/ Word of Love / Sasuke – Sakura /

/ AU, Romance, Family / M just For Safe /

/ Threeshot / AU / oocness

© Naruto milik Masashi Kishimoto

Summary : satu tips yang kuberikan, maka aku berhak mendapat satu kecupan atas bibirmu?

apa jadinya hidup Sakura si gadis cuek saat bertemu dengan novelis idolanya yeng ternyata… SASUKE NO HENTAIII!" "Pelajaran pertama baru dimulai… bersiaplah Haruno Sakura."

just Try… Newbie In Here…. Ide utama dari manga berjudul sama. Happy reading!

A/n : Newbie yang mencoba peruntungan. Tapi sebenarnya ga newbie banget juga sih. Udah aktif dengan FF Kpop atau tepatnya SHINee. Dan akhir-akhir ini aku tertantang untuk membuat FF SASU-SAKU, sebagai percobaan, saya remake FF Key-Hyuna dengan judul yang sama. Mohon kritik dan sarannya Minna~san…

Word Of Love : First Word

Terik siang matahari terasa begitu menyengat. Musim panas tengah berada dipuncaknya, hingga sinar surya terasa membakar sampai ke pori-pori kulit. Suasana di distrik itu terlihat lengang. Hanya ada sesosok berambut tak lazim sedang berjalan menyeret kopernya.

"Sasori-baka… benar-benar. Lihat saja nanti. Kalau aku bertemu dengannya. Mendokusai!" Geramnya entah pada siapa.

Kakak semata wayangnya, yang berjanji akan menjemputnya di Bandara mendadak membatalkan janjinya setelah dia sudah menghabiskan waktu dua jam hanya untuk menunggu. Yah, Sakura atau lebih tepatnya Haruno Sakura -nama gadis itu- baru saja tiba di Konoha setelah menetap di Thailand selama hampir tiga tahun.

"Awas….!"

Terdengar teriakan nyaring dari belakang Sakura, kemudian dia merasakan sesuatu -tepatnya seseorang- menerjang tubuhnya hingga dia terguling bersama di trotoar jalan raya.

Dia merasakan tubuhnya mendarat di atas tubuh seorang pria, dan mendapati sesuatu yang hangat, manis, lembut dan kenyal menempel di bibirnya. Gadis beriris sewarna batu giok itu hanya bisa menganga dengan shock, bukan hanya karena "sesuatu" itu, tapi juga karena hampir saja nyawanya melayang jika dia tidak diterjang seorang pria.

Tunggu… ada yang ganjil. seorang pria? Batinnya.

Jadi, yang menempel didibirku, bibir seorang namja dan itu artinya kami berciuman,,,

"Kyaa!" jerit Sakura yang sungguh telat.

"Kau, kau mencuri ciuman pertamaku,," seru Sakura sambil bangkit dan menunjuk wajah tampan milik pemuda di atasnya itu.

"Aishh.. harusnya kau berterimakasih denganku nona." Pria tampan dengan rambut hitam kebiruan itu berdiri dengan wajah malas.

"Karena aku sudah menyelamatkan nyawamu. Dan mengenai insiden kecil barusan, itu bukan sebuah ciuman, tapi kecelakaan." Lagi suara baritone si pemuda raven terdengar, dengan ekspresi cuek dan sedikit arogan, membuat Sakura semakin naik pitam.

"Tidak bisa, kau mengambil kesempatan untuk mencuri ciumanku," bantah Sakura dengan kemarahan maksimal. Mendorong tubuh pria dengan mata sehitam malam itu kuat-kuat.

"Terserah kau saja nona…" sahut pria itu seraya berjalan pergi dengan wajah angkuh.

"YA! jangan pergi kau!" teriak Sakura, namun tidak mendapat sahutan karena pria tadi sudah menghilang ditikungan.

"Argghh. sungguh hari yang sial. Sasori Baka aniki, kau harus membayar ini semua" geramnya

.

Hari ini adalah hari pertama bagi Sakura untuk menjejakkan kakinya di Konoha High School. Sehari setelah kedatangannya di Konoha, kakaknya yang bahkan belum Sakura temui hingga sekarang sudah memberitahu bahwa semua urusan administrasi sudah beres. Dia hanya perlu registrasi ulang dan pendataan saja.

Sakura berdiri dengan ragu di depan gerbang sekolah, dia merasa asing dengan semua suasana ini. Tiga tahun meninggalkan Konoha, membuat gadis dengan warna rambut unik itu merasa berada di hutan belantara saking bingungnya.

