Puluhan kali mendapat pengkuan cinta tidak membuat Taehyung menjadi paham bahwa ia dicintai begitu banyak orang. "Mereka hanya suka wajahku," dia bilang suatu waktu. Ya memang! Apa yang kau pikirkan jika seseorang menyukaimu? Tentu wajah itu sangat penting! Tetapi Taehyung, entah karena polos atau tidak paham, selalu menolak semua pernyataan yang susah payah direncanakan untuknya.

Jangan pernah coba-coba nembak Taehyung. Bercermin dulu. Senior populer dari jurusan fashion yang fans-nya banyak bukan main, Kim Namjoon, juga pernah ditolak. Tiga kali. Wow! Gila memang selera Kim Taehyung itu bukan main, pikir banyak orang.

"Aku tidak tahu harus jawab apa," Taehyung menggaruk kepalanya. "Tetapi aku yakin aku tidak tertarik untuk terikat suatu hubungan romantis. Kalau berteman, aku akan sangat menghargainya."

Hanya itu. Besoknya, akan jadi hari patah hati karena Taehyung. Lagi.

Sampai saat ini, hanya satu orang yang benar-benar dekat dengannya. Itu pun jadi buah bibir yang selalu on fire di kampus. Tiap hari ada saja bahan obrolan. Laki-laki perempuan sama saja, bicara itu memang gampang. Sebar gosip sudah ahli. Padahal jika ditelisik lebih jauh, ketimbang buang tenaga untuk gosip lebih baik mengerjakan revisi dari dosen pembimbing. Memang anak-anak jaman sekarang itu mau jadi mahasiswa abadi atau bagaimana? Kalau gosip bisa jadikan salah satu jurusan di kampus barangkali semua akan lulus dengan cumlaude. Lamar kerja di Program Rumor Selebritis Hangat yang tayang jam 8 pagi.

Bagaimana tidak? Katanya sahabatan. Tapi tingkah macam suami istri.

"Satu suap lagi. Terakhir deh, janji."

Taehyung merengut sejenak, tetapi membuka mulut. "Sudah ya."

"Umurmu itu berapa memang? Masih suka merepotkan orang!"

"Kau yang paksa aku! Aku pasti makan, kok." Ia berseru tidak terima dikatai menyusahkan. Wajahnya merengut sebal. Bukannya apa, dia kesal kalau merasa terpojok. Lagipula dia tidak minta disuapi seperti anak-anak. "Kau saja yang merepotkan diri. Nanti juga akan aku makan, kau ini tidak perlu seketat itu mengurus waktu makanku,"

Pria itu mendengus. Memilih meneguk jus jambunya dulu. "Kalau saja ucapanmu itu bisa dipercayai, Taehyung. Aku tidak akan repot begini kalau kau bertingkah sesuai usiamu dengan menepati ucapanmu sendiri. Sebenarnya apa yang membuatmu tidak merasa lapar, hm? Kalau tidak kupaksa, makanan ini akan masuk perutmu jam lima sore nanti. Lalu kau alasan makanan sudah dingin itu gak enak lalu beli baru dan lupa lagi," ia mengusak rambut Taehyung. "Dan kalau tidak ada aku yang mengurusimu makan, kau bisa sembelit karena kekurangan serat. Kau dan sayur itu tidak pernah berteman baik, ingat?"

"Jimiiiin!"

Dia tertawa lepas. "Benar tidak apa yang kukatakan?"

"Terserah!"

Jimin menyedot jus jambu yang sudah hampir habis sampai suara srooot-nya terdengar kencang sekali. Kemudian menyodorkan segelas jus jambu segar untuk Taehyung. Tersenyum lembut menatapi Taehyung meminum jusnya dengan tenang sambil membaca buku. Terlihat seperti anak kecil yang patuh. Kadang Jimin sering melihatnya seperti adik sendiri, padahal mereka seumuran. Mungkin karena tingkahnya yang masih kekanakan dibanding dirinya sendiri. Dan sejak mereka kenal dari kelas 4 SD, peran Jimin memang menjaga Taehyung yang suka lari-lari dan berakhir terluka seluruh badan. Bodohnya, yang menangis malah dia. Taehyung hanya cengar-cengir sambil mencubit pipinya yang basah. Padahal dia sudah khawatir, tetapi namanya Taehyung memang begitu. Tidak tahu rasanya terluka.

