chapter: 1
Tehyung..
Main Cast:
Kim Tae Hyung, Byun Baek Hyun (GS), Park Chan Yeol, Park Jimin, Kim Jong In, Do Kyung Soo (GS), Min Yoon Gi (GS), Kim Jun Myeon, Zang Yi Xing (GS), Jeon Jung Kook, Kim Seok Jin (GS).
.
.
.
EXO - BTS
.
.
kritik saran di butuhkan.
NO BASH
Bel pulang sekolah sudah berbunyi hampir satu jam yang lalu, tapi dua orang siswa masih berada di ruangan kelasnya, membersihkan kelas alasannya.
Hingga lantai kelas sudah bersih dan kursi juga meja sudah tersusun rapih, mereka menyimpan alat kebersihan di salah satu ruangan kecil. Tepat pukul 9 malam mereka meninggalkan sekolah yang sudah sunyi.
"apa kau setiap hari bisa menghabiskan cokelat-cokelat itu sendiri?" tanya temannya yang bertubuh lebih pendek darinya.
"aku tidak memakannya" sahut siswa itu sambil menenteng kantung plastik berisi belasan coklat yang ia temukan di loker tempat menyimpan sepatunya yang di ketahui pemberian dari para siswi-siswi aneh yang mengaguminya.
Aneh? Ya, kenapa mereka mau merelakan uang jajan mereka hanya untuk membeli cokelat yang tidak mereka makan dan lebih memilih memberi kepada siswa yang tidak begitu banyak prestasi yang mengagumkan seperti dirinya?
Temannya itu memandang dengan wajah terkejut, apakah coklat yang tampak begitu lezat di buang begitu saja?
"sungguh? Jadi kau membuangnya?"
"tidak, adik-adikku yang menghabiskan cokelat nya" sahutnya. "kau mau? Nih ambil saja, cokelatnya terlalu banyak, kalau di buang berarti sama juga dengan membuang uang"
Temannya itu menggeleng "tidak, kau tidak lihat tubuhku mulai membengkak? aku sedang diet"
Anak laki-laki itu melirik melihat kondisi tubuh temannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tidak ada yang aneh, bentuknya masih seperti saat mereka pertama kali kenal. Termasuk tinggi badan yang masih di bawah tinggi badannya.
"ku rasa kau tidak gemuk, kau hanya kurang tinggi" celetuk anak itu dengan wajah tanpa dosanya.
Temannya itu menatap tak percaya, dengan mata sipit yang ia paksakan untuk terbuka lebar, dia menatap seolah menantang "aku bukan kurang tinggi, kau saja yang tumbuh terlalu cepat. lihat saja nanti aku yang akan lebih tinggi darimu" balasnya tak mau kalah.
"ya terserah" anak itu bergeming dan memutar kedua bola matanya malas. Seakan tidak akan percaya dengan ucapan itu. Karena bagaimana pun dirinya akan lebih tinggi dari temannya itu, kecuali jika dirinya adalah seorang perempuan.
Meski setiap pulang sekolah perjalanan mereka selalu di isi dengan perdebatan kecil yang sama sekali tidak penting, tapi mereka tidak pernah membawa perdebatan itu sebagai masalah. Justru dengan pembicaraan dan kelakuan konyol yang membuat mereka semakin akrab.
Hingga tepat di sebuah pertigaan jalan, perjalanan mereka harus terpisah karena letak rumah mereka yang berbeda. Anak itu berjalan ke arah selatan, sedangkan temannya yang lebih pendek ke arah timur.
Setibanya di rumah, anak itu duduk sebentar untuk meluruskan kakinya dan meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Sampai sebuah pelukan kecil di punggungnya menghentikan pergerakannya.
"hyung! Aku rindu" seorang anak kecil menyenderkan kepalanya di atas pundak kakaknya dan menaiki tubuh dan melingkarkan lengannya di leher kakaknya seperti seekor koala. "kenapa hyung pulang terlambat?"
"aku harus membersihkan kelas, Jesper" sahutnya. "dimana ayah dan ibu?"
"mereka sudah tidur"
"lalu Jackson dan Jiwon?"
"Jiwon sudah tidur, Jackson ada di kamar, mungkin sekarang dia sudah tidur"
"lalu kenapa Jesper belum tidur?"
"aku merindukan Taehyung hyung" Jesper menenggelamkan wajah kecilnya di balik bahu besar kakaknya.