Sebenarnya kalau boleh jujur, alasan kembalinya dia ke Konoha sedikit konyol, selain untuk menemui dan menghabiskan waktu dengan kakaknya. Tujuan Sakura sebenarnya adalah untuk bertemu dengan pengarang favoritnya bernama Sasuke uchiha, Sakura begitu kagum dengan tulisan dan semua karangan Sasuke itu. Apalagi di usianya yang masih muda -alasan kekaguman sebenarnya karena Sasuke dan Sakura seumuran- dia sudah menghasilkan Novel-novel yang berkualitas dan kumpulan puisi indah yang membuat gadis manapun terbuai.

"Hajime masite?" seseorang menepuk pundak Sakura pelan. Sedikit mengagetkan gadis berambut pink pudar itu.

"Ah, ne…" Sakura berbalik dan mendapati 2 orang pemuda berdiri dibelakangnya. Seorang pemuda berambut orange cerah dan satunya pemuda berkuncir panjang yang terlihat sangat mengantuk karena berkali-kali Sakura melihat pria itu menguap lebar tanpa ada semangat sama sekali. Seolah hidupnya akan sia-sia kalau ia tidak tidur barang sedetik saja.

"Eh, gadis cantik. Apa yang kau lakukan. Sepetinya kau kebingungan" Sakura tidak bisa untuk tidak membalas senyuman pemuda bermata safir dengan tiga kumis di masing-masing belah pipinya yang tanpa sungkan memamerkan cengirannya.

"Berhenti flirting Naruto, mau kau kemanakan Hinata. Mendokusai!" Timpal si pemalas dengan wajah bosan.

"Diamlah Shikamaru, aku hanya mencoba ramah pada gadis pink ini ttebayo~!"

"Eh, Ano Naruto-san, boleh aku bertanya. Dimana kantor administrasi, bisakah kalian menunjukkan padaku?" dengan berani, Sakura memotong perdebatan tak penting duo pemuda di hadapannya itu. Menyebut nama Naruto yang tadi disebutkan oleh pria pengantuk itu.

"Heh… kau tahu namaku? Ah, betapa terkenalnya aku. Hei Shikamaru, kau dengarkan. Gadis pink ini bahkan sudah tahu namaku sebelum aku memperkenalkan diri." Girang pria rubah yang dipanggil Naruto itu.

"Jangan kepede-an kau Naruto, si Pink ini tahu namamu dari name tag dan juga mendengar aku memanggilmu. Mendokusai." Lagi, walaupun dengan malas Shikamaru tetap meladeni ucapan Naruto.

"Oh, kau siswi baru ya? Kantor administrasi berada di belakang gedung auditorium, dari sini belok kekanan, terus lurus sampai bertemu auditorium, nah, tinggal menuju kesana, karena kantornya kelihatan dari depan situ." terang Shikamaru tanpa memberi kesempatan Naruto untuk menyela perkataannya lagi.

"Ah, Arigato ne. Shikamaru san, boleh aku bertanya kembali, apa kalian mengenal Sasuke Uchiha? Seorang pengarang novel? Katanya dia sekolah di sini juga kan." tanya Sakura lagi.

"Sasuke?" dahi namja pemuda berkuncir nanas itu berkerut.

"Kau kenal si Teme, pink?" sahut Naruto sedikit kaget.

"Teme? maaf?"

"Oh, maksudku Sasuke, Sasuke Uchiha. kenalkan namaku Uzumaki Naruto, dan si pemalas ini Shikamaru, kami berdua temannya Sasuke" pemuda rubah itu memperkenalkan diri.

"Oh begitu ya. Aku Sakura Haruno. kalian boleh memanggilku Sakura"

"Kalau begitu aku permisi dulu, terimakasih Naruto-san, Shikamaru-san" Sakura membungkukkan badan sekilas dan beranjak pergi.

"Hei Shikamaru, Sakura Haruno? Seperti nama adiknya Sasori senpai? Dan dia bilang mencari Sasu teme? Apa dia salah satu dari sekian banyak gadis-gadis Teme?" tanya naruto pada Shikamaru sambil menatap sileut tubuh Sakura yang mulai menjauh.

Merasa tak mendapat sahutan, Naruto memutar kepalanya dan mendesah kesal mendapati Shikamaru sudah menutup matanya sambil mendekap tangannya bersandar pada dinding.

"Astaga Shikamaru… mendokusai." Gerutu Naruto mengutip kata favorit temannya yang pemalas itu.

