GOT7 FANFICTION.

PAIRING : MARKSON - BNIOR

A LIL APPEARANCE OF EXO'S MEMBERS

YAOI. SHOUNEN AI. AU. OOC


Di sebuah kafe, terlihat pria tampan sedang meminum cappucino-nya dengan tenang. Ia masih anak SMA, tetapi ia bukan tipikal anak sekolahan labil yang tak percaya diri jika harus pergi sendirian. Ia sudah terbiasa sendiri. Hidup sendiri di rumahnya karena orang tuanya bekerja di Tokyo, dan ia ditinggal sendirian di Seoul karena anak itu memang tak mau ikut ke Tokyo, Jepang, negara tetangga Korea Selatan, dengan alasan ia malas mempelajari bahasa Jepang. Karena berbicara dengan bahasa Inggris setiap hari di sekolah sudah membuatnya cukup jengah. Ya, dia adalah Im Jaebum. Pria dingin, tenang, berkharisma, dan juga cerdas. Bersekolah di Seoul Internasional School sesuai yang diinginkan orang tuanya. Sebagai anak tunggal ia memang di desain untuk meneruskan usaha orang tuanya, yaitu usaha furniture mewah yang diharapkan dapat go internasional dengan tangan Jaebum. Dengan menyekolahkan Jaebum di sekolah internasional, mereka berharap Jaebum dapat membangun koneksi untuk memperlancar bisnis mereka di masa mendatang. Ya, itulah alasan utama mengapa Jaebum bersekolah di salah satu sekolah elit di ibukota negeri ginseng itu. Dan Jaebum tak keberatan dengan alasan itu, selama Jaebum tak merasa terganggu, ia akan menuruti semua kemauan orang tuanya. Karena hidupnya memang hanya sesederhana itu.

Masih di kafe yang sama, seorang pria manis sedang bersiap-siap untuk tampil menghibur para pengunjung kafe. Ia sedang menyetel gitarnya, kali ini ia akan tampil sendirian, karena partnernya tak bisa datang. Untungnya, pria manis ini sudah terbiasa, maka ia tak keberatan jika harus tampil seorang diri.

Alunan gitar akustik yang menenangkan dan romantis serta suara lembut pria manis yang bernama Jinyoung itu, sukses membuat Jaebum mengalihkan perhatiannya dari jalanan di luar jendela kafe menuju suara merdu itu. Rupanya ada sesuatu yang berhasil menarik perhatiannya. Asal tahu saja, selama ini Jaebum tak pernah tertarik pada apapun atau siapapun, ia hanya menjalani semuanya dengan semestinya. Seperti yang semestinya dilakukan anak orang kaya dan bersekolah di sekolah elit, maka ia bergaul dengan orang-orang kaya juga, jalan-jalan ke luar negeri, memiliki barang-barang bermerek, hampir tiap hari pergi ke kafe yang berbeda-beda, makan di restoran mahal, atau makan di restoran cepat saji. Dan hampir tidak pernah pergi ke tempat makan pinggir jalan atau tempat murah lainnya. Tentu saja untuk menjalani perannya sebagai orang kaya, ia harus menjalani kehidupan yang seperti itu. Meskipun terlihat membosankan, toh ia baik-baik saja, karena selama ini baginya tak ada yang lebih menarik dari kesehariannya yang monoton, sebelum ia mendengar suara merdu itu.

Ya, suara merdu itu berhasil membuatnya tertarik. Suara merdu itu, wajah manis itu, benar-benar pesona yang luar biasa. Jaebum benar-benar terpesona.

Maka setelah pria manis itu selesai tampil dan pergi dari kafe itu, ia langsung menanyai barista di kafe itu, ia pikir mungkin saja barista itu tahu siapa pria manis itu. Mengapa Jaebum tak menemui pria manis secara langsung? Jawabannya adalah karena ia gengsi. Tentu saja, ia memiliki banyak alasan untuk menjadi orang yang memiliki harga diri tinggi.

"Park Jinyoung. Kelas 2 SMA, di Seven Arts School. Jurusan seni musik kontemporer. Disini ia biasa dipanggil dengan nama panggung Jie. "

Hanya jawaban itu yang diperoleh oleh Jaebum. Dan yang ada di pikiran Jaebum adalah Seven Arts School adalah sekolah dimana banyak idol dan aktor bersekolah disana, dan pasti disana tidak kondusif untuk belajar, karena setiap hari banyak sekali fans yang mengikuti idolanya. Jaebum berpikir yang bersekolah mungkin bukan hanya anak-anak berbakat, mungkin juga banyak fans yang sengaja bersekolah disana untuk melihat idolanya setiap hari. Apalagi sekolah seni, bagi Jaebum sekolah seni benar-benar tidak menarik. Bagaimana bisa seseorang memutuskan untuk menyerahkan masa depannya pada sekolah seni? Apa yang mereka harapkan dari sekolah seni? Apa mereka juga diajari cara menghitung rumus matematika yang rumit atau mereka mengetahui perkembangan dunia ekonomi dan politik saat ini?

