Reinkarnasi Kami

.

.

.

.

Disclaimer : Vocaloid © Yamaha Corption, , Crypton Future Media, Inc.

Kembali Yuka-chan pengen membuat fanfic Vocaloid baru lagi nih, Kali ini Yuka-chan akan memasukkan tokoh utama dari Vocaloid yaitu Rin dan Len. Jadi bagi kalian para penggemar si kembar ini tidak salahnya untuk membaca fanfic ini deh.

Pertama Yuka-chan terinsprirasi membuat fanfic ini karena Yuka-chan tidak sengaja mendengarkan sebuah lagu Vocaloid berjudul Tesho Sho Tensho dari Hatsune Miku kalo di indonesiakan berarti reinkarnasi apa gitu. Nadanya dan lirik agak dark gitu. Nah karna itu Yuka-chan mencoba iseng membuat fanfic tentang reinkarnasi deh.

Ada beberapa dark scene disini, semoga kalian menikmati fanfic buatan saya ini okay dan jangan lupa ke kamar mandi dulu buang air sebelum tidur yak.

Good Reading GUYS

.

.

( Peringatan : TYPO, Cerita Karakter Gaje, Salah Kata, OOC, Salah EYD, dsb )

.

.


.

.

( Len POV )

Rambutnya halus berwarna pirang, dia manis seperti anak kucing, suka memakai bando pita putih di kepalanya, kulitnya putih bersihseperti marshmellow lembut, senyumnya seperti pelangi terbalik melengkung selalu berwarna mewarnai hari hariku.

Dia bernama Kagamine Rin. Selain ia adalah adik kembarku, dia juga saudara kembar jadi aku paling tua disini. Tapi anehnya ia lebih aktif dan berani daripadaku. Rin sering mengikuti kegiatan di SD dan bisa akrab berteman dengan siapapun, sangat suka mencicipi jeruk. Tidak kusadari, aku mulai mengagumi dirinya.

Meskipun kami adalah saudara kembar yang memiliki wajah sama persis dan jika saja aku tidak mengucir rambut pirangku dan membiarkan terurai mungkin saja tidak ada seseorangpun bisa membedakan kami. Namun sifat kami ini saling bertolak belakang tapi entah kenapa kami jarang bertengkar malahan kami bisa akur satu sama lain.

Kadang aku menggunakan persamaan kami untuk mengerjai teman temanku atau jika aku lagi males, adikku ini bisa menyamar menjadi aku, menggantikanku pergi apalagi adikku tipenya suka pergi keluar rumah. Beda denganku yang sering menghabiskan waktu belajar di rumah.

Namun, meskipun aku ini orangnya tipe rumahan, aku juga sering menemani Rin pergi keluar terutama ke tempat jauh karena entah kenapa saat dia pergi agak jauh dariku aku merasa tidak enak terjadi sesuatu padanya oleh sebab itu aku akan tetap mengawasinya.

Salah satu tempat yang sering kami kunjungi adalah taman kota, banyak fasilitas bermain, bangku taman, dan juga air mancur disana. Meskipun kami sudah kelas enam SD sebentar lagi kami akan masuk SMP tapi Rin masih asyik bermain disana terutama ayunan.

Kami tidak terpisahkan, aku tidak bisa hidup tanpa Rin, karena bisa dibilang dia adalah sahabat sekaligus saudara kembar satu satunya. Memang aku sedikit egois, tapi aku tidak mau Rin pergi dari sisiku.

Hari ini tidak biasanya, Rin mengajakku mengunjungi taman pada malam hari katanya ia ingin bermain ayunan lagi untuk terahir kalinya. Hampir saja aku lupa, besok siang kami akan pindah rumah ke luar kota jadi yah mungkin ini kesempatan kami bermain di taman untuk terakhir kali, jadi tidak heran Rin mengajakku sampai membangunkanku.

Rin dan aku duduk di ayunan, ia mengayunkan tubuhnya ke depan dan ke belakang. Dia terlihat tersenyum ceria tapi aku bisa merasakan ia sangat sedih dibalik senyumannya itu.