Sakura berjalan menyusuri koridor bangunan sekolah yang terlihat begitu megah. Mata liarnya berputar mengamati sekelilingnya. Kemudian senyum mengembang begitu menemukan tulisan "ruang sastra" karena dari awal itulah yang dia cari.

Gadis berambut merah jambu itu berjalan dengan perlahan, tangannya memegang sebuah novel berjudul "One thousand love" by. Sasuke Uchiha. Dia membuka pintu dengan semangat, tapi raut wajahnya langsung berubah tertegun mendapati sebuah pemandangan yang menyambutnya. Di sudut ruangan sana, terlihat seorang gadis tengah menyudutkan lawan jenisnya, tubuh mereka merapat. Dan satu tangan gadis itu bergerak impulsif di rambut biru gelap si lelaki. Terlihat sekali kalau wajah keduanya menempel dengan erat.

"Ups…" reflek Sakura menutup mulutnya yang ternganga.

"Gomenne…" Sakura membungkuk dengan kikuk saat gadis berambut coklet madu itu menolehkan wajahnya. Sedikit menjauhkan wajah dari parnert-nya si lelaki berambut biru gelap.

"Sayang, sepertinya ada tamu. kita lanjutkan nanti ya?" ucap si gadis sambil berlalu setelah sebelumnya mencium pipi si pemuda dengan genit. Gadis berambut cokelat madu itu melirik Sakura denga tajam saat melewatinya.

"Kau, pria pencuri itu!" seru Sakura saat wajah sang lelaki tadi terlihat jelas di matanya.

"Oh, kau nona… berapa kali aku bilang itu bukan sebuah ciuman. Hanya insiden kecil, kau tidak bisa membedakan mana ciuman mana yang bukan sepertinya." ujar si raven itu seraya berjalan mendekat. Dengan tangan di saku celana, pria berambut belakang seperti pantat ayam itu mendekati Sakura dengan tatapan tajam mengintimidasi.

"Aihsh… whateverlah, aku kesini bukan untuk mencarimu, tapi aku mencari Sasuke Uchiha." balas Sakura dengan malas. Sedikit gugup sebenarnya saat jarak diantara mereka semakin tereliminasi.

"Kau sudah bertemu dengan orangnya, aku Sasuke Uchiha" Sahut pemuda itu lagi. Langkahnya semakin mantap mendekati tempat Sakura berdiri saat ini.

"Tidak mungkin Sasuke Uchiha seorang pria mesum sepertimu." bantah Sakura tak percaya.

"Kau tidak percaya, lihat ini." Sasuke mengeluarkan kartu pengenalnya dari dalam saku kemeja sekolahnya yang tidak terkancing dengan rapi. Menampakkan sedikit kulit dadanya yang bidang.

"Dan kuingatkan sekali lagi, aku bukan pria mesum. Jika kau tidak bisa membedakan mana ciuman mana yang bukan, dengan senang hati akan kuajarkan." dengan gerakan tiba-tiba, Sasuke meraih pinggang Sakura menggunakan tangan kanan dan menarik tubuh rampingnya hingga merapat tanpa jarak, sedang tangan kirinya sudah bergerak dan mengunci tengkuk Sakura.

Wajah mereka sangat dekat, hingga bibir mereka kembali bertemu, Sasuke mencium dan melumat bibir tipis milik Sakura dengan gerakan perlahan dan penuh kelembutan. Gadis buble gum itu sendiri hanya bisa terdiam membatu, matanya mengerjap dan memandangi wajah sempurna yang terpahat seperti Adonis itu. Dia terlalu shock, hingga tidak menyadari buku yang dipegangnya sudah jatuh berdebum. Tiga puluh detik, bahkan mungkin lebih, akhirnya Sasuke melepas tautan bibirnya dan tersenyum evil.

"Apa kau sudah bisa membedakannya nona?" Bisik Sasuke dengan amat pelan. Membuat bulu kuduk di leher Sakura berdiri serentak.

"Dasar Pervert, mesum! Baka hentai!" seru Sakura begitu tersadar dengan apa yang terjadi barusan. Mendorong tubuh Sasuke sekuat tenaga.

"Oh, kau penggemar novelku ternyata?" Sasuke tidak menghiraukan teriakan marah gadis di hadapanya, saat menjauh tubuhnya sedikit membungkuk untuk mengambil buku yang tadi dijatuhkan oleh gadis bermata giok itu.

