GREEN ACILES (Series)
Cast : Chanbaek , Slight:Kaihun, and Others
Genre : Hurt , Romance, Sinetron
Rate : M
Boy X Boy
Chapter 1
Summary : Ia muak dengan semua drama picisan dalam hidup nya. Tentang menjadi anak Presiden, memburuknya hubungan dengan satu-satu nya kakak lelaki yang dimiliki, dan sekarang di hianati orang yang di cintai. Ini penuh drama dan membuat Baekhyun hampir mual.
Original by : metibyun
Semua orang berkata, hidupmu tidak akan ada guna jika cita-cita mu bahkan tidak pernah menjadi nyata. Tapi Park Chanyeol tidak. Ia bahagia sekalipun mimpinya harus di tanggalkan. Chanyeol mengubur dalam-dalam mimpinya untuk menjadi seorang musisi, dan lebih memilih mengabdi untuk negara. Menjadi petugas militer. Demi ibunya, demi ayahnya, dan demi cintanya kepada mereka yang sudah berada tenang di surga.
Chanyeol menatap pantulan dirinya di cermin. Gagah, tapi sedikit miris dengan potongan rambut cepak yang menurut nya, tidak keren. Kebiasaannya setiap pagi di dalam kamar mess hanya mematut lama-lama, memastikan ia tetap tampan seperti biasa.
"Ayah.. Ibu… apa aku tampan ?" Chanyeol memang terlihat aneh saat berbicara sendiri dengan selembar foto yang diselipkan di antara celah cermin. Foto kedua orang tuanya.
"Ah.. sudah ku duga. Kalian pasti menjawab bahwa aku adalah manusia setengah dewa. Tampan tiada tara." tawanya terasa hambar, menyadari segila ini ia ternyata merindukan orang tuanya.
"Doa'kan agar tes ku lulus. Selangkah lagi mimpi kalian akan terwujud. Aku akan menjadi tim Alpha paling gagah. Aku akan berjalan di samping pak Presiden."
Chanyeol memejamkan mata, mengepalkan kedua tangannya. Berdoa setiap pagi selama beberapa detik adalah kebiasaan aneh kedua yang ia miliki. Ini menurut Sehun. Karena Chanyeol akan komat-kamit, kemudian tersenyum bodoh seolah doanya sudah terbang tinggi menembus langit.
"Hyung… ayooo. Semua sudah berkumpul di lapangan."
Chanyeol mengangguk pada Sehun yang sedang melongokkan kepalanya dibalik pintu kamar.
"Ayah.. Ibu.. Aku cinta kalian." Chanyeol mengecup foto itu sekali. Menyambar topinya, dan berlalu pergi mengikuti Sehun.
찬백
Agen Secret Service atau yang lebih dikenal dengan tim Alpha tidak hanya bertugas melindungi Presiden, tapi juga seluruh anggota keluarga inti orang nomer satu tersebut. Seperti istri, anak, juga tamu yang di tunjuk langsung oleh sang kepala negara. Tim Alpha milik Korea Selatan ini terbentuk dengan segala kesempurnaan dan kekuatannya. Sudah menjadi rahasia umum jika Korea Selatan mendidik dengan apik skuad Secret Service nya hingga tak terjangkau sekalipun oleh musuh. Dengan semboyan "Tidak takut mati", mereka benar mencurahkan seluruh tenaga, pikiran, bahkan jiwa nya demi keselamatan sang Presiden.
Tim Alpha sendiri di bagi menjadi beberapa lini dengan objek dan tanggung jawab berbeda di setiap lini nya. Lini ditentukan, atas dasar kecerdasan tak-tik, ketahanan diri, serta tanggapnya respon dengan situasi berbahaya yang terjadi dan mungkin membahayakan untuk objek nya. Lini satu di fokuskan untuk mengamankan Presiden beserta keluarga inti dengan persentase 90% untuk setiap ujian yang di berikan. Lini dua di fokuskan untuk keamanan istana negara dengan persentase 80%. Dan yang terakhir adalah lini tiga, dengan persentase 70% difungsikan untuk pengawal belakang kendaraan. Biasanya lini tiga mendapat tugas paling berat, mangsa pertama untuk para musuh dengan penempatan di setiap mobil jeep barisan paling belakang rombongan Presiden.
