Kereta yang membawa Kyungsoo berbelok menikung meninggalkan pemandangan kota. Hamparan laut mulai terlihat dari sisi kanan jendela kereta yang sedang melaju menuju ke stasiun terakhir disalah satu kota pinggiran. Kyungsoo memutuskan untuk datang kembali setelah sepuluh tahun terakhir dia meninggalkan kota kelahirannya untuk menghdiri acara reuni SMA-nya.

Kyungsoo berbelok meninggalkan keramaian setasiun, masuk ke sebuah gang yang hanya cukup memuat satu badan mobil saja. Dua puluh meter, dan keramaian itu tinggal sayup-sayup saja di latar belakang. Kyungsoo berjalan menyamping melewati gang kecil yang sebenarnya adalah sebuah celah antara ruko dan lahan perumahan. Gang sempit itu berujung di sebuah turunan yang agak curam. Dari situ, terbentanglah sebuah pemukiman penduduk. Jalanan yang sedikit lebar berlanjut, melewati sederetan rumah petak yang diisi oleh keluarga kelas pinggiran. Anak-anak kecil berkeliaran, bermain-main, berteriak-teriak.

Kyungsoo menyalakan rokoknya dan berjalan dengan tangan kosong pada jalanan bekas rel kereta api, suara ombak dari bawah tebing terus menghantam pikirannya yang tampak sedang kalut itu, ia juga membiarkan angin mengacak rambutnya dan membawa pergi asap rokok yang ia hembuskan dari celah bibirnya.

Langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara lelaki memanggil namanya,

"Kyungsoo-ah..."

Suasana reuni sangat ramai, panitia mengadakan acara kumpul-kumpul itu di pinggir dermaga. Mereka sedang bersantap hidangan seafood, sebagian dari nya menyanyikan mars kebanggaan sekolah dan tak sedikit dari mereka hanya mengingatnya pada bagian chorus sepuluh tahun adalah rentang waktu yang cukup lama untuk sebuah memori... Mars.

"Hey, asapnya ke mukaku."

Di salah satu meja terkumpullah tiga orang teman yang sedang menikmati hidangan berasap, mereka secara bergantian membakar lembaran daging mentah untuk langsung mereka makan.

"Jauh-jauh kesini, kukira kita akan menyantap sashimi. Tapi ternyata usus babi." Sehun mengangkat sumpitnya tinggi tinggi tanda protes.

Sementara Baekhyun hanya melirik dan mengipasi asap yang semakin besar.

"Ikan mentah lebih murah dan segar di Seoul, Semua yang ada disini berasal dari Seoul." Chanyeol mengeluarkan beberapa lembar daging-aneh lagi.

"Tapi disini kan daerah pesisir."

"Oh ya? Dan kenapa aku baru sadar? Ahahahah." Chanyeol mengangkat tinggi-tinggi rentetan usus babi dengan sumpitnya namun bagi Sehun itu agak menjijikkan.

Tapi ketiga teman itu melanjutkan acara makannya.

"Ngomong-ngomong, kenapa 'dia' belum datang?" tanya Sehun kepada dua temannya.

"Apakah dia juga tidak datang tahun ini?" Baekhyun balik bertanya.

"Apakah menurutmu dia akan benar-benar datang? Sudah sepuluh tahun dia tidak datang selama 10 tahun." Chanyeol mengedikkan bahunya.

"Dia belum melupakan anak itu?" Pertanyaan Baekhyun membuat aksi kedua temannya terhenti dan berbalik menatapnya.

"Siapa? Jjongin?" Chanyeol membulatkan matanya, penuh tanda tanya.

Sehun menoleh, Ia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya berharap tak ada yang mendengar percakapan mereka tentang 'dia' dan Jongin.

"Ini hari peringatan meninggalnya Jongin." Baekhyun setengah berbisik.

"Oh ya?" berlainan dengan dua temannya Chanyeol terlihat lebih santai. "Apakah dia datang atau tidak?"

"Jika pacar pertamamu meninggal, apakah kau bisa mudah melupakannya?" Sehun menanyakan hal itu pada Chanyeol.

"Jangan dibicarakan, Dia lupa atau tidak itu urusannya." Chanyeol kembali berkutan dengan lilitan usus babi-nya, Sehun menahan muka ingin muntah.

Sehun ingin mencium aroma arak saat itu juga. Ia memanggil salah satu ahjumma yang sedang melayani pesanan yang tampaknya sama sekali tak menghiraukan panggilannya, sebelum matanya berhasil menangkap sosok yang berpakaian hitam-hitam lengkap dengan sunglasses bewarna senada dengan pakaiannya.

"Kyungsoo-ah!"

Mata Sehun menjadi berbinar setelah melihat sosok yang datang, tak jauh dari tempat mereka berkumpul.

Baekhyun dan Chanyeol ikut merasakan rasa bahagia setelah mendapati temannya yang baru saja ia bicarakan datang dan tersenyum kearah mereka.

Baekhyun berlari kecil dan menghambur pelukannya pada Kyungsoo, Do Kyungsoo.

"Senang melihatmu, apa kabar?"

Satu persatu Kyungsoo menjabat tangan ketiga temannya itu.

Stories told by the heart of the sea
Dreams that flow from the past
The vivid deep blue eyes watching over
Through all the endless nights and days

"Kim Jong In! Kim Jong In! Kau bisa mendengarku?!"

Suara ombak yang meninggi dan angin laut beradu dengan teriakan Baekhyun setinggi beberapa oktav. Keempat teman itu sedang berdiri berjajar di dekat sebuah mercusuar, meluapkan emosi bertahun-tahun yang sebenarnya mereka pendam. Mereka ikut merasakan sakit yang diderita salah seorang sahabatnya, Kyungsoo yang telah kehilangan Kim Jongin di masa lalu. Di masa lalu mereka tidak bisa menunjukkannya pada Kyungsoo, karena Kyungsoo menghilang begitu saja setelah upacara perpisahan yang sebelumnya merubah menjadi pendiam dan penyendiri.

"Kim Jong In! Kyungsoo masih tak bisa melupakakanmu! Apa kau sekejam ituuuu?!" Baekhyun mulai tidak kuasa menahan tangisnya, ia meraung-raung berteriak kepada ombak yang bergemuruh.

Chanyeol meneriakkan namanya dan berusaha mendekap Baekhyun.

"Jongin! Kami pun tau kalau otaknya kecil tapi penuh kenangan atas dirimu!"

"Baekhyun-ah..."

"Bebaskan temanku Kim Jongin! Kau tidak bisa membuatnya seperti ini terus!"

Chanyeol akhirnya menyeret Baekhyun sementara Sehun juga ikut mengambil andil dalam menenangkan Baekhyun.

Kyungsoo menatap nanar lautan luas, pandangannya seketika memburuk seiring butiran air mata hendak memaksa keluar.

"Aku Mohon Jongin! Bebaskan temanku!" sayup sayup suara Baekhyun masih terdengar meski Chanyeol dan Sehun telah menggiringnya keluar area mercusuar.