Konoha Gakuen
Disclaimer: I own nothing. Naruto belongs to Masashi Kishimoto.
Warning: ooc, menyerempet Gary-stue Mary-sue, beberapa typo sengaja dilakukan, AU, cintasegiberapahanyaTuhanpenulisdanmoodyangtahu
Konoha Gakuen—dikenal dengan nama Koga, adalah sebuah sekolah menengah atas paling diminati di Jepang. Selain fasilitas sekolahnya yang bikin orang ngiler, para petinggi-petinggi di negara ini juga ternyata alumni jebolan Koga. Sebut saja Fugaku Uchiha, Perdana Menteri yang baru-baru ini dilantik kembali untuk menjalani masa jabatannya untuk yang kedua kalinya. Danzō Shimura yang seorang pemimpin yakuza paling ditakuti dan dicurigai sebagai Jendral Perang di angkatannya sewaktu masih jadi pemuda tampan milik Koga. Belum terhitung anggota dewan dari partai Barat ataupun Timur, jejeran artis papan atas yang bolak-balik Koga untuk memberikan kursus modeling, dan bahkan para anggota kerajaan, terutama para pangerannya juga lebih memilih menuntut ilmu di tempat ini.
Tidak berhenti sampai disitu saja, Koga dikenal sebagai pencetak berbagai prestasi di dunia internasional, baik di bidang akademis maupun non-akademis dan mengharumkan nama baik Jepang dimata dunia. Sudah tak terhitung berapa kali Harvard ataupun Oxford meminta perwakilan siswa maupun pengajarnya untuk mengadakan seminar di negara mereka. Surganya Einstein—begitu julukan negara Paman Sam untuk Koga.
Penulis ingatkan, menghitung fasilitas yang disediakan di Koga sama saja menghitung langkah Patkai yang membantu Sun Goku mencari kitab ke barat. Jauuuuuuh dan tak terhituuuuuuung banyaknya. Lab komputer dengan jumlah komputer mencapai 200 dan terkoneksi langsung ke internet dengan kecepatan maksimal 24,6Mbps (itu kalo kalian download drama korea, sedetik juga dapat sepuluh drama!). Empat bangunan gedung tiga tingkat yang melingkari dua lapangan basket, satu lapangan bola kaki, dua lapangan bulu tangkis itu memiliki ruangan lengkap dengan air conditioner. Laboratorium komputer, fisika, kimia, biologi, dan bahasa bisa digunakan oleh semua pihak. Bahkan mereka memiliki rumah kaca, ruang multimedia, ruang audiovisual, perpustakaan, studio musik, studio tari, ruang relaksasi, ruang kesehatan (dengan dokter pribadi!), ruang kegiatan ekstra kurikuler, kantin untuk masing-masing angkatan, taman yang mengelilingi bangunan sekolah, tempat parkir yang lebih luas dari mall dan bahkan dark room untuk klub fotografi.
Udah dibilangin kan, ngitung fasilitas Kogu itu sama kayak ngitung jejak kaki Patkai yang hunting kitab ke Barat.
Tapi bukan itu yang bikin 350 siswa Kogu bela-belain masuk sekolah ini. Fasilitas macam begitu sih di rumah juga banyak—berhubung 98% dari mereka adalah anak-anak yang berasal dari keluarga yang mampu kasih makan sedaratan Jepang selama sepuluh tahun berikutnya alias tajir abis! Ialah ekstrakulikuler yang bikin sebagian dari siswa-siswa ini merengek mau masuk Kogu. Ekstrakulikuler yang ditawarkan oleh Kogu sebenarnya standar saja, hanya berputar pada klub basket, klub sepak bola, klub baseball, dll dsb ect. Yang ajaibnya, siswa diijinkan untuk membuat klub sendiri asalkan peminatnya lebih dari 20 orang. Itulah yang membuat puluhan ekskul—yang bisa dibilang agak antimainstream—kemudian muncul ke permukaan. Nah, beda dari fasilitas-fasilitasnya yang kayak ngitung jejak kaki Patkay, ekskul disini masih bisa dihitung pakai jari. Sebutlah ada ekskul tinju, art, paduan suara, cheerleader, jurnalistik, teater, fotografi dan tari tradisional. Kece kan?