"Tidak lagi…" sembur Sakura sewot seraya melangkah pergi sambil mengusap-usap bibirnya dengan jengkel.

"Greeb…" sebuang rangkulan menahan langkahnya.

"Hmm, biar kutebak, kau mencariku untuk bertanya bagaimana tips agar bisa menciptakan sebuah tulisan yang menakjubkan seperti ini bukan?" bisik pewaris kedua klan Uchiha tersebut di telinga Sakura dengan posisi kedua tangan melingkar di leher gadis itu.

"Aku bersedia memberimu les privat, bagaimana menjadi penulis yang baik. Tapi tentunya dengan suatu imbalan." lanjutnya lagi, saat mendapati gadis beraroma sesegar bunga Sakura di musim semi itu hanya diam saja.

"Imbalan? Imbalan apa? Uang?" Sakura sepertinya tergoda dengan penawaran Sasuke. Karena sejak awal dia memang sudah jatuh cinta dan sangat terobsesi ingin bertemu dengan pengarang favoritnya ini.

"Jangan pikir aku pria matre sayang" Sasuke tertawa geli. Oh, ayolah. Sejak kapan keluargan Uchiha kekurangan harta benda.

"Yang lebih berharga dari uang." Kini pemuda tampan itu tersenyum iblis bersamaan dengan jempolnya yang bergerak mengusap bibir bawah Sakura yang masih sedikit basah. "setiap satu tips yang kuberikan, maka kau harus memberiku satu imbalan."

"Imbalan apa memangnya yang kau inginkan?" balas Sakura dengan penasaran, sedikit risih merasakan pergerakan jemari pria tampan itu di wajahnya. Berusaha menampik, tapi kekuatan jemari Sasuke lebih unggul.

"Cukup dengan satu sentuhan bibirmu?" jawab Sasuke masih dengan berbisik di telinga bungsu Haruno, membuat dia bergidik sendiri. Telunjuknya gantian yang bergerak menyapu bibir tipis milik Sakura.

"Hah?!"

"Satu tips dariku, maka aku berhak satu kecupan atas bibirmu. Bukankah itu tawaran menarik? " seriangai Seringai adik semata wayang Uchiha Itachi itu dengan tawa puas.

"Orang gila!" teriak Sakura dengan kesal, lalu segera pergi setelah membebaskan diri dari cengkraman tubuh Sasuke.

"Hn… sungguh gadis yang polos"

,

"hm… tapi bibirnya benar-benar terasa manis, kau harus jadi milikku nona. Tinggal menunggu waktunya saja, lalu Fiuh… kau akan bertekuk lutut padaku." gumam Sasuke Uchiha dengan gerakan seolah menembak kearah kepergian Sakura. Senyum arogan muncul diparasnya yang tampan.

"Tidak ada yang bisa menolak Uchiha Sasuke."

.

.

.

Sakura duduk di halte bis sambil mengumpat dan menggerutu sendiri setelah pulang kuliah. Dia masih kesal dengan perlakuan Key.

"Haishh… dasar Pria mesum, Pervet" umpatnya. Sedikit mengusap bibirnya saat mengingat apa yang dilakukan Sasuke Uchiha tadi di sekolah.

"Siapa yang kau panggil mesum?" sebuah suara menimpali.

"Hyaa! Kau!" Gadis musim semi itu terlonjak begitu mendapati pemuda yang baru saja melintas di ingatannya sudah duduk manis di sampingnya.

"Apa sudah kau pikirkan. tawaranku cukup menarik bukan?" Sasuke tertawa usil melihat raut wajah Sakura yang sudah memerah tanpa tahu bahwa sebenarnya gadis merah jambu itu sedang menahan amarah.

"Stay away from me, tuan Uchiha-sama!" Seru Sakura saat pria bermata onix itu tiba-tiba merangkul pundaknya.

"Oh ayolah, akui bahwa kau terpesona denganku seperti kau terpesona pada Novel dan puisiku?" Sasuke sengaja mendekatkan wajahnya, membuat si rambut pink itu bergidik. Jantungnya berdebar dengan kencang merasakan jarak yang begitu rapat.

"Sreet…" tiba-tiba sang bungsu Uchiha mengambil notes yang dipegang Sakura dan menggoreskan penanya dengan wajah serius. Sakura menatap wajah Sasuke yang terlihat berbeda saat dia sedang serius seperti ini. Semua kesan badboy nya menguap begitu saja.

"Jangan terpesona olehku!" ujar Sasuke dengan narsisnya.