"Wah, sayang sekali ya, kita udah harus pindah besok, padahal aku sangat menyukai taman dan kota ini" ujarnya sambil menatap langit berbintang diatasnya dan gedung gedung berhiasan cahaya lampu mereka. Kebetulan taman yang kami tempati ini berada di atas bukit kecil jadi kami bisa melihat keindahan kota dari atas sini.

"Iya..," tanggapku memandangnya yang masih menatap langit, membuatku juga ikutan ikutan menatap keatas

"Semua kenangan kita semenjak kita lahir tertanam disini, aku rasa sangat berat meninggalkan kota ini, teman teman kita, kakek nenek, bahkan pemilik toko semuanya baik baik, aku tidak sanggup mengucapkan selamat tinggal pada mereka" sambungnya lagi, ia kemudian mulai menangis. Meskipun dia periang dan aktif tapi dia cengeng banget kalau mengangkut soal orang orang terdekatnya bahkan melihat kucing terluka saja dia sampai menangis keras.

Meskipun aku jarang bersosialisasi dibanding dirinya tapi kuakui pernyataannya memang benar orang orang disini semuanya baik pada kita. Bagiku mengucapkan selamat tinggal bukan masalah sulit bagiku tapi untuknya kurasa dia akan menangis lagi.

"Benar, tapi tenang saja, pasti kau akan mendapat teman baru dan ada aku yang akan terus bersamamu" ucapku sambil menenangkan Rin dan memegang pundak Rin yang masih menangis. Ia memandangku terharu lalu tersenyum lagi sambil mengucapkan terima kasih padaku.

"Rin, kalau aku boleh bertanya..." aku memandang Rin dengan tatapan datar, "Tumben kamu mengikat rambutmu kebelakang biasanya kau menggerainya, ada apa gerangan" tanyaku penasaran semenjak perjalanan kami kemari.

"Oh ini, entah, lagi pengen jadi mengucir rambutku seperti ini, biar sama kayak Kak Len" jawab Rin polos sambil mengelus-ngelus rambut pirangnya. Sekarang kami benar benar mirip apalagi hari ini ia memakai celana pendek, biasanya ia memakai rok pendek. Bahkan mungkin kami tidak bisa dibedakan perempuan dan laki laki sekarang.

"Kau ini...," Rin mulai tertawa setelah aku mencubit pipinya yang temben, aku senang ia kembali semula menjadi gadis periang dan bersemangat. Meskipun aku tahu ia sangat bersedih namun aku ingin melihatnya kuat menghadapi semua ini.

"Kak Len, aku haus nih, aku pengen beli minuman disana" pintanya menunjuk sebuah supermarket di dekat taman.

"Jadi kau ingin kakakmu yang tampan ini membelikan minuman untuk adik nakal sepertimu" ujarku sambil melipat tangan, aku menggodanya aku ingin melihat reaksinya..

"Semuanya salah, aku tidak nakal dan kakak juga nggak tampan, aku haus pengen minum" sifat manjanya kambuh lagi, sialan dia mengejekku jelek. Tapi kuanggap ini hanya bercanda lalu aku berdiri dari bangku ayunan.

"Hihihihi, baiklah kau tunggu disini sebentar, aku akan membelikan minuman untukmu tapi kau harus mengganti uangnya dengan uang tabunganmu ya" ucapku lalu aku pergi meninggalkan adikku yang masih dengan wajah cemberut karena ucapanku. Aku hanya tertawa geli dalam hati.

Untung saja aku membawa uang tadi, jadi aku tidak perlu jauh jauh harus kembali ke rumah mengambil uang. Masalahnya kalau sudah mengangkut keinginan Rin, sudah pasti kalau tidak terpenuhi, ia akan menangis meraung raung di tanah seperti anak kecil meskipun memang kami masih anak anak mau menginjak remaja.

Aku membeli dua susu kotak, susu rasa pertama rasa jeruk kesukaan Rin sedangkan rasa susu kotakku rasanya cokelat campuran rasa pisang. Setelah membayar di kasir, sebenarnya aku sedikit menyesal membeli di supermarket ini karena harganya yang terlalu mahal untuk anak usia kami tetapi ini semuanya demi memenuhi keinginan Rin.

Bulan purnama sudah menunjukkan wujudnya diatasku, aku bisa melihat dengan jelas. Jarang jarang aku bisa melihat bulan purnama sejelasnya ini di depan mataku, di depan supermarket aku menutup mataku lalu aku menghirup nafasku dan membuangnya.

