her (rusted) childhood dreams

Mirai Nikki belongs to Esuno Sakae.

NishiMine alias Nishijima/Minene. T. Angst, Romance.

[I gain no material profit, though the story is originally mine. Dibuat hanya untuk memuaskan hasrat pribadi. Selamat membaca.]

.

Warning: OOC, mungkin, missed-typo juga mungkin.

Summary: Minene memiliki mimpi-mimpi masa kecil. Mimpi-mimpi masa kecil yang telah usang—atau mungkin ia hanya terlalu takut untuk menyentuhnya dengan tangannya yang telanjur kotor oleh asap debu dan darah.

.

.

.

Gadis kecil itu pernah bermimpi, berangan bahwa masa depannya akan semanis kisah-kisah putri yang pernah dibacakan sang ibu. Beberapa kali membayangkan bahwa ia akan bertemu pangerannya yang akan tersenyum padanya, mencium tangannya, dan melakukan hal-hal manis lainnya yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Namun, sekarang, ia berdiri di sini, sendiri, dengan sosok ayah ibunya tergeletak di tanah, tertelungkup bersimbah darah. Ia, sendiri di sini, menangis karena kehilangan ayah ibunya, kehilangan arah, kehilangan masa depannya.

(…kehilangan mimpi-mimpinya.)

Ia tumbuh menjadi gadis yang kuat. Bertahun-tahun ditempa kerasnya kehidupan membuatnya menjadi gadis yang keras pula. Kedua tangannya tidak lagi terampil hanya dalam mencuri makanan—ha, itu hanyalah segelintir masa lalu yang telah lewat jauh di belakang! Tangannya kini telah begitu terampil merakit bom pula; sebuah keterampilan impresif yang membawa namanya sebagai teroris internasional.

Dan, oh, buku harian itu. Buku Harian Pelarian miliknya. Inilah dirinya sendiri sekarang, teroris kelas atas yang tak terkalahkan!

Mimpi-mimpinya telah terlalu usang sejak lama. Minene sudah membuangnya. Naif sekali untuk tetap menggenggam angan-angan semasa kecil, sementara tangannya telah penuh debu asap dan darah.

Nyatanya, mimpi-mimpi itu belum sepenuhnya meninggalkan seorang Minene Uryuu.

Siapa sangka, di tengah pelariannya, mimpi-mimpi itu mewujud?

Tidak semuanya—mungkin karena bagian mimpi yang itu telah hancur saking usangnya. Lelaki itu bukanlah pangeran seperti yang pernah dibayangkannya dulu. Lelaki itu hanyalah seorang petugas kepolisian yang begitu keras kepala, tidak tahu malu, dan tidak tahu situasi … atau agak tolol. Meski begitu, lelaki itu tersenyum padanya dan melakukan hal-hal yang tidak Minene bayangkan sebelumnya; menyebutnya manis, memeluknya, menyelamatkannya, hingga melantaikan sebelah lutut kala menawarkan cincin.

Minene menolak.

(Tangannya yang kotor tidak lagi berhak, bahkan untuk sekadar menyentuhnya.)

Lelaki itu, Nishijima Masumi, berkeras kepala. Ia membuntuti Minene, memberikan pertolongan, membantu Minene melarikan diri kendati itu berarti ia harus membunuh rekannya sendiri.

Nishijima benar-benar melakukannya tanpa berpikir dua kali.

Pada akhirnya, Minene berpikir mungkin tangannya tidak sekotor itu.

…namun, rupanya, mimpi-mimpi masa kecilnya memang telah seusang itu.

Minene baru saja menyentuhnya. Tangannya sampai bergetar karena tak percaya. Minene baru saja ingin mendekapnya … ketika mimpi itu lebur menjelma abu, hancur berserakan dalam bentuk yang tak lagi dapat dikenali, apalagi diharapkannya dapat kembali.

Di hadapannya, tepat di depan matanya, Nishijima tumbang dalam gelimang darah … setelah melindunginya dari bombardir peluru.

Kali ini, mimpi-mimpi Minene selamanya musnah.

.

.

.


halo, salam kenal semua. ini fic pertama saya di fandom ini sebagai penyaluran rasa frustrasi atas episode 20 :'''') (walaupun mereka berakhir happy-ending sih :")

kritik dan saran, mungkin?