"Ini!" lanjutnya seraya mengulurkan notes tadi.

"Apa ini?" Tanya Sakura, mata sehijua hutan miliknya membulat kaget mendapati sebait puisi.

Cinta bisa datang secara tiba-tiba

tanpa kita duga sebelumnya.

Cinta bagai ilusi yang bisa membutakan

bagai desau angin yang melenakan

tapi cinta tidak pernah menipu hati

jika cinta datang, maka sambutlah kehadirannya

karena dia akan membawa kebahagiaan

seberapa jauhnya kau mencoba menghindar,

cinta akan menemuimu jika waktunya telah sampai

Adik Sasori itu tercengang, tak menyangka bahwa pria arogan di sampingnya itu benar-benar Sasuke Uchiha novelis idolanya.

Chup~

sebuah kecupan ringan mendarat di pipinya.

"Kali ini imbalanya cukup dipipi, sebagai permulaan. Lain kali, jika kuberikan sebuah tips lagi, kuharap kau siap memberiku bibir manismu itu sayang." desah Sasuke seraya mengerling genit, dan berjalan menjauh.

"SASUKE NO HENTAI!" seru Sakura dengan kesal maksimal.

Tapi kemudian dia sudah sibuk menekuri baris demi baris tulisan di notesnya.

"Bagaimana bisaa… ini gila!" erangnya frustasi. Tak menyangka bahwa novelis yang dia kagumi itu sangat jauh dari bayangannya. Selama ini, dia selalu menghayalkan bahwa Uchiha Sasuke idolanya seperti sosok komikus terkenal Masashi Kishimoto yang terlihat kalem dan tenang.

.

.

.

.

Berhari-hari dia berusaha untuk menghindari pemuda bernama Uchiha Sasuke itu. Dari teman-temannya, Sakura bisa tahu bahwa bungsu Uchiha yang terkenal adalah sosok manusia berkepribadian ganda, dia akan menjadi Uchiha-san yang terlihat nerd di lingkungan Sekolah dan merupakan ketua club Sastra yang sehari-hari kerjaanya adalah berkutat dengan laptop, notes atau novelnya didalam kelas bahasa.

Namun suatu ketika, dia akan bertransformasi menjadi sosok berbeda saat diluar jam Sekolah. Dia akan lebih suka dipanggil Sasuke dan bersikap arogan, badboy, cuek dan yang paling menyebalkan adalah narsis serta sifat play boy-nya. Dan biasanya gadis musim semi itu akan mendapati Pria raven yang menjadi Sasuke tengah duduk di kafetaria bersama tiga pemuda lain dikelilingi tatapan memuja dari fans mereka. Dan jika Sakura tidak salah, tiga temannya yang bersama Sasuke no hentai itu bernama Naruto, Shikamaru dan Si pelukis poker face bernama Sai.

.

.

.

"Tok… tok…" terdengar ketukan di pintu apartement Sakura saat dia tengah duduk di sofa kamar sambil menatap layar PSP nya.

"Iya! Sebentar." ujar Sakura sambil berjalan ke depan untuk membukakan pintu.

"Sayangkuuu…" sebuah teriakan dan pelukan hangat menyambut tubuh ramping Sakura begitu membuka pintu.

"Wuah, kangennya Saweety…" suara heboh kakaknya, terdengar memekakkan telinga.

"Baka Sasori…" protes Sakura dengan perlakuan kakak semata wayangnya. Sedikit risih saat kakaknya yang berambut merah bata itu membuat nafasnya terasa sesak.

"Kenapa sayang? apa kau tidak merindukan aniki tampanmu ini huh?" Pria berambut merah bata itu melepaskan pelukannya dan memasang wajah cemberut. Terlihat kawaii dan begitu menggemaskan dengan wajah baby face miliknya.

"Berhentilah bersikap berlebihan… aku sudah dewasa baka niichan"

"Haishh, bagi oniichan, kau tetap gadis kecil niichan yang manis dan menggemaskan." lagi-lagi Sasori memeluk adiknya dan mencubit pipi Sakura dengan gemas.

"Pletakk!" sebuah jitakan mendarat di kepala merah milik Sasori dengan sadis.

"Coba katakan sekali lagi…" ancam Sakura dengan wajah kesal.

"Kau tetap sesadis dulu Haruno sakura, pantas saja sampai sekarang kau belum pernah punya kekasih." Sahut Sasori yang masih mengusap kepalanya yang terasa nyut-nyut.