"Hei,"

"Hmmmm?"

"Katanya Jeongguk Jeon nembak kamu, ya?"

Merasa tertarik, Taehyung beralih menatap Jimin. "Kau selalu tahu apa yang terjadi dalam kisah percintaanku, ya? Apa kau mengikuti sampai ke kamar mandi?"

"Heol! Dia menembakmu di kamar mandi?!"

Oops. "Kami tak sengaja bertemu disana, dan dia mengatakannya begitu saja." Ia mengendikkan bahunya. Semakin diingat, rasanya aneh dan menggelikan. Jika dia jadi Jimin dia juga akan berekspresi seperti itu karena: demi apa nembak di kamar mandi? Tetapi Taehyung tidak mau ingat-ingat lagi, meski wajah Jeongguk Jeon yang malu-malu itu masih terbayang-bayang di benaknya. Itu lucu dan sebenarnya, dia imut juga. Lupakan ototnya. "Memangnya kenapa? Jangan temui dia untuk melabrak, dia mahasiswa baru yang imut. Jangan samakan dia dengan begundal macam Choi Byungshik, dia mengatakan perasaannya dengan sangat menggemaskan."

"Kau menerimanya?" Jimin terkesiap.

"Hanya karena dia imut bukan artinya aku mau pacaran dengannya,"

Napas lega keluar dari mulutnya. "Baguslah kalau begitu. Kau membuatku hampir mati karena jantungan, bodoh. Kupikir kau tertarik dengan yang imut-imut makanya selama ini kau menolak semua pernyataan cinta dari para lelaki," bibirnya dikulum sejenak. "Yah, walau ada juga wanita yang nembak kamu... tetapi kalau dilihat-lihat, mereka kalah cantik dari kamu, tuh?"

"Hah?! Apa-apaan itu!"

"Itu 'kan menurutku," Jimin melindungi wajahnya dari bogeman Taehyung.

"Berhenti memanggilku Cantik, Jimin."

Nah kalau sudah begini, kelihatannya seperti sudah sah. Sudah ijab kabul dan menggelar resepsi. Sudah tahu baik buruknya. Kelihatan seperti suami istri, sebentar manis sebentar berantem. Jadi bagaimana orang-orang tidak membicarakan dua pria hot ini. Jimin, pria tenang yang lembut dan banyak senyum meski punya aura tegas yang mematikan ini pentolan jurusan manajemen bisnis. Cita-cita mengambil alih perusahaan Kakeknya untuk dia jadikan hotel. Kalau Taehyung, si bunga kampus yang dandannya luar biasa dan punya selera fashion apik, jagoannya jurusan seni lukis. Kadang dia nongkrong bareng anak fotografi karena suka mengambil gambar pemandangan. Tetapi usut punya usut, dia lebih mencintai bagaimana rasanya membubuhkan warna di atas kanvas putih dengan aroma daun gugur dan musik klasik.

Kabarnya mereka sudah bareng sejak SD. Tidak dijelaskan secara detil bagaimana akhirnya mereka tetap punya waktu bersama meski beda jurusan dan fakultas. Yang pasti, selalu ada tontonan manis dari mereka saat jam istirahat. Atau sore-sore ketika langit berubah oranye. Ratingnya lebih tinggi ketimbang perbincangan cewek-cewek tentang Lee Jongsuk atau hari patah hati internasional ketika Song Joongki dan Song Hyekyo menikah. Pokoknya momen Kim Taehyung dan Park Jimin itu lebih aduhai untuk dinikmati dan diperbincangkan!

"Memangnya orang seperti apa yang kamu suka?"

"Yang baik, ganteng, pengertian, lembut, dan kuat!"

Jimin mengerutkan dahi. Salah tidak kalau dia berpikir itu seperti... dirinya?

"Apa maksudmu itu –"

Guk!