Jaebum memang orang yang skeptis pada sekolah seni. Baginya bersekolah di sekolah seni hanya membuang-buang waktu. Bukankah seni bisa dipelajari secara otodidak? Apalagi seni tak menjamin kesuksesan hidup seseorang. Seperti dia misalnya, dia menyukai seni tari gaya Amerika -b-boy- dan ia mempelajarinya secara otodidak. Dan diapun bisa melakukannya dengan baik. Menurutnya.

Tolong sadarkan Jaebum bahwa pandangannya itu salah.


BRUK

Tanpa sengaja, Jinyoung yang tergesa-gesa karena datang terlambat, menabrak seseorang hingga dua duanya terjatuh dengan bokong masing-masing menyentuh lantai dengan cantiknya.

"Maaf. Maafkan aku. Aku terburu-buru, permisi-"

Jinyoung bangkit berdiri kemudian membungkuk minta maaf dan bersiap untuk berlari lagi sebelum-

" Bantu aku berdiri!"

-orang yang ditabraknya menginterupsinya.

"Apa?"

Jinyoung bingung, mengapa dia harus membantu orang itu berdiri, bukankah berdiri dari posisi seperti itu sangat mudah. Oh, Jinyoung belum memahami keadaan. Maklum saja.

"Kau sudah menabrakku, jadi bantu aku berdiri!"

Orang itu memerintah Jinyoung dengan dinginnya seolah-olah Jinyoung sudah melukai harga dirinya.

Jinyoung malas untuk berdebat, maka ia menuruti kemauan pria itu. Dan akhirnya Jinyoung membantu pria itu berdiri dengan perasaan dongkol. Apa- apaan dia minta bantuan sementara dia terlihat baik-baik saja.

Ah, tapi siapa dia? Kenapa Jinyoung tak pernah melihatnya?

"Aku Im Jaebum, siswa baru kelas 2 di jurusan seni tari."

"um, ya.. salam kenal, aku Ji—"

"Jie, di kafe Flight Log."

"kau tahu aku?"

"aku ini pindahan dari Seoul Internasional School, dan kurasa kau pasti tahu jika seseorang pindah dari sekolah elit yang berwawasan global seperti itu menuju sekolah yang hanya mempelajari seni seperti ini, pasti alasannya—"

"kau memiliki passion di bidang seni? Jadi kau pindah kesini? Atau kau tertarik pada salah satu idol yang sekolah disini maka kau pindah kesini? Atau mungkinkah keluargamu bangkrut? Ya biasa, sih, disini tidak lebih mahal daripada Sekolah itu sih."

'bukan. Alasannya adalah kau. Aku tertarik padamu saat kau menyanyi kemarin. Tapi sekarang melihatmu yang sedikit cerewet, aku jadi tak terlalu tertarik."

'O"

Jinyoung mengangguk-angguk mencoba mencerna kalimat anak baru itu.

"APA?!"

"kau tak dapat berpikir cepat. Satu lagi poin yang mengurangi pesonamu di mataku. Aku mau ke kelas dulu. Bye!"

Pria itu, Jaebum, dengan angkuhnya meninggalkan Jinyoung yang masih speechless karena 'jackpot' di pagi hari yang baru saja ia dapatkan.

"aish. Apa-apaan sih dia? Pria aneh."

Jinyoung akhirnya pergi dari tempat itu sambil menggerutu karena seseorang yang menurut terlalu percaya diri pada orang yang baru saja dikenalnya. Apalagi menyatakan ketertarikan kepadanya. Apa-apaan?

Dan, Satu lagi karakter unik Jaebum, dia adalah tipikal orang yang suka berterus terang dan tidak suka bertele-tele. Karena ia tertarik pada Jinyoung, maka ia memutuskan untuk pindah ke Seven Arts School. Dengan persetujuan –terpaksa- dari orang tuanya. Dengan jaminan ia akan terus belajar bisnis meski sekolah di sekolah seni dan juga terus menjalin koneksi. Pola pikir Jaebum memang sudah melampaui anak-anak di usianya. Karena dari kecil ia sudah terbiasa untuk mempelajari segala hal dengan baik.


"BABY!"

Jinyoung kaget karena seseorang yang mengejutkannya tiba-tiba. Itu Jackson. Kekasihnya. Dari jurusan seni tari kelas 2.

"kau mengagetkanku, Jack."

Jinyoung mengatakan itu sambil mengelus-elus dadanya, ia benar-benar kaget.

"kau kenapa baby? Tidak biasanya kau kaget seperti ini?"

"uh. Hanya sedikit kaget. Kkk~"

jawab Jinyoung dengan tawa yang hambar.

"kau pasti melamun kan?"

"ah itu, tidak."

"ck. Kita ini sudah berpacaran lebih dari setahun. Aku sangat memahamimu. Apa ada sesuatu?"

Jackson memasang wajah datar dan tampang tak percayanya.

"itu.. itu-"

Jinyoung hapal, Jackson tak bisa dibohongi hanya dengan kalimat.

