Sakura memandang keluar melalui jendela kamarnya yang terbuka. Angin masuk menerbangkan rambutnya namun ia tidak memiliki pikiran untuk menutup jendela.

Matanya terus melihat keluar, kearah jalan yang kosong itu. Satu-satunya yang menemaninya saat ini adalah cahaya bulan purnama dihiasi oleh bintang-bintang.

Dia pergi, pikirnya dengan sedih. Dia benar-benar pergi.

Hatinya hamoir menangis mengingat lelaki yang sangat ia idolakan itu pergi. Meninggalkannya. Meninggalkan teman-temannya. Meninggalkan desanya.

Sasuke, bisiknya.

Bagaimana mungkin ia bisa melakukan itu?

Ia pergi. Begitu saja.

Kenapa?

Tidakkah ia puas dengan apa yang telah ditawarkan Konoha padanya?

Kenapa ia lebih tertarik pada tawaran si jahat Orochimaru?

Apa yang bisa diharapkan dari orang itu? Kekuatan besar?

Sasuke mungkin saja akan mendapatkan apa yang ia harapkan. Namun ia akan kehilangan apa yang telah ia dapatkan.

Cinta

Orochimaru tidak akan pernah memberikan cinta persahabatan atau apapun itu.

Ia hanya memanfaatkannya saja.

Dan bodohnya lagi, kenapa Sasuke tidak bisa menyadari itu?

"Bodoh." Ia berbisik. "Sasuke bodoh."

Ia bahkan tidak mendengarkannya ketika ia sedang berusaha untuk menghentikannya.

Dan saat itu juga, Sakura sadar. Ia juga bodoh.

Sasuke sangat keras kepala, ia tahu itu. Jika Naruto yang dianggapnya bodoh dan selalu menyusahkannya saja tidak didemgarkannya. Lantas apa yang membuatnya berpikir bahwa Sasuke akan mendengarkan perkataan dari gadis bodoh sepertinya?

Betapa bodohnya ia.

Ia sangat bodoh.