Tim Alpha di ambil dari tentara militer dengan kemampuan melebihi rata-rata dan telah lulus tes atas standar yang di tetapkan. Tidak diambil dari sembarang orang, atau sekedar pandai mengoperasikan senjata. Tim Alpha adalah kunci, mereka akan mati terlebih dahulu sebelum objek nya. Mereka memegang kendali bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk seseorang yang dilindungi.
Dan disinilah Chanyeol berdiri sekarang. Bersama ratusan pasukan militer Korea Selatan yang lain. Panas terik matahari di perempat hari tidak membuat niatnya goyah. Sedikitpun Chanyeol tidak akan mengeluh. Karena ia ingat "Chanyeol.. Jika nanti kau dewasa. Ibu akan memberimu tepuk tangan paling keras. Kau harus menjadi seperti mereka." pesan ibunya saat ia masih kecil. Ibunya sangat antusias dengan berita di televisi waktu itu. Kebetulan sedang menayangkan cuplikan tentang Presiden dan jajaran pengawal gagahnya.
"Kapten mana ?" kasak-kusuk Kai dan Chen terdengar sedikit keras. Membuyarkan lamunan Chanyeol.
"Dia sedang memasang bulu mata. Hihihi." Kai itu mulutnya memang mengandung sedikit hidrogen sulfida. Semacam gas pembuangan, yang dinamakan kentut. Mengapa ? karena apapun yang dikeluarkan dari mulutnya sangat tidak berguna. Dan menyebalkan untuk didengar. Walaupun pada dasarnya, itu adalah fakta.
"Kau gila ?"
"Kau tidak mendengar gosip bahwa bulu matanya habis terbakar karena menjinakkan bom ?" Chen hampir percaya dengan ucapan Kai. Tapi ia kemudian berpikir lagi sejenak "Sakit jiwa ! Sejak kapan Kapten menjadi tim gegana ? Atau bisa jadi bulu matanya habis karena di cabuti istrinya." Kai dan Chen untuk kesekian kalinya tertawa puas. Beginilah jika mereka berdua berkumpul. Tidak akan ada habisnya menistakan sang Kapten, tak urung perbincangan itu membuat perut Chanyeol sedikit tergelitik. Lucu juga pikirnya.
Sehun yang berdiri di sebelah Chanyeol ikut menoleh ke belakang. Bukan untuk ikut bergosip, tapi untuk memberikan tatapan membunuh agar kedua orang itu bisa diam.
"Mulut sampah. Kau akan di gantung Kapten jika dia mendengar itu." Sehun yang irit bicara. Sekali bicara akan mengeluarkan kata pedas menusuk. Seketika membuat Kai dan Chen membisu.
찬백
"Hyung.." kedua lelaki dengan perbedaan tinggi hanya 1cm itu berpapasan di ruang keluarga. Namun yang lebih pendek, atau kakaknya. Hanya melirik sekilas, kemudian membuang muka. Terlihat sebal lebih pada benci.
"Hyung.. Apa salah ku ? tolong katakan." Ditatapnya Baekhyun sejenak. Kesekian kalinya Joonmyeon membuang muka, enggan menatap wajah adiknya.
"Salah mu ? Karena kau telah hidup." Baekhyun mematung di tempat. Ini sakit, tapi anehnya tidak berdarah. Bayangkan, orang yang sebelumnya sangat dekat tanpa ada jarak. Tiba-tiba menjauh tanpa tau apa penyebab kerenggangannya.
"Maafkan aku. Bahkan jika aku tidak tau apa salahku. Aku minta maaf." itu hanya sia-sia saja, sebab Joonmyeon telah berlalu jauh. Meninggalkan Baekhyun yang bersandar sedih pada dinding.