Anak laki-laki itu tersenyum mendengar jawaban dari adiknya. Dia melepaskan sepatunya lalu mengambil tasnya dan berdiri sambil menahan tubuh adiknya. Dia tidak melepaskannya pelukan adiknya dan membiarkan dirinya berjalan masuk ke dalam rumah sambil menggendong tubuh adiknya yang padahal sudah tidak bisa disebut dengan anak balita.
Anak bernama Taehyung itu tidak langsung menuju kamarnya, ia memilih berjalan menuju dapur. Masih sambil menggendong adiknya.
Begitu sampai pada sebuah meja, ia berbalik dan melepaskan adiknya membiarkannya duduk di atas meja.
Ia membuka salah satu lemari kecil di dapur yang biasa di tempatkan untuk menyimpan makanan, tapi Taehyung tidak menemukan apapun disana. Lemarinya kosong.
"tadi ayah membawa tamu dari kantor dan mereka makan malam disini, makan malamnya habis lalu mereka pulang" ucap Jesper menjelaskan. Adiknya mengerti kalau kakaknya itu sedang lapar.
Taehyung tersenyum tipis mendengar penjelasan adiknya. Padahal ketika sedang membersihkan kelas ia ingin segera mandi, makan malam lalu tidur. Tapi begitu tahu di rumahnya tidak ada makanan ia hanya bisa tersenyum miris, menahan perutnya yang sudah berbunyi sejak beberapa jam yang lalu.
Tapi Taehyung teringat sesuatu. Ia segera meraih tas nya dan mendapati bungkusan plastik berisi cokelat-cokelat yang ia bawa. Ternyata memang ada untungnya siswi-siswi itu memberinya cokelat.
"wah banyak sekali" Jesper menatap takjub. Seperti anak-anak pada umumnya, dia tergoda melihat cokelat-cokelat itu ada di hadapannya.
"kau mau?" tanya Taehyung. Jesper pun mengangguk cepat "tapi kau harus berjanji sebelum tidur kau harus menyikat gigimu"
"aku janji" dan Jesper pun menerima beberapa bungkus cokelat.
Dan di malam yang sudah petang itu Taehyung hanya mengganjal perutnya yang kelaparan dengan beberapa potong coklat juga susu yang tersedia di dalam kulkas bersama Jesper.
"semalam jam berapa kau pulang?"
Taehyung menunduk. Pagi yang cerah ini tidak menyambutnya dengan baik. Dia hampir bangun kesiangan. Tidak hanya dia tapi hampir seisi rumah bangun sedikit terlambat.
Keterlambatan itu membuat ibunya kerepotan setengah mati, karena dia harus menyiapkan segalanya dan Taehyung sebagai anak paling tertua pun menjadi imbasnya.
"aku sampai di rumah jam 10 bu"
"dan sampai di rumah kau tidak melakukan apapun?! Seharusnya kau mengerti atau menyempatkan dirimu membantu ibu membersihkan dapur. Bukan membiarkan berantakan sampai pagi!" tegur ibunya dengan nada suara cukup tinggi.
Taehyung semakin tertunduk tidak berani membantah. Dia tahu kalau dia salah tapi Taehyung sendiri tidak menyadari kalau semalam dapur dalam keadaan berantakan. Malam itu dia lelah dan lapar jadi yang ada di pikirannya malam itu adalah dia hanya ingin makan dan segera beristirahat.
"ibu... Jangan memarahi hyung. Taehyung hyung pulang malam, hyung lelah dan hyung lapar, hyung juga tidak sempat makan malam bu" Jesper datang dan berdiri di depan Taehyung. Seolah dia membela dan ingin melindungi kakaknya.
Ibunya menatap anaknya yang berdiri di hadapannya dengan tatapan memelas. Tentu sebagai seorang ibu, di tidak tega menatap tatapan iba dari buah hatinya.
Wanita itu sedikit berjongkok, kedua tangannya mengelus pipi Jesper pelan dengan senyum tulus menghiasi wajahnya.
"ibu tidak memarahi Taehyung hyung sayang, ibu hanya menegurnya karena hyung sedikit lalai" ucapnya penuh kelembutan. Berbeda sekali ketika dia berbicara dengan putera sulungnya.
