Halooo….

Jumpa lagi dengan Heri di sini…. :D

Akhirnya setelah berpikir sekian lama, ide ini resmi dikeluarkan juga… :D

Fict ini mungkin akan jadi fict Naruto terakhir saya… Yang bergenre Romance dan bersetting AU… :D Sekali lagi… MUNGKIN! Tergantun permintaan pasar juga sih… (Halah, kayak ada yang laku aja…:P )

Warning:

Full of Crack pairing….

Karena sangat sedikit canon pairing di Naruto (Canon pairing menurut saya adalah pairing yang sudah diresmikan dengan pernikahan dan tidak diputus sampai peran mereka dalam cerita selesai)

This pairing is Crack and I'm damn proud of it!

Ok, mulai aja ceritanya….

Disclaimer:

Naruto Chara belong to Masashi Kishimoto sensei.

All franchise name, belong to their owner.

Hmm

Kurs mata uang:

1 Ryo = 100 Rupiah

1000 Ryo = 100.000 Rupiah

Soal harga, mungkin kesannya mahal, tapi Author mencoba menyamakan dengan harga2 di Jepang. Saat ini Author kuliah di Australia, dan kalau tidak salah, harga2 di jepang (terutama kota2 besarnya) itu masih lebih mahal daripada di sini… Jadi maaf kalau kesannya sangat mahal.

….

….

Chapter 1

Teach me to Cook!

Jumat Sore, Konoha University.

Sakura Haruno kembali mengecek saldo tabungannya di ATM kampusnya, dan dari muka penuh stress yang diperlihatkan, sudah jelas apa yang tertera di saldo-nya. Dia pun langsung mengeluarkan HP-nya dan menelepon seseorang yang sangat 'penting' baginya saat itu.

"Halo… Ayah? Kok uang kiriman bulan ini belum sampai juga sih?" Tanyanya.

"Ah, Sakura, maaf… Sepertinya ada error di Bank milik ayah, tetapi tadi sudah beres kok, uangmu sudah terkirim… Seharusnya hari senin nanti sudah sampai." Jawab suara di seberang sambungan tersebut.

"Tapi, itu masih tiga hari lagi, yah! Bagaimana aku hidup tanpa uang saku?" Tanya Sakura memelas.

"Sekarang ini Jumat sore Sakura… Sekalipun Ayah mengirim dengan bank lain, tetap saja akan sampai hari Senin." Jawab Ayahnya. "Memangnya uangmu kemana saja? Kalau uang kiriman ayah dikurangi biaya apartemen dan uang kuliah, seharusnya ada sisa sekitar 400.000 Ryo kan?" Ayahnya balik bertanya.

"Ya… Macam-macam, jawab sakura pelan… Untuk hiburan, beli baju, dan makan…" Di kata makan itu, ayahnya menyela.

"Itu dia, ayah lihat dari laporan keuanganmu, sepertinya kau selalu makan di restoran mahal ya? Bisakah kau berhenti makan di restoran 'pacar'-mu itu? Masak sekali makan di sana kau menghabiskan 6000 sampai 7000 Ryo?" Tanya ayahnya.

"Sasuke bukan pacarku, yah!" Jawab Sakura, sedikit sipu malu terlihat di wajahnya… yah, walaupun tak bisa dilihat oleh ayahnya. "Kita masih melakukan 'pendekatan'…"

"Baru tahap pendekatan saja kau sudah makan di restoran mewahnya tiga kali seminggu? Bagaimana kalau kau benar-benar pacaran nanti?"

"Yah, mungkin kalau suda resmi pacaran, aku bisa dapat diskon di restorannya…"

"Jadi uangmu sekarang sisa berapa?" Tanya ayahnya.

"Ada sekitar 3.500 Ryo sih…." Jawab Sakura.

"Seharusnya cukup untuk tiga hari, kalau kau hemat." Jawab ayahnya, dan sambungan ponselnya-pun diputus oleh pihak di seberang sana.

