Part 1
Suasana taman tampak menyenangkan siang itu. Hari sedang cerah, namun cuaca masih terasa sejuk. Sebelumnya, hujan memang sempat turun membasahi taman. Setelah hujan reda, matahari kembali bersinar dan pelangi yang indah pun tercipta. Genangan-genangan air hujan terdapat di sana sini. Meskipun begitu, masih banyak pengunjung yang menikmati suasana keindahan taman selepas hujan.
Di salah satu kursi taman, duduklah seorang pemuda berambut pirang. Wajahnya tampak murung tak secerah suasana hari itu. Pandangannya tertuju pada sepasang muda-mudi yang tengah berduaan di salah satu ayunan. Nampaknya, kebersamaan mereka membuat pemuda pirang itu cemburu. Ia pun membanting bungkus minuman yang dibawanya ke tanah, lalu pergi meninggalkannya begitu saja.
"Oi, buang sampah pada tempatnya dong. Ingat, jaga kebersihan!" Tegur seorang perugas sampah.
Pemuda pirang itu tak menggubrisnya. Ia malah asik berjalan ke luar taman.
Petugas sampah itu hanya menggeleng, lalu ia memunguti sampah dari pemuda tadi dan membuangnya ke tempat sampah. "Dasar anak muda."
Perjalanan pemuda pirang itu terhenti ketika mendengar ada seseorang yang menyapanya. Suaranya tampak familiar di telinga pemuda pirang itu. Ia pun menoleh dan mendapati sepasang muda mudi yang dilihatnya tadi berlari ke arahnya. Rasa cemburu bergejolak di hati pemuda pirang itu.
"Hoi, Mika." Sapa pemuda berambut hitam sambil mendekati pemuda pirang itu.
"E-eh Yuu-chan dan.. Shinoa-chan ya?" Pemuda pirang itu memasang senyum palsu.
"Kami sedang berjalan-jalan di sini, lalu tak sengaja melihatmu." "Oh begitu?"
Shinoa mengangguk, "Kau dulu temannya Yuu kan?" "I-iya. Memangnya kenapa?" Mika sedikit gugup.
Shinoa menyikut tangan Yuu, kekasihnya, "Ternyata ini orangnya."
"Ah, iya. Kami sudah lama tidak bertemu sejak..."
"Sejak kau diadopsi kan?" Sahut Mika.
"A-ah iya." Yuu tampak tersipu.
"Diadopsi?" Kini Shinoa memasang wajah penasaran. "Memangnya, kalian dulu tinggal di panti asuhan?"
Yuu mengangguk, "Ya. Kami dulu tinggal di panti Hyakuya. Kami adalah anak tertua di sana."
"Sejak kecil kami sangat akrab. Tapi kami terpisah saat pengadopsi itu datang mengambil Yuu."
Yuu tersenyum, "Oi, sudahlah Mika. Setidaknya beban ibu asuh bisa diringankan karena adopsiku."
Shinoa mencubit tangan kekasihnya dengan gemas, "Kenapa kau tidak menceritakannya padaku?"
"Aduh, aduh. Aku minta maaf soal itu." Yuu mengelus tangannya yang kena cubit. "Oh ya, Mika. Bagaimana keadaanmu setelah aku diadopsi?"
Mika tampak mengingat-ingat. "Setelah kau diadopsi, tentu saja aku sangat terpukul, Yuu. Lalu tak lama setelah kepergianmu, aku diadopsi oleh seseorang bernama Ferid yang menyebalkan."
"Oi, jangan bilang begitu pada pengasuhmu. Oh ya, aku dengar kau tinggal sendirian ya sekarang?"
"Ya, dulu aku tinggal di luar kota, lalu Ferid memintaku pindah ke sini untuk melanjutkan pendidikan."
"Oh, kalau begitu kita sama..."
"Yuu-san..." Rengek Shinoa.
"O-oh, baiklah sayang. Maaf ya Mika, Shinoa manja ini memintaku untuk pergi ke kafe Chibi Chibi. Kau mau ikut?"
"Tidak. Bukan seleraku."
"Ya sudah, kalau begitu kami akan pergi berdua saja. Dah, Mika~~" Shinoa memeluk salah satu tangan Yuu lalu pergi menyeret Yuu dengan paksa.
"E-eh, sa-sampai jumpa Mika, kapan-kapan kita ketemu lagi ya.."
Mika hanya diam melihat kemesraan mereka berdua. Di hatinya, tersimpan hasrat untuk memisahkan mereka berdua. Ya, dia pikir dia akan segera melakukannya. Mika pun berbalik dengan senyum licik yang terukir di bibirnya.
Yuu terbangun ketika mendengar bunyi nyaring dari ponselnya. Ia segera mengeceknya dan ternyata ada sebuah pesan masuk dari Shinoa.
'Yuu-san, cepat bangun. Aku membawa sarapan untukmu.'
Yuu segera beranjak dari ranjangnya setelah membaca pesan itu. Ia pun pergi ke ruang depan untuk membukakan pintu dan menjumpai kekasihnya.
"Ohayou." Sapaan hangat itu terlontar dari mulut Shinoa setelah Yuu membukakan pintu.
"Ohayou mo. Kamu rajin sekali pagi-pagi datang ke sini." Balas Yuu.