Na'ah, kalau sebagian siswa Goku memilih masuk sekolah ini karena ekstrakuliler yang ditawarkan, sebagian lagi masuk karena, ehem, gengsi. Sudah jadi rahasia umum bahwa anak-anak pejabat di Jepang harus dan wajib masuk Konoha Gakuen. Berani berkhianat maka bukan saja hanya anak itu yang diasingkan, tapi satu keluarga.
Satu keluarga! (sengaja diulang biar dramatis)
Sialnya, karena anak-anak pejabat dengan tampang sengak dan kepribadian manja tidak ketulungan ini berkumpul di satu lahan bernama sekolah, terciptalah keagungan strata sosial. Bukan jenis strata yang menggaungkan 'ane kaya ente miskin'—karena well, disini hampir semuanya anak orang kaya—tapi strata umur yang berbunyi 'ane tua ente muda, ane pengalamannya banyak sob jadi ente musti nurut sama ane'. Senioritas bukan lagi hal yang baru. Sudah jadi tradisi turun temurun di Kogu bahwa anak tingkat tiga, mereka disebut Tuan Raja untuk cowok-cowoknya dan Tuan Ratu untuk cewek-ceweknya, harus mengospek dan mengajarkan 'etika' yang harus dijalankan di Kogu pada anak-anak cimit alias freshman. Semua lapisan masyarakat Jepang juga tahu persis jenis senioritas seperti apa yang dilaksanakan ditempat ini.
Kekerasan adalah simbol utama.
—karena kalau pemalakan kok kesannya miskin banget.
Jika anak-anak tingkat tiga disebut Tuan Raja dan Tuan Ratu, maka sebutan yang pantas untuk anak-anak tingkat satu adalah Sapi Perah, dan tingkat dua adalah Pembantu Raja dan Pembantu Ratu. Disebut Sapi Perah karena, ugh, well—
Lebih baik tidak usah dijelaskan. Silahkan saja artikan sendiri apa itu Sapi Perah.
Tradisinya adalah ganjil milik ganjil, genap milik genap. Maka dengan itu 'pelatihan' berkedok pengenalan lingkungan sekolah kepada anak-anak baru dilakukan oleh tingkat tiga. Sedangkan tingkat dua hanya kebagian jadi tukang kipas dibelakang Para Raja dan Ratu—ya lumayanlah daripada nggak eksis sama sekali.
Selama setahun penuh, Sapi Perah adalah hak eksklusif milik Tuan Raja dan Tuan Ratu. Pelatihan hingga pemberian nama angkatan dilakukan oleh tingkat terhormat di Kogu ini. Para pembantu? Masih kipas-kipas dibelakang Para Raja dan Ratu. Ketika Sapi Perah naik ke tingkat Pembantu, dan Pembantu akhirnya jadi Tuan, lalu ada Sapi Perah baru yang masuk, maka dimulai kembali tradisi itu.
Begitu terus siklusnya sampai nenek Chiyo, orang tertua di Jepang, kembali jadi cewek perawan.
getmeparalyzed
Fokus utama kita adalah seorang gadis dengan surai berwarna merah muda sepunggung, hobinya memeriksa dada orang-orang seakan-akan dia itu dokter padahal nilai Biologinya sering hampir menyentuh standar bawah, suka baca novel tapi giliran disuruh belajar sama maknya sering ketiduran di sofa, tukang berantem sama abangnya—si rambut merah bermuka bayi, punya sahabat sekaliber Barbie wannabe, bukan tipikal Mary Sue tapi ayahnya berpikir bahwa dia adalah anak paling sempurna, dan walaupun punya dada rata, pantat tepos dan bukan makhluk Tuhan paling seksi, tapi dia sering menganggap dirinya sekssseeehhhh.
