terus berputar-putar didalam kepala Taehyung seperti kaset film yang sedang dimainkan.
Hingga Taehyung baru menyadari terik matahari sudah tidak ia rasakan lagi.
Matanya perlahan terbuka. Pandangannya langsung bertemu pada kedua bola mata hitam dan senyuman berlesung pipi dari seseorang yang saat ini sedang menunduk dihadapannya menghalangi sinar matahari dengan tubuh besar miliknya.
Dia Kim Namjoon.
Taehyung bangkit dari posisi terlentangnya memberikan senyuman kotak khas miliknya untuk membalas senyum yang telah diberikan Namjoon.
Namjoon menjulurkan tangan kanannya yang dipenuhi tatto berbagai macam bentuk dan warna kehadapan Taehyung yang langsung disambut Taehyung dengan semangat.
"Hei! Park Jimin! Jeon Jungkook! Hentikan itu!"
Seketika pandangan Taehyung teralihkan dan mulai memperhatikan sekelilingnya. Disana ada Jimin dan Jungkook yang sedang saling kejar ditengah lapangan, juga Seokjin yang terus berteriak memanggil Jimin dan Jungkook agar berhenti berlari-lari karna khawatir mereka akan terjatuh, sedangkan Yonggi dengan wajah datarnya seperti biasa sedang berjalan kearah dimana Taehyung dan Namjoon berada dan yang terakhir ada Hoseok yang sedang menari-nari random dibelakang Yonggi dengan kedua telinga yang terpasang earphone.
Seketika senyum Taehyung semakin mengembang saat menyadari 'keluarganya' ada disana.
Menyadari senyum bahagia sosok disebelahnya, Namjoon menepuk pelan bahu Taehyung, membersihkan sedikit hoodie yang dikenakan Tahyung dari noda tanah saat ia berbaring tadi.
"Ayo, mereka semua menunggu." seru Namjoon dengan senyum main-mainnya lalu berlari ketengah lapangan menyusul Jimin dan Jungkook yang masih berlari mengabaikan seruan Seokjin yang juga masih berteriak menyuruh berhenti.
Taehyung terlalu asik memperhatikan mereka tanpa menyadari Yonggi yang telah tiba dihadapannya. "Apalagi yang kau tunggu? Cepat susul mereka, permainan mereka tidak akan berhenti sebelum kau ikut serta. Cepatlah dan bawa mereka kembali kesini aku sudah kelaparan. Kalian memang bocah-bocah yang merepotkan" gerutu Yonggi dengan nada menyebalkannya seperti biasa.
Taehyung hanya tertawa mendengarnya, ia tau dibalik kata-kata tajam yang Yonggi ucapkan, hyung-nya yang satu ini memiliki berjuta perhatian yang terselip diantaranya. Terbukti dengan Yonggi ysng mengusap helai rambutnya yang berantakan dan merapikan seadanya dengan tangan dan berlalu kearah bangku panjang yang berada disudut lapangan.
Taehyung dan senyum kotak yang masih berada dibibirnya tanpa menunggu lama segera berlari kearah yang lain berada.
Saat ini Jimin sedang mengapit Jungkook dengan lengan berotot miliknya, mengabaikan seruan menyerah Jungkook yang kesakitan minta dilepaskan. Sepertinya tadi Jungkook kalah cepat oleh kaki-kaki pendek milik Jimin saat berlari.
Sedangkan Seokjin yang niat awal ingin melerai keduanya dan menyelamatkan Jungkook tidak bisa berbuat banyak saat Namjoon dan tubuh besarnya menghalangi Seokjin dengan mencengkeram kedua tangannya agar tidak bisa mengapai Jungkook.
Senyuman Taehyung berubah menjadi tawa riang melihat kelakuan keempat orang yang ada disana bahkan sesekali Taehyung memegangi perut karna terlalu semangat tertawa, sebelum akhirnya ia ikut bergabung untuk 'misi menyelamatkan Jungkook dan Seokjin' dibantu oleh Hoseok yang entah sejak kapan sudah melepas earphonenya dan ikut menggigit lengan Namjoon untuk melepaskan Seokjin. Sedangkan Yonggi yang ada disudut lapangan hanya bisa mengelengkan kepala melihat kelakuan 'keluarganya' tersebut, sesekali ikut tertawa saat suara menyedihkan Jungkook yang memohon ampun pada Jimin agar segera dilepaskan dan suara omelan Seokjin yang meminta pertolongan pada Hoseok agar mengigit Namjoon lebih keras lagi dan jangan lupakan suara tawa bahagia yang mereka keluarkan saat melancarkan misi main-main tersebut.
Taehyung melupakan sejenak kejadian yang terjadi beberapa saat lalu, sedangkan Namjoon, Yonggi, Seokjin, Jimin, Jungkook dan Hoseok juga seolah mengabaikan penampilan Taehyung dengan bercak merah yang tercetak jelas diujung hoodie abu-abu yang dikenakannya.
Walaupun mereka sangat menyadari bahwa itu bukanlah sebuah bercak yang bisa untuk diabaikan.
- To Be Continued -