Ini sudah berlalu hampir beberapa bulan. Byun Baekhyun didiamkan oleh kakaknya, Byun Joonmyeon. Tanpa tau ia salah apa, tanpa tau asal mulanya darimana.
Setiap hari hanya dihabiskan untuk berpikir, kiranya sikap yang manakah, yang membuat Joonmyeon semurka ini.
"Baek… Apa yang kau lakukan disitu ?" Baekhyun sedikit terlonjak dengan teguran yang di berikan ibunya.
"Kau tidak berangkat ?" Baekhyun menggeleng, berjalan mendekat ke arah Byun Boa yang masih terheran.
"Tidak bu.. Baru saja asistenku menghubungi jika hari ini aku tidak ada jadwal apapun."
"Ayah mu ada jadwal di pusat kemiliteran. Barangkali kau ingin ikut ?" Baekhyun hanya menggeleng lesu, merenggangkan dasinya dan berjalan menuju kamar.
"Jangan pikirkan sikap kakakmu." Baekhyun menahan langkahnya. Masih menunggu kelanjutan ucapan ibunya. Berarti sejak tadi, ibunya sudah berada di situ. Di dekat Baekhyun dan Joonmyeon. "Ia hanya butuh waktu."
"Waktu untuk apa ? Aku bahkan tidak tau letak kesalahanku dimana. Jika hyung mau membuka mulutnya, aku pasti melakukan apapun untuk menebus 4 bulan yang menyedihkan ini bu."
"Ibu hanya memiliki kalian berdua. Jangan menyerah ataupun lelah menghadapi hati batunya." Baekhyun tidak menoleh sama sekali. Menutupi isakkan kecilnya agar tak terdengar menyedihkan untuk Boa.
"Persiapan pertunangan mu dan Eunji sudah sampai mana ?"
"Aku sedang malas membahas itu bu." Baekhyun melanjutkan langkahnya untuk memasuki kamar. Tidur mungkin menjadi keputusan yang tepat.
찬백
Serangkaian tes sudah di jalani. Mulai dari tes tulis hingga tes bela diri. Chanyeol hanya pasrah dengan hasil yang di dapat. Asal ia sudah melakukan yang terbaik dan sungguh-sungguh.
"Menembak dengan tangan kiri ?!" Sehun membolakan matanya saat Tao dan temannya yang lain memberitahu tentang agenda tes selanjutnya. Ini tidak ada di pemberitahuan sebelumnya.
"Ak-aku…." Sehun terlihat sedikit pesimis. Di hampirinya Chanyeol. "Kau kenapa anak ayam ? Huh ?" Sehun menggeleng, mencebikkan bibirnya tanpa mau menutupi kesedihannya dihadapan Chanyeol.
"Hyung, ada tambahan agenda tes. Menembak dengan tangan kiri. Sepertinya aku tidak bisa. Jika aku gagal, kalian bertiga harus melakukan yang terbaik."
"Kau pasti bisa, belajar pada Kai. Si raja tembak." Sehun hanya mengangguk saat mendapat usakkan pada rambutnya. Ia selalu manja pada Chanyeol, seperti bermanja dengan kakak kandungnya sendiri.
Di ujung sana, Kai tidak pernah mengalihkan pandangannya dari apapun yang dilakukan Sehun. Perasaannya berubah menjadi cemas saat mendengar ada tambahan agenda tes. Menembak dengan tangan kiri. Sedangkan semua juga tau kelemahan Sehun ada pada, menembak.
"Si bodoh itu. Sangat cengeng dan mudah panik. Bukankah menjadi tim alpha adalah impiannya ?" Kai bergumam dengan senyum tersungging indah. Melihat Sehun tengah melompat-lompat ringan. Kebiasaannya untuk menghilangkam gugup. Sangat menggemaskan.
"WOYY KAI ! CEPAT KESINI !" Kai hampir terjungkal dari tempatnya berdiri. Setelah menghabiskan beberapa menitnya untuk mengamati Sehun. Ternyata yang di amati baru saja meneriakinya. "Sial! Semoga dia tidak sadar."
