Hoplaaa…satu lagi lembar putih yang mempertemukan minna-minna dengan Ayra #Ahahaha
Ini adalah side story dari fic Watch in Time. Berhubung ada scene-scene yang sedikit kepanjangan kalau dimasukin ke cerita, akhirnya dibuatlah side story.
Bagi para minna yang membaca cerita ini, disarankan untuk membaca fic-nya dulu #hehehe
Karena takutnya nanti agak ngga nyambung. Soalnya scene masih berhubungan dengan yang ada didalam fic.
Begitulah…ahahah #nyengir
Baiklah….segitu aja…happy reading minna (^_^)/
.
.
.
Original Chara: Tite Kubo
Story: Ayra el Irista
.
.
.
WARNING:
OOC, AU, GAJE, TYPO(S), Abal, Kacau, Membosankan, Bahasa ngawur, Tanpa Pemeriksaan Ulang dan Dan seterus nya dan seterusnya...
Rated : M (for safe)
Pairing: Ada banyak (Almost all chara in Watch in Time XD)
(^_^)
.
.
.
Chapter I
~Ichigo's Side Story~
Gadis Berkerudung
Lagi-lagi kau datang—ke dalam mimpiku. Berlari di depan. Membelah padang bunga. Tanpa bisa ku kejar. Tapi meski begitu—kau selalu berhenti. Disana—dipinggir danau yang memantulkan kristal cahaya seperti berlian. Berdiri dengan jubah cokelat yang menutupi seluruh kepalamu. Menunggu untukku kembali meretas langkah. Mengikutimu—seperti aku hewan peliharaan berkaki empat yang tak bisa menolak kehadiran—atau bahkan jejak bayanganmu. Yang dengan patuh selalu mengendus baumu.
Kau—gadis berkerudung.
Yang bermahkotakan malam gelap. Saat angin membelai—menyingkap pelindung. Dan mencium helaian sutera yang berkibar.
Kau—gadis berkerudung. Yang tak pernah bisa kulihat—paras cantikmu. Dan siapa dirimu.
.
.
.
"Selamat pagi." salam Renji semangat ketika aku muncul dari balik tirai. Tersenyum begitu lebar seperti menemui aku adalah suaminya yang baru bangun tidur.
"Apa ada sesuatu yang genting?" tanggapku datar mengabaikan keceriaan wakil panglima Karakura yang tak wajar. Mengeringkan rambut dengan sehelai handuk.
Ia melepas sedekap dan berdiri tegak dari sandarannya.
"Apa ada sesuatu diwajahku?"
Pandangan mengekoriku yang lewat dan menyampirkan handuk di kursi. Membuka lemari dan terambil jubah putih tanpa lengan dengan kerah tegak.
"Dua mata, satu hidung dan satu mulut." jawabku dingin melirik sekilas lalu mengenakan jubah dengan cepat. "Mau kubuat saling bertambah satu?"
Renji mendengus dengan wajah dibuat tersinggung.
"Tidak, terima kasih." tolaknya dengan nada tinggi. "Aku menyukai wajahku yang sekarang."
Lalu lelaki berambut merah terikat satu itu mengitari kursi dan duduk. Menyilangkan kaki saat aku berjongkok untuk menali sepatu. Tak berkomentar lagi kebiasaanku yang menurutnya—konyol, setelah terbiasa melihat.
"Bagaimana keadaan kota?"
Renji menggumam lalu mendecak.
"Hari ini akan dilakukan pembangunan kembali. Aku sudah membuat laporan dan menyerahkannya pada perdana mentri. Mungkin nanti siang akan diadakan kunjungan.".
"Begitu."
Aku mengangguk lalu berdiri. Memutari meja dan mengambil sabuk yang tergantung. Mengencangkannya dipinggang yang sempit yang menurut Orihime—bisa membuat wanita menelan ludah dan menyematkan Zangetsu.
Renji menarik nafas. Menegakan punggungnya lalu menimbang matang.
"Boleh kutanya sesuatu?" ujarnya menelengkan kepala. Membuatku berbalik dan menaikan satu alis.
"Jangan bertingkah seolah kau adalah istriku, Renji." selorohku tajam dan yang diancam mengerang dramatis.
"Demi Penguasa Tertinggi, Ichigo. Aku selalu menyiapkan semua keperluanmu—termasuk makan pagi." tunjuknya ke atas meja. Satu set makan pagi yang masih mengepul. "Tidakkah aku layak?" ibanya memelas dengan mata memohon.
"Tentu saja." sanggupku mengangkat cangkir yang beruap. "Setelah ku belah kau dengan Zangetsu."