Shinoa memasuki ruang apartement Yuu. "Tentu. Shinoa ini kan gadis yang rajin."
Yuu tersenyum. "Selalu saja memuji diri sendiri."
Shinoa meletakkan makanan yang dibawanya di atas meja. "Kau belum sarapan kan? Makanya aku membawa makanan ke sini."
"Oh begitu. Arigatou, kamu memang pegertian."
Wajah Shinoa memerah. "Pujianmu terlalu berlebihan ah." Ia membuka tutup wadah makanannya. "Kalau begitu, coba masakanku ya! Aku membuatkan omelet."
"Omelet sepertinya e..." Kata-kata Yuu terhenti ketika melihat penampilan omelet buatan Shinoa yang serba gosong.
"Kenapa? Oh, aku tau! Kau pasti tak sabar ingin mencicipinya kan? Mau aku suapi?"
"E-eh i-iya. Aku...bisa makan sendiri, hehe..." Yuu memasukkan potongan omelet ke mulutnya. Rasa gosong nan pahit melukai indra pengecap Yuu. Ia rasa omelet Shinoa adalah makanan terburuk yang pernah ia rasakan.
Shinoa melihatnya dengan antusias. Ia menunggu pendapat yang akan dilontarkan oleh kekasihnya. "Bagaimana? Bagaimana?" Shinoa semakin antusias.
Yuu hanya terdiam. Air mata menetes dari pelupuk matanya.
"Ahh Yuu meneteskan air mata! Itu berarti... Shinoa adalah koki terhebat sedunia...!" Teriak Shinoa
"Hueek." Yuu memuntahkan makanan yang tadi ditelannya.
Shinoa dibuat bengong karena itu.
Yuu membersihkan sisa makanan yang menempel di mulutnya. "Tidak enak."
"Eh, begitu ya." Wajah Shinoa tampak murung.
"Eh, bu-bukan begitu maksudku."
"Tak apa, aku akan berusaha agar lebih baik." Tiba-tiba semangat Shinoa kembali.
Tiba-tiba terdengar suara keroncongan dari perut mereka berdua.
"Kau juga belum sarapan ya?" Tanya Yuu.
Shinoa mengangguk. "Aku belum sempat tadi.
" Yuu beranjak dari tempatnya.
"Kalau begitu, tunggu di sini! Aku akan membeli beberapa makanan untukmu.."
Shinoa mengangguk. "Baiklah, hati-hati ya..!"
Yuu pergi ke luar apartement untuk membeli makanan. Setelah itu, ia kembali ke apartementnya. Saat melewati koridor, ia tidak tau jika lantai di tempat itu baru saja dipel. Ia pun tergelincir di lantai yang licin lalu tersandung tanda lantai basah yang ada di depannya. Ia hampir saja jatuh namun untunglah ada seseorang yang menangkapnya.
"Mi-Mika."
"Yuu-chan."
Mereka berdua saling berpadangan dengan waktu yang lama. Seperti adegan romantis yang terjadi di film-film. Tiba-tiba, sebuah kaleng minuman terjatuh dari plastik yang dibawa Yuu. Barulah mereka sadari kalau makanan-makanan yang dibawa oleh tercecer di sepanjang lantai yang bawah.
"Ano, bisa bantu aku?" Pinta Yuu.
Setelah mengumpulkan makanan yang terjatuh, mereka berdua pergi ke apartemen mt milik Yuu. Mika menggendong Yuu seperti pengantin karena kaki Yuu terkilir tadi.
"Ano, sebenarnya..kau tidak perlu menggendongku sih."
"Tak apa. Kakimu kan terkilir."
Yah, ini adalah saat-saat yang ditunggu Mika selama bertahun-tahun. Ia bahkan pernah berniat untuk menjadikan Yuu pengantin suatu hari nanti.
"Yuu lama sekali." Gumam Shinoa.
Tak lama kemudian pintu pun terbuka. Shinoa tersentak ketika melihat Yuu digendong layaknya pengantin oleh Mika.
"Eh, gomen lama." Ucap Yuu. "Mika turunkan aku."
"Tidak. Kau belum bisa berjalan." Yuu menghela napas.
"Baiklah, kalau begitu, bawa aku ke dalam."
Mika menuruti apa kata Yuu.
Shinoa terbengong melihat tingkah mereka.
"Turunkah aku, Mika."
Mika menurunkan Yuu di sofa. "Kau tidak boleh banyak bergerak. Kakimu masih sakit."
"Jangan sok perhatian seperti itu. Ah, menjijikkan."
"Etto, bisakah kalian beritahu aku apa yang terjadi?" Shinoa menengahi.
"Aku hanya terkilir." Jawab Yuu
"Dia terkilir karena kau tidak menemaninya." Ucap Mika. Shinoa tersentak.
"E-eh, kenapa aku yang salah?"
"Sudahlah kalian berdua. Kakiku terkilir, jadi aku tidak bisa berjalan untuk sementara ini. Adakah yang bisa membantuku?"
"Aku!" Ucap Mika dan Shinoa bersamaan. Yuu tersenyum. "Kalian berdua benar-benar baik."
"Eh." Mika dan Shinoa berucap secara bersamaan lagi.
Sepertinya Yuu tidak menyadari pertarungan untu memperebutkan dirinya akan segera dimulai.