"Waaaah! Anjing kecil, lucu lucu lucu!" Taehyung berseru dengan suara falseto. Jimin meringis karena itu terdengar menggemaskan. Apalagi saat ia memeluk seekor anjing (yang datang entah darimana) dan mengusakkan wajahnya ke badan anjing mungil itu. Jimin nyaris tertawa karena warna rambut mereka sama. Coklat madu. Dia ingin berteriak sebenarnya, karena Taehyung terlihat sangat lucu, jadi dia mengeluarkan ponsel dan mengambil gambar. Momen seperti ini harus diabadikan! Orangtua Taehyung tidak memperbolehkannya memelihara hewan, padahal pria itu pecinta binatang. Lalat saja dia sayangi. Jadi kalau Taehyung bertemu hewan dia senang sekali, dia bahkan pernah nangis ketika diajak main ke kebun binatang oleh Jimin.

Satu hal yang membuatnya indah. He's pure.

"Ah, maafkan aku. Holy! Kemari!"

Anjing yang disinyalir bernama Holy itu menggonggong lucu dan lompat dari pelukan Taehyung. Berlari dengan kaki kecilnya kearah pria kurus dengan pakaian gelap. Topi bisbol hitam dengan hiasan anting, masker hitam disampirkan di dagu, kaus biru dongker, jaket kulit metalik, jeans hitam, sepatu hitam –Jimin berasumsi dua hal: antara dia ini anak band Rock atau akan pergi ke pemakaman. Penampilannya menyeramkan untuk menjadi pemilik anjing lucu yang kelihatan seperti tumpukan ayam goreng itu. "Maaf, dia suka bandel kalau diajak berkeliling. Kuharap dia tak mengganggu kalian,"

Suaranya berat. Dalam. Gelap seperti pakaiannya.

"Tidak apa," Taehyung yang membuka suara. Menatap pria itu tanpa berkedip, mulut separuh menganga dan hampir lupa ambil napas. "Itu anjingmu? Aku tak tahu orang bisa bawa hewan peliharaan ke kampus,"

"Hanya sesuatu yang harus kulakukan untuk dapat uang."

Taehyung mengerjap tak mengerti. Ingin bertanya lebih jauh, tetapi pria itu cepat-cepat pergi dengan menggendong Holy. Meninggalkan kesan misterius yang membuat Taehyung penasaran ingin tahu. Jimin sama adanya. Bukan karena pria itu terlihat begitu gelap. Bukan karena suara mencekam dari pria itu. Bukan karena pria itu punya kulit yang putih sekali. Bukan karena tas biola yang ada dipunggung pria itu.

Tetapi karena Taehyung masih terpesona oleh pria itu.

"Jimin..."

"Ya?"

"Kurasa, aku tahu pria seperti apa yang kusuka."

Dor! Bahan baru untuk perbincangan panas warga kampus terkuak!

Kim Taehyung, yang digosipkan berpacaran diam-diam dengan Park Jimin, mendeklarasikan dirinya telah jatuh cinta pada pria misterius yang membawa anjing ke kampus!


Sugantea presents;

[Ambition]

I want to run through this obstacle, to reach you, to make you as mine!

Starring:

Park Jimin, Kim Taehyung

[and the rest of Bangtan members plus other idols mentioned]


Seorang bunga kampus yang selalu menolak puluhan pernyataan cinta akhirnya merasakan jatuh cinta? Dia bahkan tak mengerti kenapa pria berpakaian serba hitam itu tampak menarik dimatanya, dan Taehyung rasa pria itu benar-benar tipenya.

Lalu Jimin merasa... panas?


To be continue!


a/n:

hai! Aku datang lagi ke FFn setelah produksi My Mama yang bikin aku dan banyak orang (katanya) nangis baper-baper. Sekarang aku kembali membawa MinV untuk menyembuhkan luka dihatiku. Iya, aku sadar kalau selama ini ff-ku banyak MinV tapi kebanyakan tidak berakhir mereka bahagia jadi sepasang kekasih... jadi aku ingin menyatukan mereka!

Tapi... apakah akhirnya mereka akan bersatu?