"Sebenarnya aku malas mengakui ini. Tapi aku benar-benar butuh bantuanmu, Kai." Kai tersenyum miring, setengah mengejek Sehun.
"Imbalan apa yang aku dapat ?" Sehun menatap Chanyeol dan Kai bergantian. Berharap Chanyeol akan membelanya seperti biasa. Tapi yang terjadi justru "Sehun akan mentraktirmu makan, sampai perutmu meledak."
"Oke… Kau butuh bantuan apa ?"
"T-tapi tabungan ku menipis. Tidak jadi meminta bantuanmu." Kai mendecak sebal.
"Kau pikir aku tidak bisa membeli makanan sendiri. Cepat kau ingin ku bantu apa ?"
"Ajariakumenembakdengantangankiri."
"Huh ? Apa kau baru saja bernyanyi rapp ?" Sehun itu gengsi nya setinggi puncak namsan. Meminta bantuan, terlebih pada Kai musuh debatnya. Sama dengan telanjang didepan umum, memalukan.
"Apa kau tuli ? Aku tidak sedang bernyanyi rapp. Baiklah akan ku ulangi. Aish... ini memalukan sekali." Chanyeol taunya tersenyum geli melihat betapa Kai memiliki kesenangan tersendiri melihat Sehun kesal.
"A-ajari… Eungh.. Ajari aku menembak dengan tangan kiri." Sehun menjalin jemarinya, tanpa sadar berekspresi menggoda. Kai membuang pandangan sebentar, apa Sehun baru saja ber-aegyo ?
Kai berjalan mendekat dan berbisik pelan "Akan ku ajari. Sebooty." Sehun memukul keras kepala Kai saat panggilan itu terdengar. Sebooty = pantat Sehun.
찬백
Mall Seoul memang sangat padat. Tapi itu tidak mengubah perasaan Baekhyun menjadi lebih baik. Justru bertambah buruk karena keramaian akan menjadi tempat yang paling dibenci. Saat ia sedih atau kacau, sendiri adalah pilihan terbaik. Tapi Eunji terus saja merengek meminta di antar kemari untuk membeli cincin pertunangan mereka.
"Marga ku berarti akan menjadi Byun ?" sedari tadi celoteh Eunji hanya ditanggapi seperlunya saja. Hanya sebagai bentuk rasa menghormati wanita kesayangannya ini. Baekhyun benar kehilangan selera untuk segala hal. Fokusnya masih terus terpusat pada Joonmyeon, kakaknya.
"Sayang… Kau kenapa ?" Baekhyun hanya tersenyum kecut, kemudian menggeleng.
"Tidak… Aku hanya tidak enak badan."
"Aku sudah bercerita panjang lebar. Membahas ini dan itu tapi kau hanya diam ! Tidak menghargai keberadaanku." Eunji hampir berlari pergi namun pergerakannya di tahan oleh Baekhyun. Secepat itu Eunji masuk kedalam dekapan kekasihnya. Karena Baekhyun sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk bergerak.
"Maafkan aku.. Aku tidak bermaksud mengabaikanmu."
"Tapi kau keterlaluan tuan Byun.. Hiks." sisi manja Eunji mulai keluar. Ini adalah favorit Baekhyun. Pukulan manja yang mendarat pada dadanya tidak menimbulkan sakit. Malah membuat Baekhyun gemas dengan kelakuan wanita dalam pelukannya ini.
"Lepaskan aku Baek. Ini tempat umum."
"Siapa peduli ? Aku tidak akan melepas sampai kau memaafkan ku." Eunji mendorong pelan tubuh Baekhyun. Pelukannya terlepas dengan Baekhyun yang tidak pernah berhenti menatap ke arahnya.
"Terimakasih telah hadir dalam hidupku. Setidaknya aku memiliki satu alasan untuk tetap bahagia." Baekhyun menyingkirkan anak rambut yang bertebaran di pipi Eunji. Memandang lamat-lamat wajah cantik bak dewi yang sempurna terlihat. Wanita bermarga Jung itu hanya mampu tersenyum.
