Gift

Biohazard (Resident Evil) © CAPCOM

Pairing : Jake x Sherry

Warning : OOC

Summary : Awalnya mereka hanya sahabat, namun seiring berlalunya waktu apakah mereka akan tetap menjadi sahabat?

1. Past

Kediaman Birkin.

"Jadi dia adalah anak laki-lakimu?" Tanya William yang memandang anak laki-laki yang bersembunyi di belakang Wesker.

"Ya." Jawab Wesker sambil mengelus-elus kepala anak laki-lakinya.

"Sepertinya dia pemalu. Berbeda denganmu ya."

"Bukan pertama kalinya ada yang bilang seperti itu."

"Ayah." Panggil Sherry sambil berlari ke arah ayahnya.

"Hati-hati Sherry, ayah 'kan sudah bilang berkali-kali jangan lari. Nanti kau bisa jatuh." Tegur William sambil mengehela nafasnya.

"Maaf." Jawab Sherry. "Paman Wesker, siapa anak yang di belakangmu?"

"Dia anak paman. Jake, perkenalkan dirimu."

Jake awalnya ragu-ragu, kemudian ia memperkenalkan dirinya.

"Namaku Jake, salam kenal."

"Namaku Sherry, salam kenal juga Jake." Kemudian mereka berjabat tangan "Berapa umurmu?"

"Empat tahun."

"Umurku enam tahun, kau lebih muda dua tahun dariku. Aku kira kita seusia."

"Apa kau kecewa?" Tanya Jake cemas.

Sherry menggelengkan kepalanya. "Tidak." Kemudian ia menggandeng tangan Jake. "Ayo kita main!" Ajak Sherry.

Jake kebingungan, padahal ia baru saja bertemu dengan Sherry tapi ia diajak main. Jake menatap ayahnya. Wesker mengangguk, ia mengizinkan anaknya bermain dengan Sherry. Setelah mendapat persetujuan dari ayahnya, Jake mengikuti Sherry ke kamarnya.

"Agresif sekali." Ucap Wesker.

"Itu memang kebiasaannya." Jawab William. "Tapi aku dan istriku dapat memakluminya, kami sibuk dan dia selalu bermain bersama teman-temannya."

"Terus terang aku bersyukur." Kata Wesker "Jake selalu main sendiri. Tentu dia memiliki teman, namun tidak banyak."

"Satu tahun telah berlalu semenjak istrimu meninggal."

Wesker mengangguk "Ya, tubuhnya memang lemah. Tapi aku tak sangka bahwa ia akan pergi secepat itu."

Kamar Sherry

Sherry dan Jake bermain dengan riangnya, mulai dari menyusun balok kayu dimana Jake berpura-pura menjadi monster—dan ia merubuhkan balok kayu tersebut, kemudian hingga pukul-pukulan bantal. Yang terakhir, Sherry membacakan buku dongeng untuk Jake. Sherry melihat lantai kamarnya, ada yang basah. Kemudian ia menatap Jake yang matanya memerah.

"Kenapa Jake?" Tanya Sherry dengan lembut.

"Maaf, aku mendadak ingat alamarhum ibuku. Beliau selalu membacakanku dongeng."

"Kalau begitu, aku berhenti membacakan dongeng."

"Kenapa?"

"Aku tidak mau membuatmu sedih Jake."

Jake menyeka air matanya. "Tidak apa-apa, lanjutkan saja."

Sherry kemudian menggenggam tangan Jake. "Jake, kau harus ingat. Seorang laki-laki harus tangguh."

"Iya." Jawab Jake.

"Baiklah kalau begitu." Sherry kemudian melanjutkan membaca dongeng.


Dua Jam Kemudian.

William dan Wesker masuk ke dalam kamar Sherry, disana Sherry tertidur sedangkan Jake hanya menatap Sherry.

"Jake, ayo kita pulang."

"Tapi." Sela Jake.

"Kapan-kapan kita kesini." Ucap Wesker.

"Sungguh?"

"Ya, kalau kita punya waktu."

"Tunggu sebentar, aku bangunkan Sherry dulu." Ucap William.

Wesker mencegatnya "Tidak usah, nanti jadi merepotkannya."

"Benar paman William, Sherry sebaiknya tetap tidur saja."

"Baiklah kalau begitu."

Kemudian mereka bertiga meninggalkan kamar Sherry. Sherry yang tertidur terbangun setelah mendengar bunyi mobil yang dinyalakan. Kemudian ia mengucek-ucek matanya, tidak ada Jake mungkin ia sudah pulang pikirnya. Kemudian ia membuka jendela kamarnya melihat keluar. Di luar Wesker sudah masuk ke dalam mobilnya, dan Jake menatap jendela kamar Sherry.