"Sasori…" geram Sakura, tangannya melayang untuk menjitak kakaknya kembali, namun urung begitu mendengar sebuah teriakan.

"Sasori, ini mau ditaruh dimana?" teriakan itu terhenti sejenak saat melihat Sakura.

"Dia?" tampak pemuda berambut hitam panjang yang terkuncir asal itu berjalan mendekat sambil menetang dua tas besar.

"Adikku, cantikkan?" pamer Sasori pada temannya itu.

"Cantik, cocok. Hai Sakura. Kakakmu sudah sering bercerita tentangmu." Tersenyum ramah, pemuda dengan rambut hitam panjang tergerai acak itu menyapa Sakura.

"Hai juga." Sahut Sakura datar, berjalan masuk diikuti dua pemuda di belakangnya.

"Hei Sasori… kenapa adik tidak terpesona padaku?" sakura mendengar ucapan teman kakaknya itu.

"Kau tidak tahu saja Itachi… dia itu tidak akan tertarik padamu. Lagi pula, kenapa kau narsis sih. Memangnya kau itu tampan. Cih." Terdengar sahutan Sasori yang mengejek.

"Dasar bayi… tentu saja kau tidak bisa melihat pesonaku. Kau itu laki-laki. Baka!"

"Kalian seperti anak-anak. Berisik!" protes Sakura yang sekarang sudah duduk di atas sofa dan kembali menekuri layar PSP di tangannya.

"Sakura~chan… kau tidak kangen pada kakak semata wayangmu ini? Benar-benar." Sasori duduk merapat pada Sakura, menarik PSP dari tangan adiknya untuk menarik perhatian. Kemudian kedua lengannya merangkul tubuh ramping Sakura kuat-kuat.

'Baka niichan, apa yang kau lakukan." Sakura terkejut, dan tidak siap menerimaaa pelukan kakaknya alhasil dia tidak bisa menghindari pelukan maut kakak berambut merahnya.

"Lepaskan aku Sasori-nii."

"Tidak! Sampai aku puas melepas rindu padamu. Hampir tiga tahun niichan tidak bisa memelukmu seerat ini." Rambut merah Sasori menempel dengan rambut pink Sakura. Menghirup aroma tubuh adik semata wayangnya yang sudah terpisah hampir tiga tahun lamanya.

Mendengar penuturan kakaknya, membuat Sakura hanya bisa menghela nafas dengan bosan. Tapi pada akhirnya, dia membalas pelukan Sasori. Kakaknya yang kadang konyol ini, Sakura sungguh sangat merindukannya.

Selama ini Sasori hidup terpisah dari keluarganya, dia memilih hidup sendiri saat orang tuanya bercerai, sedang Sakura tinggal bersama ibunya di Thailand. Itulah sebabnya mengapa nama marga mereka berbeda. Akasuna dan Haruno. Dan niatnya datang ke Konoha sebenarnya untuk menemui novelis idoalnya , Sasuke Uchiha. Tapi yang membuat dia sedikit kecewa, Sasuke Uchiha yang dia temui sungguh jauh dari bayangannya. Tapi, setidaknya dia bisa bertemu dan menghabiskan waktu yang berkualitas dengan saudara satu-satunya yang ia miliki ini.

"Kacang… kacang…" teman Sasori yang sedari tadi menjadi penonton setia drama keluarga itu merasa gerah juga.

"Diam kau Uchiha baka. Berisik!" sahut Sasori tanpa melepaskan pelukannya. Sedikit mengolok sahabatnya yang sekarang sedang duduk sambil memonyongkan bibirnya meskipun tidak sampai lima senti.

"Hei, Sasori. Kau membuatku iri. Andai saja aku punya adik perempuan. Boleh gentian aku memeluk Sakura-chan."

"Enak saja… Sakura adikku. Kau peluk saja otoutomu sana." Sasori masih menahan badan Sakura yang mulai gelisah ingin melepaskan pelukannya.

"Dih… memeluk si baka Sasuke. Sama saja cari mati." Itachi bergidik ngeri membayangkan adegan pelukan dengan Sasuke. "Setelah dewasa dia tidak manis lagi."

"Itu sih deritamu…" ejek Sasori.

"Ah, begini saja. Biar Sakura juga jadi adikku. Kita jodohkan saja dia dengan si baka otouto. Bolehkan Sasori?"