"Terimakasih berarti 1 tas hermes." Baekhyun tertawa lagi. Eunji selalu seperti ini, meminta imbalan untuk semua perbuatannya. Tapi Baekhyun tidak keberatan, apapun asal Eunji tetap bersamanya.
"Hanya 1 ? Padahal aku ingin membelikan 3. Tapi yasudah.".
"Huh ? 3 ? Aku mau 3 tas hermes." Eunji mengangguk antusias.
Baekhyun rasa ia sudah gila, menggantung harapan terlalu tinggi pada Eunji. Tapi ini wajar Di antara banyak polemik hidupnya. Eunji datang dan mengulurkan tangan. Menawarkan sebuah kebahagiaan. Menggandeng tangan Baekhyun agar keluar dari kenyataan pahit. Meski tawa itu tak benar-benar berasal dari hati.
찬백
Suara tembakan bersahut-sahutan menjadi lagu tersendiri. Di arena tembak yang berada di markas kemiliteran itu menjadi sangat panas dan sesak saat Kai harus berdiri di belakang Sehun.
"Fokuskan pandanganmu pada satu titik lingkaran yang ingin kau bidik." Kai berusaha menetralkan suaranya yang sedikit guncang karena gugup. Sial! Perasaan macam apa ini ?
Terbiasa berdebat dan saling melempar tatapan nyalang membuat canggung datang dalam keadaan seperti sekarang.
"K-kai.." rasa canggung ternyata bukan milik Kai seorang. Sehun pun merasa tak nyaman dengan posisi mereka yang sangat intim. Dengan Kai yang berdiri mengikis jarak tepat di belakangnya. Punggung Sehun membentur dada bidang Kai. Detak jantung Kai yang abnormal mampu dirasa oleh punggung Sehun. Menambah suasana menjadi sangat aneh dan menyebalkan.
Kedua tangan Kai menyambar tangan kiri Sehun. "Jangan hiraukan apapun, sekalipun musuhmu menjanjikan sekotak ice cream. Kau tidak boleh goyah." Sehun menoleh dengan gerakan refleks. Tidak sengaja menabrakkan hidungnya dengan hidung Kai.
"Kau pikir aku bocah ? Batal menembak musuh hanya karena sekotak ice cream ?" keduanya tidak dapat berkonsentrasi lagi ketika mata mereka saling bertemu dan mengunci. Rasanya seperti di gelitik oleh kupu-kupu di perut. Sehun rasanya ingin mual dan buang air saat mendapat tatapan sangat dalam dari Kai.
Ini tidak direncanakan, bahkan di luar dugaan. Kai tidak bermaksud mencium, sungguh. "K-kau…. KYAAAAAAA !" Bugh! Sehun berteriak dan dengan tanggap mendaratkan sikunya ke arah perut Kai.
"Ada apa ?" Chanyeol dan Chen berlari saat mendapati Sehun berteriak, sedangkan Kai jatuh tersungkur di tanah. Sehun tidak menjawab dan berlalu pergi, namun Chanyeol dapat menangkap raut merah antara murka dan malu (?)
"Aish… perutku."
"Kau apakan Sehun ? Demi Tuhan Kai, dia hampir menangis. Wajahnya merah padam." Chanyeol meneliti tanpa berniat membantu Kai untuk bangkit.
"Aku akan mengejarnya.." Chen sudah berancang-ancang untuk mengikuti kemana Sehun pergi. Namun di tahan Chanyeol.
"Biarkan Kai yang mengejarnya. Dia yang sudah menyebabkan Sehun seperti itu."
"Baiklah…. Baiklah…. Aku salah. Aku memang bodoh. Aku menciumnya. Tapi sungguh aku tidak bermaksud. Ini diluar kendali."
Chanyeol terdiam, Chen juga sama terdiam. Meneliti Kai dari atas hingga bawah. Tidak berniat menyahuti. Mereka sama-sama terkejut.