Dan ancaman itu berhasil membuat Renji tertawa.
Kuhirup teh dengan campuran mint sebagai pembuka makan pagi hari ini. Berlanjut pada bubur dengan campuran daging dan semangkuk kaldu ayam sebagai pelengkap. Lalu kue berbentuk mangkuk dari sagu yang dilumuri karamel dibagian akhir—yang tak kusentuh karena kenyang.
"Apa yang mau kau tanyakan?"
Ku bersihkan mulut dengan serbet kotak-kotak dan berdiri. Mengambil laporan terakhir yang kubuat semalam tentang pelatihan prajurit untuk dilaporkan pada raja lalu menyerahkannya pada Renji.
"Berikan pada perdana mentri. Dia meminta laporannya semalam." ujarku berjalan dan membuka pintu. "Keberatan untuk membicarakannya sambil berjalan?"
Renji menghela nafas. Tentu tak akan bisa menolak perintah panglima kerajaan yang sangat sibuk hingga tak punya waktu untuk duduk sebentar hanya sekedar menurunkan bubur yang baru saja dimakan.
"Apa yang bisa kukatakan?" gerutunya berdiri lalu keluar. "Aku bahkan akan terjun ke dalam sumur jika kau memintanya." Dengan kesal ia berjalan—sedikit terpaksa.
Aku diam. Mendengarkan pertanyannya mengenai rencanaku terhadap Putri Hueco Mundo—yang beberapa hari lalu telah kuculik dan—dijodohkan dengan Kaien. Sangat tak adil. Memberikan sesuatu yang kau minati ke lelaki lain. Itu sama saja mengajak perang.
"Jadi apa yang akan kau lakukan?"
Kakiku mengerem mendadak. Terkunci diatas lantai lorong dan terkesiap. Merasa sekelabat gambar pecah yang tercoba tersusun dikeruhnya memori kepalaku. Saling bertumpang-tindih. Mencari sudut yang pas hingga akhirnya menyatukan sebuah lukisan permanen yang terjahit sempurna dalam kepala. Dia—seseorang yang selalu mengusik tidurku.
"Hei—siapa itu?" Renji mengernyit dan memicingkan mata. Pada sosok mungil yang sedang berdiri memunggunginya. Bersandar pada pinggiran pagar dan termangu. "Apa itu—Putri Hueco Mundo?"
"Renji—"
Ia menoleh. Mendapatiku yang kaku dengan mata datar tanpa ekspresi. Yang terpaku pada sosok berjubah cokelat—diantara mimpi dan kenyataan.
"Apa kau masih ingat gadis berkerudung yang pernah kuceritakan padamu?" Suaraku mengalun seperti nada berayun. Menabuh perkusi dengan melodi lembut. "Yang ada dalam mimpiku?"
Kerjapan dan gumaman kemudian menjawab. Lalu mengedikan bahu ia seraya mendengus.
"Tentu saja. Kau menceritakannya hampir setiap hari." keluhnya menggeleng.
Ya, memang.
Aku terus menceritakannya. Dia—yang tak pernah hilang dari benakku. Yang menggugah keterikatan untuk menjerat dimisterius bagian tersembunyi miliknya. Sosoknya—yang kini berkat gemerisik dedaunan, menegaskan ia begitu nyata.
"Aku menemukannya."
Kau—gadis berkerudung.
Yang tersibak sinar mentari. Saat angin menyapuh rambut halusmu—memberkati tubuh mungil dengan pendar keputihan. Menerbangkan kerudung yang selama ini menyimpan dirimu.
"Hah? Apa yang sedang kau bicarakan?"
Senyum melengkungkan bibirku yang begitu saja kau tarik. Menyihir untuk terus tertuju padamu—seperti dalam mimpi. Tapi, sekarang—aku melihatmua. Akan meraihmu.
Kau—gadis berkerudung dalam mimpi.
.
.
.
First story...XD.
sebenernya rencana awal pembuatan side story mau ceritain scene Orihime yang dilecehkan Ulquiorra requestnya Ichiruki-san (tapi entah Ichiruki yang mana, hahaha =D) gomene...ada banyak sekali Ichiruki...
Lalu Author rasa chap pertama dan kedua harus tetap dibuka dengan Ichigo dan Rukia. ('^')9 Yosh!
jadi akhirnya malah berkembang menjadi beberapa chapter ke belakang (_ _)"
oke...segitu dulu untuk chap ini,
see you soon then...(^_^)
chap depan akan ada side story Rukia Kurosaki =D