Mataku melihat ke depan tempat dimana Rin berada di ayunan, akan tetapi aku melihat Rin sedang dihajar oleh sekumpulan anak anak. Aku bisa melihatnya dengan jelas Rin terlihat kesakitan dan aku bisa melihat luka memarnya dari jauh.

Sontak saja aku langsung berlari ke tempat Rin, aku tidak tahan adik kembarku diperlakukan seperti itu. Dan saat saat terakhir aku melihat Rin ditendang kepalanya sampai ia mengenai tiang ayunan, iapun pingsan di tempat.

"Rin...,"teriakku histeris menghampiri Rin yang pingsan, aku memegang badan Rin lemah dan terluka sambil menangis, aku tidak tahu alasan mereka memperlakukan Rin sampai seperti ini tapi ini benar benar sudah keterlaluan.

Aku mencoba menghajar salah satu dari mereka, tapi karena aku kalah jumlah dan kuat dengan mudah mereka langsung membuatku jatuh ke tanah sampai membuat kacamataku terlempar jauh ke tanah.

"Kalian benar benar bodoh, sangat bodoh, kenapa kalian menghajarnya" di sela sela menangis aku mendengar seorang gadis berteriak pada mereka. Aku tidak melihat wajahnya dengan jelas karena aku tidak memakai kacamataku. Teriakan gadis itu membuat pandangan anak anak ini teralih padanya. Mereka terlihat menunduk.

"Maafkan kami" ucap mereka meminta maaf pada gadis berteriak tadi. Aku yakin gadis berambut toska itu adalah pemimpin kelompok ini karena keberadaannya membuat lemah anak anak ini.

"Sudahlah, untuk menutupi jejak, kalian buat pingsan anak yang satunya dulu" ucap gadis berteriak berambut toska tersebut sambil meninggalkan tempat tersebut. Aku bisa mendengar nada kesal darinya. Jadi dia tidak datang menyelamatkan kami.

Lalu sesuai dengan perintah gadis berambut toska itu, aku langsung dihajar sampai babak belur dan kemudian akupun dibuat pingsan. Di sebelum aku pingsan aku sempat melihat siapa anak anak yang menghajar aku dan Rin tadi, kelihatannya mereka berumur sama dengan kami namun aku hanya bisa melihat warna rambut mereka dari kejauhan. Tiga perempuan berwarna rambut hijau, toska, dan pink. Dua laki laki berwarna biru dan ungu.

Aku tidak percaya, bulan purnama yang seharusnya bisa menerangi hari indah kami sebelum pindah rumah namun sekarang menjadi bencana bagi kami. Aku menutup mataku sambil memeluk badan Rin yang juga tergeletak di tanah.

"Mereka, mereka, mereka... akan kubalas kalian atas perlakuan kalian pada Rin" batinku lalu akupun pingsan di tanah.

.

.

.

.

.

Bersambung


Ada yang pernah ngerasain dango?

Jadi pengen sih makan karena sering melihat tokoh anime makan dango jadi penasaran deh rasanya. Apakah asin, manis, atau tawar?

Halah malah bahas dango. Akhirnya selesai juga chapter pertama, entah kenapa akhir akhir ini pengen buat fanfic fandom Vocaloid. Ya meskipun banyak ya gaje dan aneh sih wkwkwkwkwk.

Sebagai hadiah kalian sudah sampe disini, Yuka-chan akan menjelaskan tentang chapter ini, Jadi disini Len dan Rin adalah sepasang kembar berusia 12 tahun, Len sangat menyayangi Rin adiknya. Sampai saat mereka sedang bermain di taman, Rin dihajar oleh sekumpulan anak misterius. Tidak tahu alasannya mereka menghajar Rin, hal ini tentu saja membuat Len sangat dendam dengan mereka. Disinilah awal terjadinya konflik..

Penasaran bagaimana kisah selanjutnya, tunggu chapter duanya yak

Itu saja yang bisa Yuka-chan sampaikan disalam penutup ini, kalau ada yang tahu rasa dango bisa ketik review dibawah. Dan jangan lupa di follow, favorite, dan review nih fanfic okey. Arigatou Minna.