"JAKE!" Teriak Sherry dari kamarnya. "Kapan-kapan kau kesini ya! Kita main bersama lagi!"

"Iya!" Jawab Jake sambil melambaikan tangannya. Kemudian ia masuk ke dalam mobil.


Di Perjalanan.

"Bagaimana tadi Jake?" Tanya Wesker sambil mengemudi mobilnya.

"Menyenangkan."

Diam. Tidak membicarakan apa-apa lagi, hal yang sering terjadi semenjak ibunya meninggal. Sang ayah tidak sering berbicara dengannya setiap dari perjalanan pulang atau pergi kemanapun di mobil, kalau dirumah mereka memang masih berbicara. Jake yang mendadak merasa capek tertidur. Wesker memandang anak satu-satunya itu, sebetulnya ia merasa bersalah, entah kenapa semenjak istrinya meninggal ia merasa selalu merasa seperti soerang ayah yang tidak becus.

"Kita sudah sampai." Kata Wesker sambil membangunkan anaknya.

Jake terbangun, setelah Wesker memakirkan mobilnya, Jake kemudian keluar dan berjalan menuju kamarnya. Mengunci pintu kamarnya dan menarik selimut.

Wesker berjalan menuju kamar Jake kemudian mengetuk pintu kamar Jake.

"Kau masih belum tidur 'kan?"

Jake tidak membalas pertanyaan ayahnya, ia pura-pura sudah tidur.

"Minggu depan kita ke rumah Sherry lagi."

Tidak ada jawaban. Wesker kemudian berjalan menuju dapur, membuka kulkas dan mengambil sebotol bird dan meminumnya. Setelah itu ia duduk di ruang tamu. Di ruang tamu ia melihat frame foto yang terpampang di tembok, foto almarhum istrinya.

Wesker menghela nafasnya. "Semuanya sudah berubah drastis istriku, sebagai seorang ayah aku memang mengecewakan dan tidak becus."

Sementara itu di kamarnya, Jake memandang foto ibunya. "Selamat malam ibu."


Hari Sabtu, Kediaman Birkin.

"Hai Wesker, sudah lama kita tidak berjumpa." Sapa Anette. Kemudian ia menatap Jake. "Kau pasti Jake."

"Ya, sudah seminggu bukan? Kau sibuk bekerja di laboratorium."

Anette mengangguk "Tapi aku merasa bersalah, karena sibuk kadang aku suka meninggalkan Sherry."

"Ibu, ada siapa?" Tanya Sherry sambil menuruni tangga.

"Ada paman Wesker dan Jake."

"Ada Jake?!" Sherry yang tadinya turun pelan-pelan malah berlari.

"Sherry." Tegur Anette.

"Maaf. Sore paman Wesker!" Sapa Sherry "Jake ayo kita main!"

Kemudian mereka berdua menuju lantai dua.

"Sayang sekali, kau sudah datang tapi tidak bisa bertemu dengan suamiku karena ia hari ini ada kerja."

"Tidak apa-apa tapi…"

"Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"

"Soal itu.."

Wesker menceritakan permasalahannya ke Anette. Anette paham akan permasalahan Wesker dan menyarankannya untuk tidak terlalu terpaku akan kematian istrinya karena akan membuat hubungan ayah dan anak akan semakin menjauh.

"Sherry, apa kau menyayangi ayah dan ibumu?" Tanya Jake sambil menyusun kepingan jigsaw puzzle milik Sherry.

"Ya. Aku sayang ayah dan ibuku." Jawabnya sambil memeluk boneka penguin. "Memangnya kenapa?"

"Aku iri denganmu. Kau masih memiliki seorang ibu."

Mendengar perkataan Jake, Sherry kemudian meletakkan bonek penguinnya ke lantai. Kemudian ia duduk disamping Jake.

"Tapi setidaknya, kau memiliki seorang ayah."

"Tapi hubungan aku dengan ayahku semakin menjauh semenjak ibuku meninggal."

"Kau rindu ibumu?"

"Ya."

"Sangat?"

"Ya, aku sangat merindukannya."

"Kalau ayahmu, apa kau sayang ayahmu?"

Jake mengangguk. "Tapi dia selalu sibuk."

"Aku rasa aku tahu dimana masalahnya."

Jake menatap Sherry dengan kebingungan.

"Kau dan ayahmu masih terjebak di masa lalu."

"Tejebak di masa lalu?"

"Ya, kau dan ayahmu masih sedih dengan kematian ibumu. Karena itu hubungan kalian berdua semakin manjauh."