"Kiriman uangmu belum sampai juga?" Tanya Ino, seorang gadis cantik berambut pirang, salah satu teman dekat Sakura.

"Begitulah, sudah telat seminggu padahal." Jawab Sakura tanpa semangat.

"Kamu kan anak orang kaya, seharusnya uang sakumu tersisa banyak kan?" Tanya Tayuya, seorang gadis berambutungu yang memiliki kebiasaan berkata 'agak' kasar, juga salah satu teman Sakura.

"Bulan kemarin kan banyak pengeluaran tak terduga…" Sakura mencoba beralasan. "Sepatuku rusak, dan Sasuke memintaku mengenakan gaun ke restorannya, terpaksa aku membeli satu yang diusulkan olehnya..."

"Sasuke LAGI! Kau sadar nggak sih, sejak kamu pacaran sama si pantat ayam itu, kamu jadi boros?" Bentak Tayuya.

"Tayuya ada benarnya Sakura… Selama dua bulan kalian dekat, dia sudah minta macam-macam darimu, tapi kalian tidak jadian-jadian juga…"

"Tidak apa-apa kan pelan-pelan?" Jawab Sakura. "Lagipula masih masa pendekatan kok, dan aku merasa hubungan kami semakin dekat."

"Hah? Apa Kalian sudah n…." Ino buru-buru menyumpal mulut Tayuya sebelu dia menyelesaikan kalimat kotornya tersebut. (Karena ini fanfic rated T )

"Ka.. Kami belum macam-macam kok… Baru sebatas ciuman saja…" Aku Sakura… "Tapi kami hanya melakukannya setiap selesai makan di sana… anggap saja pencuci mulut" Lanjut Sakura malu-malu.

"Haah… Tapi kalian belum jadian?" Tanya Tayuya dan Ino bersamaan.

Sebelum Sakura menjawab, tiba-tiba HP-nya berbunyi, dan panjang umur, cowok yang sedang mereka bicarakanlah yang menelepon.

"Halo… Sakura?" Tanya suara di seberang sambungan yang diiyakan oleh Sakura. "Nanti malam seperti biasa?"

"Ah, Sasuke-kun… Maaf, tapi aku sedang tidak ada uang…." Sebelum sempat Sakura menyelesaikan kata-katanya, suara di seberang sambungan telepon itu memotongnya.

"Oh, yasudah kalau begitu…." 'Klick!' Sambungan telepon-pun diputus.

"Apa-apaan sih cowok itu?" Omel Tayuya.

"Sudahlah… Aku punya masalah yang lebih mendesak sekarang…." Sakura mencoba mengalihkan pembicaraan. "Yaitu bagaimana caranya aku bisa bertahan sampai hari senin dengan uang yang hanya berjumlah 3.500 Ryo…"

Tayuya dan Ino hanya bisa berpandang-pandangan tidak percaya.

"Dengan uang segitu, kau bisa makan di Foodcourt sampai lima kali loh… Dan kalau kau makan makanan yang dibeli di toserba, kau bisa lebih berhemat lagi." Jawab Ino seakan tak percaya dengan temannya ini.

"Tapi apakah makanan murah begitu rasanya enak?" Tanya Sakura ragu-ragu.

"Kau ini!" Tayuya kini ikut nimbrung. "Saat begini kan yang penting itu bukan rasanya! Lagipula itu lebih worthed daripada restoran Uchiha yang porsinya tidak setara dengan harganya tahu!"

"I… Itu porsinya pas kok…. Tidak bikin terlalu kenyang, tapi juga tidak meninggalkan lapar." Bela Sakura.

"Intinya, dengan harga yang jauh lebih murah, kau bisa membeli makanan dengan jumlah lebih banyak daripada di restoran Uchiha itu." Jelas Ino.

"Atau masak sendiri…" Potong Tayuya. "Itu jauh lebih murah."

Sakura hanya terdiam mendengar usul Tayuya.