찬백
Di ruang kerja pribadi tempat Jendral Wu menghabiskan harinya. Kini terlihat sedikit riuh karena adanya sang kepala negara. Presiden Byun dan rombongan yang telah hadir sejak 15 menit lalu.
"Lapor… Tes tulis dan serangkaian tes lain sudah berjalan. Saat ini kita sedang melakukan persiapan untuk agenda terakhir. Uji tembak menggunakan tangan kiri." Lelaki keturunan China-Kanada yang masih tampan di antara ubannya itu mengangguk penuh wibawa.
"Laporan diterima.. Kapten Lee, usahakan serangkaian tes selesai sebelum senja."
"Siap laksanakan." Kapten Lee memberi hormat dan membungkuk seklias sebelum pergi meninggalkan ruangan sang Jendral.
"Kau berubah sangat banyak Wu.." Kris hanya tersenyum. Melepas topinya, dan duduk santai menyusul Presiden Byun.
"Kau juga Presiden Byun."
"Kita sedang berdua. Berhenti bersikap formal." Kris taunya terkekeh saja. Sahabatnya ini tidak pernah berubah, selalu ramah dan apa adanya.
"Yunho.. Ku dengar putra kedua mu akan bertunangan ?"
"Ya.. Seperti itu. Tepat saat tugas di hari pertama tim Alpha." Kris menyeruput tehnya yang sudah dingin. Diletakkan kembali ke atas meja, kemudian melanjutkan obrolan.
"Berarti 2 minggu lagi ?" Yunho hanya mengangguk.
"Kris… Ini kesempatan terakhir mu untuk membentuk agen secret sevice. Bagaimana kau bisa gagal sebanyak 2 kali ? Padahal sebelumnya tim yang kau bentuk selalu sempurna. Bahkan Amerika pun ikut mengakui."
Kris hanya menggeleng. Senyumnya masih terpatri. "Mungkin 2 periode lalu aku sedang lengah. Tapi ku pastikan sekarang aku tidak akan membuat kesalahan lagi."
"Bagaimana dengan putramu ?" Kris mengedikkan bahu. Pandangannya menerawang jauh tentang hubungan dengan anak satu-satunya yang tidak pernah membaik.
"Dia masih sama. Menganggapku musuh seperti hari-hari lalu."
"Ku rasa bukan hanya kau yang bermasalah dengan putramu. Aku pun sama, Kris."
"Menjadi seorang ayah tidak semudah bayangan kita saat remaja dulu. Di musuhi anak sendiri sangat menjatuhkan harga diri memang. Lebih sulit daripada menghadapi Korea Utara." Yunho dan Kris melanjutkan obrolan panjang mereka. Sebagai sepasang sahabat. Menanggalkan jabatan mereka masing-masing. Dengan kesibukan yang sama padat. Mendapat waktu untuk berkumpul memang sangat sulit dan ini perlu dinikmati.
찬백
"Hyung…" Chanyeol menoleh ke arah ranjang nya. Sedikit terkejut saat mendapati Sehun sudah duduk disana.
Chanyeol terus mengusak rambutnya yang masih basah dengan handuk. Setelah menjalani serangkaian tes seharian ini membuatnya di serang penat. Mandi dan berendam air hangat pada akhirnya menjadi pilihan.
"Apa kau pernah merasakan perut mu seperti di gelitik oleh ribuan kupu-kupu ? Tiba-tiba terasa mulas. Dan jantungmu berdebar hebat. Saat berada di samping seseorang ?" Chanyeol memicingkan mata. Ditatapnya Sehun penuh sangsi.
"Mungkin saat aku ingin buang air besar ?" Sehun menjatuhkan diri di atas ranjang. Kakinya dibawa menghentak-hentak kasur.
"Bukan itu maksudkuuuuuu…."
"Mulas adalah salah satu ciri-ciri jika kau ingin buang air kan ?" Sehun menutupi wajahnya dengan bantal untuk meredam teriakannya. Berteriak frustasi karena Chanyeol tidak juga memahami arah pembicaraannya.