Jake terdiam. Walaupun masih kecil ia paham akan maksud Sherry, memang selama ini ia masih merasa sedih karena kematian ibunya. Padahal ibunya sudah meninggal satu tahun yang lalu.

"Sherry, aku rasa kau benar."

Sherry tersenyum. "Kalau begitu mari susun puzzle ini bersama. Terus terang di hari dimana ibuku membelikan puzzle ini untukku, aku masih belum bisa menyusunnya hingga sempurna."

Tanpa sepengetahuan mereka berdua, diam-diam Anette dan Wesker mengamati mereka berdua. Anette tersenyum mendengar perkataan Sherry, dan Wesker di dalam lubuk hatinya ia bersyukur. Kemudian mereka berdua turun dan berbincang-bincang di teras depan.

Anette menuangkan the dan kemudian member Wesker secangkir teh.

"Terima kasih."

Anette mengaduk tehnya dengan pelan-pelan, Entah kenapa Wesker merasa ada yang aneh dengan Anette.

"Anette?"

"Ah maaf. Ada apa?"

"Apa kau ada masalah?"

Anette berhenti mengaduk tehnya, kemudian ia menghela nafasnya, lalu menatap Wesker.

"Aku khawatir, aku dan William sangat sibuk dengan pekerjaan kami." Ia meminum tehnya. "Apalagi kami bekerja di laboratorium, apa jadinya jika akan terjadi sesuatu kepada kami? Bagaimana dengan Sherry?"

Wesker meletakkan cangkir tehnya.

"Aku bisa membantumu."

Anette menatapnya dengan pandangan tidak percaya.

"Bawahanku, Chris. Dia punya seorang adik perempuan yang sangat menyukai anak-anak. Mungkin ia bisa membantu kalian berdua jika terjadi sesuatu."

"Terima kasih, aku akan mendiskusikannya dengan William."

"Sama-sama."

"Bicara soal Jake." Ucap Anette. "Dia punya teman?"

"Ya, dia punya tapi hanya sedikit. Semenjak ibunya meninggal, ia selalu diejek oleh beberapa anak-anak yang lain hanya karena ia tidak punya ibu. Kadang-kadang ia bisa berantem dengan mereka. Atau menangis."

"Tapi kelak, aku yakin bahwa Jake akan tumbuh menjadi laki-laki yang kuat. Kuat dan tangguh sepertimu Wesker."

"Aku juga yakin Sherry akan tumbuh menjadi perempuan yang cantik dan pintar."

Kemudian mereka berdua tertawa. Apa yang mereka berdua katakan memang percakapan yang tipikal, namun memiliki makna. Mereka berdua juga berharap semoga saja anak-anak mereka akan terus tetap berteman.

Jake dan Sherry juga berpikiran sama. Semoga mereka juga akan tetap berteman. Setelah puas. Wesker dan Jake pulang.


Sesampainya di rumah, Wesker menuangkan Jus Apel ke gelas milik Jake. Di perjalanan Wesker memberitahu kepada Jake bahwa ia ingin membicarakan hal yang penting. Kemudian ia menuju kamar Jake.

"Apa yang ingin ayah bicarakan?" Tanya Jake sambil mengambil gelas berisikan jus yang diberikan Wesker.

"Ayah ingin minta maaf."

Jake terkejut mendengarnya, nyaris saja jusnya tumpah.

"Selama ini ayah jarang berbicara denganmu. Jujur saja, semenjak ibumu meninggal ayah sangat sedih dan tidak peduli akan perasaanmu, padahal kau juga sedih."

Jake menatap ayahnya. Kemudian ia memberanikan dirinya mengucapkan kata-kata yang selama ini ia pendam.

"Aku juga minta maaf. Selama ini aku selalu mengira bahwa akulah yang paling sedih akan kematian ibu, padahal ayah juga sedih."

"Syukurlah. Jake, ayah punya kejutan untukmu."

"Apa itu?

"Mulai dari sekarang, setiap hari Sabtu kita akan selalu mengunjungi Sherry. Orangtua Sherry sudah setuju."

"Sungguh?"

"Sungguh." Jawab Wesker.


A/N : Di Resident Evil wiki ditulis bahwa tahun lahir Jake adalah 1992 dan Sherry 1986. Karena perbedaan umur yang jauh, saya membuat usia mereka berdua hanya selisih dua tahun di FanFic ini.

Sebetulnya saya pingin nulis FanFic pairing *piip* (Sensor nama pairing) Namun saya memutuskan untuk membuat Jake/ Sherry terlebih dahulu :P.