Sebut saja namanya Mawar, atau kalau mau panggil Ilalang juga boleh tapi sesungguhnya gadis pink ini punya nama. Namanya Sakura Haruno jadi mari kita panggil dia Sakura.
getmeparalyzed
"Tiati," kata Sasori sebelum Sakura menggoes sepedanya keluar dari halaman mansion Haruno.
"Iya. Udah ah, Saki berangkat. Dadah, kakak."
Tanpa menunggu lambaian tangan kakak kesayangannya itu, Sakura sudah menggoes sepedanya dengan kecepatan konstan. Rambut sepunggungnya yang diurai dengan hiasan jepitan bunga Sakura berkibar pelan. Ebisu, satpam mansionnya, mengangguk sambil hormat ala militer ketika Sakura lewat dihadapannya. Gerbang langsung terbuka tanpa perlu gadis itu tunggui. Sebelum sepedanya berbalik ke jalanan, suara sayup-sayup terdengar dibelakangnya,
"jangan cari masalah sama anak tingkat 3!"
Itu Sasori. Alumnus Kogu yang lulus setahun lalu dan terkenal sebagai siswa dengan rekor bully paling banyak ketika masih berstatus Sapi Perah.
Ah~ kakak dengan keposesivannya yang menggoda.
Tidak perlu dijelaskan panjang lebar, para pembaca yang budiman pasti tahu bahwa Sakura adalah anak cimit alias freshman alias, ehm, the new Sapi Perah. Dia sudah diperingatkan oleh kakaknya bahwa kehidupan di Kogu itu sepuluh kali lipat lebih keras dibandingkan di hutan—dan bahkan Tarzan saja bisa merengek minta dipulangkan ke mama gorilanya kalau sampai nyasar di Kogu. Tapi Sakura tetaplah Sakura, yang walaupun telinganya dibersihkan pakai buldoser dan teriakan 'jangan masuk Kogu' dihempaskan ke telinganya lewat toa mushola abang Hidan, dia tetap akan keras kepala mau masuk Kogu.
Alasannya ada lima;
Satu, Ino Yamanaka, sahabat masa kecilnya itu juga akan masuk Kogu. Tengsin dong kalau Sakura tidak ikutan masuk kesana.
Dua, Tsunade, wanita tua yang mengaku-ngaku sebagai neneknya padahal diantara mereka tidak ada kemiripan sama sekali, merupakan kepala sekolah paling kaliber yang dimiliki oleh Kogu, jadi kesempatan Sakura akan digencet oleh seniornya lebih kecil.
Tiga, Sakura itu niat sekali mau masuk jurusan Kedokteran setelah dia lulus nanti, dan Kogu terkenal akan pengajar dan cara pembelajaran Biologi dan Kimia yang tak kalah kaliber dari napsu Tsunade minum arak.
Empat, dia tidak ingin mengambil resiko dengan masuk sekolah lain lalu keluarganya diasingkan. Ayahnya yang berprofesi sebagai Presiden Direktur Haruno corporation yang memegang kendali jalur bisnis transportasi dan minyak di Jepang harus bangga memiliki anak yang sekolah di Konoha Gakuen. Titik.
Lima, Kogu terkenal akan pedagang cimolnya yang maha dahsyat. Sebagai wota cimol, Sakura harus masuk Kogu agar dia tidak kehilangan kesenangan hidup dalam mencicipi cimol paling uenak sejagad.
—iya sih alasan yang terakhir itu agak tidak masuk akal, tapi nggak apa-apalah ditambahin dikit yang penting alasannya jadi banyak.
Jadi, dengan lima alasan nendang itu apakah ada yang masih berani melarang Sakura untuk berangkat ke Konoha Gakuen?
Oooooh tidak bisssaaa…
tbc
wahahahaha,
Komentar? Kritik? Saran? Are welcome!
