Disclaimer: Special A © Maki Minami

.

Out of Characters & Canon.
This fiction stories is mine.

.

.

Sweet His Wife

.

.

Awal Pernikahan

Megumi bersungut-sungut menatap hasil masakannya begitu hambar. Sesekali mencicipi, ternyata rasanya sangat berbeda. Beda hasil dengan para koki yang ada di rumahnya, sering memasak makanan untuknya dan saudara kembarnya. Rasanya Megumi mau menangis menatap hasil masakannya untuk sang suami.

Bibirnya berkedut menahan isakan siap melontar dari mulutnya, mengusap air bening muncul di pelupuk mata. Menentramkan hati sempat berkabut. Ini baru hari pertama, semoga esoknya takkan lagi melakukan kesalahan.

"Sayang."

Sontak tubuh Megumi menegang mendengar suara khas parau milik suami tercinta. Megumi menggigit bibir bawah, berharap suaminya tidak muncul tiba-tiba di belakangnya sambil menatap masakannya yang hambar.

"Sayang, kau di mana?"

Lagi-lagi Megumi tak tahu harus berbuat apa. Ingin melempar masakan itu ke tempat sampah dan membiarkan para koki memasakkan makanan baru untuk sang majikan. Namun, keinginan sang suami agar bisa mencicipi masakannya membuat Megumi tak mau mengambil resiko.

Mengembuskan napas panjang, lalu menata rapi semua masakan. Membiarkan masakan hambar itu berbaur dengan masakan harum dan wangi. Semoga niatan Megumi mencampuri masakan dengan masakan koki keluarga ini tak diketahui sang suami, sang kepala rumah tangga.

Lingkaran di pinggang mengentak Megumi ke alam bebas. Ciuman di pelipis, di telinga dan di pipi membangkitkan gairah masih terasa walau semalam mereka telah beradu kasih. Dalam pakaian santai digunakan Megumi, wanita ini bisa merasakan hangatnya dekapan memeluk tubuhnya dari belakang.

"Kau di sini rupanya." Yahiro mencium ubun-ubun Megumi. "Kau harum dan wanginya tercium dari ujung sana," godanya membuat Megumi menahan napas.

"Kau sudah mandi?" tanya Megumi gugup. "Aku baru membuatkanmu sarapan pagi. Ku—kuharap kamu suka."

Menengok dari celah di leher Megumi, Yahiro memandang semua masakan berjejeran rapi di atas meja Kristal. Semua tampak enak dipandang mata, tetapi Yahiro tak bernapsu. Lebih bernapsu adalah menyatukan mereka dalam lingkup getaran cinta. Berharap mendatangkan jabang bayi di perut Megumi Yamamoto, sekarang berubah jadi Megumi Saiga.

"Tidak mau," geleng Yahiro menolak. "Aku maunya isteriku tersayang. Aku lapar."

Tahu apa maksud suaminya, Megumi harus siap mengambil resiko. "Tapi, kasihan para koki sudah capek-capek membawakanmu sarapan. Lebih baik makan dulu baru, baru …." Megumi tak sanggup berkata apa-apa. Sungguh, dia sangat malu mengutarakannya.

"Baru apa, Sayang?"

Yahiro mengelus telinga Megumi membuat darah wanita itu berdesir hebat, mengalir sangat cepat. Megumi jadi terhanyut, mendambakan sentuhan nurani dari sang suami. Mendambakan tubuhnya ke dalam pusaran gairah. Memberikan hadiah ke langit ke tujuh. Menghancurkan kekeras kepalaan siap menghantam tembok. Hatinya tak mampu mengembalikan ke tempat semestinya.

"Sayang?"

Megumi berbalik, menatap nanar Yahiro. Sendu penuh gairah sangat sarat akan kedalaman lautan. Mereka saling memandang, siap meluncur ke kubangan dan melahirkan sebuah ciptaan Tuhan.

"Aku mau kau, suamiku."

Lirihan kata dari mulut Megumi membawa Yahiro menggendong ala pengantin menuju kamar mereka, meninggalkan sarapan pagi yang tersedia di atas meja makan berkristal. Semua orang menatap terpana pasangan pengantin baru, memasuki masa-masa muda. Hm, mereka seperti mengingat masa-masa pacaran waktu semasa muda dulu.

Kedua insan pun melanjutkan rutinitas sempat tertunda, memungkinkan Tuhan bisa menempatkan ciptaan-Nya ke dalam rahim sang isteri dan berharap ada keceriaan di rumah ini. Rumah dulunya sangat suram dan sepi, bisa tercipta berkat tawa dari anak-anak mereka akan terlahir ke dunia.

[Next: Nikmatnya Berbulan Madu]

.

25 Juni 2015