"Tentu saja boleh… boleh sekali. Biar imouto-ku ini tidak jomblo abadi terus." Tanpa Sakura sadari, terjadi konspirasi duo kakak aneh itu untuk menjodohkan kedua adiknya.

.

.

.

.

Malam yang tenang berselimut awan gelap yang menutup sebagian bulan sabit. Seorang gadis muda berambut pink pudar tengah duduk di atas ranjangnya dengan raut wajah serius. Ditanganya tergenggam sebuah Gadget yang bernama PSP.

"My Sweety, kau di dalam kan sayang?" sebuah ketukan di pintu tak mampu membuat gadis itu mengalihkan tatapan dari layar PSP.

"Sakura-chan…" Sasori membuka pintu kamar, langsung kesal begitu melihat dia lagi-lagi diacuhkan karena sebuah PSP.

"YA! malam minggu begini masih asyik berkutat dengan benda bodoh ini…" sergah kakak semata wayang Sakura itu sambil berusaha merebut PSP.

"Hisshh, Nichan. kau mengganggu saja!" seru Sakura sambil menjauhkan PSP dari tangan Sasori tanpa mengalihkan tatapannya dari lcd gadget-nya.

"Oh Kami-sama, apa salah dan dosaku. Mengapa aku mempunyai adik yang kerjaannya hanya bermain PSP bodoh, membaca novel dan memandangi poster wajah-wajah yang bahkan tampannya tidak sebanding denganku." gerutu Sasori sambil menatap poster-poster Lionel Messi, Iker Cassilas, Ricardo Carvalho dan sederet bintang besar sepakbola dunia. Bahkan di kamar adinya terpasang poster Jose Mourinho, sir Alex Ferguson dan Pep Guardiola sang pelatih bertangan dingin.

"Oh ya, Sakura. Kakak malam ini tidak pulang. menginap dirumah Deidara"

"Kakak selalu bilang bosan melihatku bermain PSP, lalu niichan sendiri apa? Memangnya tidak bosan bermain dengan Akatsuki terus. Deidara lagi, Itachi lagi, Hidan lagi. Bosen dengernya."

"Hei Pinky sweety, biarpun niichan gaulnya dengan mereka-mereka terus, tapi jangan salah. Pacar niichan ada dimana-mana. kau saja yang dari dulu masih saja menyandang status jomblomu itu dengan bangga. Dasar Jones. JOMBLO NGENES!"

"BAKA SASORI!" dengan kesal Sakura mendorong tubuh tegap kakaknya keluar kamar.

"Kalahkan, kalah." Sasori menjawil dagu Sakura dengan gemas."Oh iya, hampir lupa. Setengah jam lagi Sasuke adiknya Itachi akan menjemputmu,, kau harus siap-siap" perintah Sasori akhirnya. Melenggang pergi sambil menggoda adik kesayangannya yang masih melotot kesal. Kemudian membanting pintu kamar keras-keras.

"Sasori no baka!" Gerutu Sakura kembali ke atas ranjang dan mengambil PSP-nya lagi. Kembali hanyut dalam dunia yang ia ciptakan sendiri.

Setengah jam kemudian, pintu kamar Sakura terbuka kembali, seorang pemuda masuk tanpa permisi. Dia hanya bersandar di pintu kamar karena si empunya kamar tengah asyik berkutat dengan PSP-nya, bahkan Sakura tidak mendengar derit suara pintu saat lelaki itu membukanya.

Dia hanya berdiri diam memandangi tingkah Sakura yang tengah menelungkup diatas kasur. Bibirnya tersenyum setiap kali menangkap ekspresi wajah gadis pink itu yang berganti-ganti, kadang tertawa, memekik kesal atau memukul lantai kasur dengan gemas. Sasuke begitu menyukai ekspresi gadis itu yang terlihat begitu lepas tanpa dibuat-buat. Sudut bibirnya sedikit naik saat memperhatikan suasana kamar Sakura Haruno. Terima kasih baka aniki. Untuk yang satu ini, pilihanmu tepat. Batin Sasuke dengan puas.

"Ahh. Sial!" gerutu Sakura sambil membanting PSP-nya kesal saat di layar muncul tulisan Game over. Dia meregangkan kedua tangannya, dan berbalik terlentang, matanya membelalak terkejut mendapati Sasuke tengah berdiri di pintu kamarnya dengan senyum dikulum.

"YA! bagaimana kau bisa masuk, siapa yang menyuruhmu masuk." Sakura bangkit dan berdiri di depan Sasuke dengan wajah ketus.