Taehyung menatap sosok ibu di hadapannya. Ia menatap miris. Tidak tahu kenapa dadanya terasa sakit melihat perlakuan ibunya kepada Jesper yang jauh lebih lembut, berbeda ketika sedang berbicara dengannya yang jika tidak dengan nada tinggi, mungkin dengan perlakuan yang cukup dingin.
Ini sering terjadi, tidak hanya sekali atau dua kali. Sikap ibunya seperti itu sudah muncul ketika Taehyung akan mendapat adik yang kedua, Jackson.
Segala sikap dan perlakuan ibunya mulai berubah. Dari yang penuh perhatian dan kasih sayang, berubah menjadi omelan atau bahkan pilih kasih.
chapter 1
Tapi Taehyung tidak terlalu menanggapinya dengan serius. Semua anak sulung pasti sering mengalami kejadian seperti ini dimana segala sesuatu pasti anak sulung yang di salahkan. Dan pasti mereka para anak sulung merasa sedih karena merasa mendapat perlakuan yang tidak adil dari orang tuanya.
Namun Taehyung mengerti hal seperti ini yang akan membuatnya menjadi tumbuh dewasa dan bertanggung jawab sebagai sebagai anak pertama. Karena itu dia tidak terlalu memasukan ke dalam hati mendapat perlakuan dari ibunya yang berbeda di banding dengan ketiga adik-adiknya.
"sayang jangan terlalu sering mengomeli Taehyung. Semalam dia pulang terlambat kan, dia pasti lelah" sosok pria tinggi yang sedang duduk sambil menggendong bayi juga membela Taehyung.
Taehyung sedikit menyunggingkan bibirnya, meski pria itu adalah ayah tirinya tapi setidaknya ayahnya itu tidak ikut mengomelinya seperti ibunya.
"tapi Chan..." ibunya berusaha mengelak.
"Baek.." pria itu berdiri masih sambil menggendong Jiwon, lalu menghampiri istrinya yang masih tampak kesal. Jemarinya yang besar dan ramping mengelus surai istrinya dengan lembut. "dia masih anak-anak, dia pelajar, bukan pembantu.."
"aku tidak menganggapnya pemb~"
"tapi setidaknya jangan terlalu memaksanya Baek, dia punya kegiatannya sendiri, seorang anak memang wajib membantu orang tuanya tapi kita sebagai orang tua pun tidak boleh terlalu memaksa untuk melakukan apa yang kita mau. Lagipula semalam kau langsung ketiduran kan, kau juga tidak meminta Taehyung membersihkan semua, wajar dia tidak tahu" dengan bijak suaminya itu menasihati istrinya. Dia terus mengelus rambut istrinya lembut sampai istrinya itu mulai terlihat tenang.
"baiklah, ibu mengaku salah. Tapi pagi ini kita tidak bisa sarapan karena nasinya belum matang" dan tampaknya sugesti suaminya tidak mempan sepenuhnya, sang ibu belum terlihat tenang karena langsung berbalik badan dan berjalan menuju dapur.
Taehyung menatap pria yang memiliki marga Park, yang menikahi ibunya ketika Taehyung sudah berusia 7 tahun hanya tersenyum kikuk menanggapi perilaku istrinya itu. Dia hanya mencium pipi puteranya yang paling kecil lalu beralih menuju pantry, mendudukkan Jiwon di atas kursi khusus bayi dengan sedikit hati-hati. Lalu dia kembali menghampiri istrinya yang masih tampak kesal.
Setelah itu Taehyung tidak tahu terjadi percakapan setelahnya karena di tempat yang lain adiknya yang kedua, Jackson memanggilnya untuk meminta memasangkan sepatu.
"kenapa kau belum berangkat?" tanya ayahnya ketika melihat Taehyung masih berdiri di teras rumah.
Taehyung menoleh dan menatap ayahnya, kemudian dia membungkuk dan tersenyum "terimakasih sudah menenangkan ibuku" ucapnya.
Ayahnya itu hanya menatapnya datar, lalu kemudian dia hanya mengangguk sekali lalu berlalu dari hadapan Taehyung tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.
Taehyung hanya mendesah pelan. Padahal tadi ayahnya membelanya tapi kemudian sikap ayahnya justru datar seperti biasa.
Hingga akhirnya Taehyung melangkahkan kakinya berjalan pelan meninggalkan rumahnya menuju sekolahnya tanpa semangat apapun.
.
.
.
Bersambung.