Belum sempat Jinyoung melanjutkan kalimatnya, matanya tiba-tiba menangkap sosok pria yang tadi pagi menyatakan ketertarikan kepadanya. Yang selama sehari ini membuatnya melamun dan memikirkan pria itu. Ya, asal tahu saja, Jinyoung adalah tipikal orang yang sensitif, apapun itu selalu ia pikirkan dalam-dalam. Hal sekecil apapun tak pernah luput dari pikirannya. Karena itulah, pernyataan Jaebum tadi pagi itu, err, membuatnya mau tak mau memikirkan Jaebum, pria yang blak-blakan namun dingin.

"damn!"

"apa?"

Gumaman kecil itu terdengar oleh Jackson. Dan Jackson menaikkan sebelah alisnya. Pasti terjadi sesuatu pada Jinyoungnya.

"a-ah damn!.. perutku agak sakit Jack, bisa kau antar aku ke ruang kesehatan?"

Jinyoung berpura-pura mengumpat sambil memegangi perutnya yang 'sakit' dan memasang wajah memelas andalannya untuk menutupi yang sebenarnya terjadi dari Jackson. Oh ayolah, Jackson adalah sosok pacar yang cerewet meskipun mereka sangat santai dalam menjalani hubungan mereka.

"baiklah. Ayo."

Jackson tanpa curiga akhirnya mengantar Jinyoung ke ruang kesehatan dengan cara memapah Jinyoung sambil tangannya memeluk pinggang Jinyoung. Dan pada saat mereka hampir sampai di tempat yang dituju, Jaebum menghadang mereka. Jackson yang tidak tahu siapa Jaebum bersikap tak acuh dan mengucap permisi agar Jaebum memberikan jalan, tapi sepertinya Jaebum tak mempedulikannya.


" Permisi, dia sedang sekarat, bisakah kau memberikan kami jalan?"

Jackson mengatakan dengan sesopan mungkin, terlebih pada orang yang tidak dikenalnya. bagaimanapun Jackson adalah pria dengan manner yang baik.

"Dia sekarat? Sepertinya dia baik-baik saja."

Jinyoung mendelik mendengar kalimat meremehkan dari Jaebum itu. Seolah matanya mengatakan seperti 'Apaan-apaan kau? Sok tahu sekali'.

"Aish. Memang apa urusanmu? Sudahlah berikan kami jalan!"

Jackson kehilangan kesabaran dalam waktu singkat. Bagaimanapun ia tak suka jika ada orang yang meremehkan apalagi mengganggu Jinyoungnya. Tapi, Jaebum tetap tak memberikan jalan. Matanya malah menangkap sesuatu. Tangan Jackson yang ada di pinggang Jinyoung dan memberi kesan seolah-olah mereka—

"Dia siapamu?" tanya Jaebum pada Jackson tanpa basa-basi.

"Huh? dia pacarku, apa urusanmu?"

Jawab Jackson diirngi dengan pertanyaan sengit dan disertai wajahnya yang masam. Oh ayolah, Jackson sedang malas berdebat dalam kondisi seperti ini.

"O, ternyata seleramu buruk, Jie. Dan katakan aku menyesal karena tertarik pada orang dengan selera buruk sepertimu."

"APA?!"

Secara bersamaan, Jackson dan Jinyoung syok dengan kalimat yang baru saja diucapkan oleh Jaebum. Bagaimana bisa pria itu begitu percaya diri mengucapkan kalimat seperti itu, apalagi...

"Aish. Aku sungguh menyesal telah berniat untuk berselingkuh dari pacarku hanya karena aku tertarik pada seseorang dengan selera buruk sepertimu, Jie."

Jaebum menarik napas untuk memberikan jeda pada kalimatnya. Namun ekspresi dan auranya nya tetap sama, arogan.

"Kau tahu kan kalau aku pindah kesini karena aku ingin mendekatimu, dan kau juga harus tahu jika aku ini sudah punya pacar di sekolahku yang dulu. Untungnya aku belum memutuskannya, jadi aku tak menyesal jika ternyata kau sudah punya pacar. Jadi Jie, selamat menikmati hidupmu."

Jaebum menutup kalimatnya dengan menyeringai kecil.

"Lalu—lalu kenapa kau mengatakan kau tertarik padaku, sementara kau masih punya pacar, huh?"

Jinyoung tak terima begitu saja, karena ia merasa dibuang setelah tadi pagi ia 'dipuja' oleh Jaebum. Jinyoung memasang wajah sebal yang terlihat sangat lucu di mata Jackson dan juga Jaebum.

"karena aku tertarik padamu dan kupikir kau lebih menarik daripada Mark."

Jaebum mengatakan nama pacarnya kepada Jinyoung dengan entengnya seolah berselingkuh adalah hal yang biasa dan tak perlu dibesar-besarkan.

"Si- siapa nama pacarmu?"

Jackson bertanya dengan gugup dan nada suara seperti menahan sesuatu. Seperti ada yang berusaha ia tahan dan ia sembunyikan namun tidak dengan rasa penasarannya.

"Mark."

To Be Continued

Terima Kasih untuk yang review, fav, follow, and read.

Sincerely,

.

Salvia Im