"Aku salah masuk kamar." Sehun berlalu pergi, dengan melempar Chanyeol menggunakan bantal yang baru saja ia pegang.
"Kenapa dengan anak itu ?"
Park Chanyeol berjalan mendekat ke arah cermin. Memandang foto kedua orang tuanya.
"Ayah.. Ibu.. Aku sudah menjalani tes dengan lancar. 4 hari kedepan adalah pengumumannya. Jika aku lolos menjadi tim Alpha lini satu. Itu berarti tugasku sudah selesai. Aku sudah mewujudkan impian kalian. Berbahagialah di surga, tunggu aku suatu hari nanti. Aku akan datang, mari kita berkumpul bersama anak dan istri ku juga." lagi, Chanyeol mengakhiri obrolannya dengan memberi kecupan pada selembar foto itu.
Anak ? Istri ? Bahkan gambaran seorang kekasih pun ia tak punya. Hidupnya mungkin akan dihabiskan dengan mengabdikan diri sebagai seorang tentara. Atau jika ia lolos menjadi tim Alpha, maka hidupnya akan habis disana.
Chanyeol lupa memikirkan seorang kriteria wanita idamannya. Atau mungkin ia tak mempunyai kriteria apapun ?
찬백
Joonmyeon membanting tubuhnya ke atas ranjang besar dan empuk di kamar pribadinya. Rasanya lelah sekali. Setelah seharian ini menjalani rapat dengan banyak kolega.
"Hyung… Kau pulang ?" Joonmyeon tidak berniat bangkit. Bersikap seolah disana tidak ada siapapun.
"Seringlah pulang dan jangan banyak mengkonsumsi alkohol."
"..."
"Perlu ku siapkan air hangat ?" Joonmyeon mulai bangkit dan duduk di tepi ranjang. Menyaksikan Baekhyun yang sibuk memunguti pakaiannya yang berserakan di seluruh penjuru kamar.
"Jangan berpura-pura baik. Berhentilah berpura-pura peduli denganku. Jika pada akhirnya kau menusukku juga." Baekhyun menghentikan kegiatannya. Ia berdiam dengan tumpukan pakaian Joonmyeon dalam genggaman.
"Aku akan menyiapkan air hangat untukmu. Mandi dan turunlah ke bawah. Ibu dan ayah sudah menunggu untuk makan malam." Baekhyun berusaha membuang pemikiran buruknya. Berpura-pura seolah tak pernah mendengar perkataan Joonmyeon.
"Kau tuli ? Jangan berpura-pura baik !"
"Ya… Aku memang berpura-pura ! Berpura-pura baik-baik saja, berpura-pura tuli, berpura-pura buta. Bahkan berpura-pura tidak memiliki perasaan saat mendengarmu, melihatmu, dan merasakan betapa sakitnya segala ucapan dan sikapmu hyung !" Joonmyeon tertegun. Selama 4 bulan ini seburuk apapun itu, Baekhyun tidak akan pernah menimpali. Tapi sekarang ?
"Aku berpura-pura karena ibu pernah memohon pada ku untuk bersabar. Dan aku bersabar karena sadar, hanya memiliki kau satu-satunya sebagai saudara."
"..."
"Katakan apa yang membuatmu menjadi sepicik ini ? Apa masih tetap karena masalah aku yang menjadi perdana mentri ? Ambil hyung, ambillah jabatanku jika ayah mengijinkan. Aku tidak akan mempertahankan sesuatu yang bisa merusak persaudaraanku." Baekhyun pergi meninggalkan Joonmyeon sendiri. Betapa ia berubah menjadi sangat cengeng ? Dengan hobi barunya, menangis.
Tbc
CUAPS : Sebelumnya aku ikut event nulis ff dan ini di adalah oneshot. Special request dari kaka kesayangan aku. Ka Soprida. Dengan segala pertimbangan, aku akhirnya berani kembangin jadi series.
Semoga tidak mengecewakan ya.
Dan ottokehh ? di next kah ?
Review dan dukungan kalian sangat aku tunggu
Thankseu - Salam CBHS