"Sasori yang menyuruhku masuk, bukankah dia sudah bilang bahwa aku akan menjemputmu." jawab bungsu Uchiha itu masih dengan senyum yang tampak sedikit cool. Rambut reven pantat ayamnya berkilat terkena cahaya lampu.

"Menjemputku? Untuk apa? Bukannya yang akan menjemputku itu adiknya Ita- oh, tidak mungkin!" mendadak sebuah ingatan melintas di benaknya. Ah sial, ternyata adik kakak sama anehnya.

"Benar, Itachi baka itu kakakku. Kenapa? Ada masalah."

"Tentu saja masalah, Uchiha baka! Pergi kau sana. Mau apa disini."

"Tentu saja untuk mengajakmu kencan pinky sayang, benar sekali kekhawatiran kakakmu, lihatlah bahkan kamarmu penuh dengan poster-poster yang tidak bisa diajak berkencan." Sasuke mengedarkan pandanganya, tertawa rendah melihat suasana kamar seorang gadis muda yang jauh dari kesan feminim dan entah kenapa, hal itu membuatnya semakin tertarik dengan seorang Haruno tunggal ini.

"Kau membuang waktumu Uchiha-sama, seharusanya anda tidak datang kesini jika ingin berkencan dengan seorang gadis, toh kau bisa datang kesalah satu koleksi wanitamu di luar sana." balas Sakura yang kini terlihat asyik membuka halaman sebuah novel berjudul Twilight.

"Aku sudah bosan dengan semua koleksiku, dan berharap bisa mendapatkan satu koleksi yang baru disini." sahut Sasuke dengan suara tenang.

"Harapanmu terlalu berlebihan kupikir…" kali ini gadis Haruno itu sudah merebahkan diri ditempat tidur dan menarik selimut sampai menutup kepalanya. Berharap adik Itachi itu akan pergi melihat dia siap tidur.

"Hei, bukankah kau ingin mengetahui rahasiaku menciptakan sebuah novel yang menyentuh!?" Sakura terlonjak kaget mendapati Sasuke justru menghimpit tubuhnya dari atas dan menyibakkan selimut dari wajahnya. Tubuh mungil Sakura bergidik dan sedikit menegang meraksakan hembusan nafas hangat pria Uchiha itu di pipinya.

"Atau memang kau lebih menyukai aku mengajarkan hal lain yang bisa kita lakukan di atas tempat tidur ini" lanjutnya lagi masih dengan posisi yang sama, bahkan sekarang bibirnya sudah menempel di pipi lembut Sakura.

"Menyingkir dariku Uchiha-sama" gertak Sakura, tapi suaranya terdengar sedikit gugup merasakan tubuh Sasuke mendesak di tubuhnya.

"Kau memiliki tiga pilihan Pinky sayang" jemari Sasuke bermain di pipi Sakura yang satunya, sedang bibirnya mulai bergerak ke arah rahang gadis itu dengan perlahan.

"Yang pertama, menghabiskan malam yang menyenangkan di atas tempat tidur ini yang aku yakin kau tidak akan sanggup menolaknya, pilihan kedua kau mengganti pakaianmu dan ikut pergi denganku atau kau lebih suka aku yang mengganti pakaianmu dan aku tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi saat aku melakukanya untukmu ma Cherry…" desah Uchiha bungsu dengan jemari yang semakin lincah bermain di paras cantik Sakura. Saat jemari lembut Sasuke bermain di daerah leher jenjang gadis bermarga Haruno itu.

Jantung Sakura sudah berdegup semakin kencang, dia ingin berontak namun tubuhnya kaku tak bia digerakkan sama sekali. Seolah pandangan pria reven ini sudah membuatnya terhipnotis.

"Yarre… Yarre.. aku pilih yang kedua, sekarang menjauhlah dariku!" Sakura mulai menguasai akal sehatnya, lebih baik cepat-cepat menghindar dari keadaan yang bisa membuatnya terlena, dan mendorong tubuh Sasuke menjauh.

"Tidak semudah itu sayang…" balas Sasuke.

"Chupp~

sebuah ciuman mendarat dibibirnya, hanya sebuah ciuman ringan dan sekedar menempelkan bibir.

"SASUKE NO HENTAIII!"

Lengkingan suara gadis musim semi itu terdengar hingga radius berkilo-kilo meter yang hanya disambut seringai iblis oleh adik Uchiha Itachi itu.

"Pelajaran pertama baru dimulai… bersiaplah Haruno Sakura."

TBC~