"A… Aku tidak bisa masak…. Bahkan di apartemenku-pun aku tidak membeli alat-alat masak, sehinggak memasak yang sederhanapun aku tak akan bisa…" Jawab Sakura, seakan kehilangan semangatnya.

"Ah! Bagaimana kalau aku menginap saja di rumah kalian selama weekend ini?" Tanya Sakura.

Ide yang cukup bagus, sebab Ino adalah wanita yang sangat feminin, sehingga tentu saja setidaknya bisa memasak. Sedangkan Tayuya, selama ini dia selalu membawa bekal yang sangat enak, katanya sih kakaknya yang memasak.

"Ah, maaf…" Jawab Ino, "Aku ada acara outdoor klub fotografi selama akhir minggu ini…"

"Dan aku juga akan pulang, sebab salah satu keluarga jauh kami meninggal…" Jawab Tayuya.

"Ohh…." Jawab Sakura Lesu. Tampaknya kini dia harus bisa bertahan selama dua hari 'hanya' dengan 3.500 Ryo.

Hari Minggu Sore.

"Lapaaarrr…." Keluh Sakura.

Di hari Minggu ini memang Sakura belum sempat mengkonsumsi apapun. Uang 3.500 Ryo yang tersisa, sudah habis pada hari sabtu kemarin. Lagipula, bukan salahnya kan kalau dia tidak tahu bahwa di restoran all you can eat itu dilarang membawa pulang makanan? Lagipula restoran tempatnya makan jumat malam itu, kalau tidak salah namanya 'Sizzler', hanya memungut ongkos 3000 Ryo darinya, jauh lebih murah daripada restoran Uchiha tempatnya biasa makan bersama Sasuke. Dan sisa 500 ryo-nya habis dipakai untuk membeli meat pie murah di '7eleven' untuk dua kali makan di hari sabtu.

Dan yang membuat keadan lebih buruk, pulsa Handphone-nya sudah habis, sehingga ia tak bisa menghubungi teman-temannya, sehinggak tak mungkin ia mengambil resiko naik Taxi ke rumah temannya hanya untuk mengetahui bahwa tidak ada yang bisa menalangi biaya transportnya.

Tadinya ia mengira tak makan selama satu hari saja bisa dia hadapi. Tetapi baru sore hari saja dia sudah kelaparan, dan uang kiriman ayahnya tak akan sampai hingga hari senin, itupun baru bisa diambil setelah Bank buka dan mengkorfirmasi uang transferannya.

Akhirnya, malam itu, karena rasa lapar yang tertahankan lagi, Sakura pun menelan rasa malunya, dan mencoba meminjam uang kepada tetangganya.

"Seandainya aku tahu bakal ada kejadian seperti ini, mungkin aku bakal mencob berkenalan dengan tetangga-tetanggaku sebelumnya…" Sesal Sakura. Tetapi menyesal sekarang tidaklah ada gunanya, dan Sakura memberanikan dirinya mengetuk pintu terdekat yang lampunya menyala, kamar nomor 3 tepatnya.

"Ya?..." Jawab sang penghuni kamar tersebut, beberapa detik setelah Sakura mengetuk pintu.

Penghuni kamar itu rupanya seorang laki-laki berumuran 1-2 tahun lebih tua daripada Sakura. Rambutnya pirang panjang, setengah rambutnya yang bagian kanan diikat keatas, sementara bagian kirinya dibiarkan tergerai sehingga sebagiannya menutup mata kirinya.

"A… anoo… Namaku Sakura, aku penghuni kamar nomor 5…" Katanya Ragu-ragu.

"oh…" Jawab laki-laki itu bingung. "Namaku Deidara… un…"

Wajar saja kalau Deidara bingung. Jarang-jarang kan ada gadis 'lumayan' cantik yang mengetuk pintu kamarmu malam-malam dan tiba-tiba memperkenalkan diri.

"Ma.. Maaf, tapi saat ini aku sedang benar-benar butuh uang…" Kata sakura terbata-bata. Rasa lapar dan rasa malunya benar-benar telah bercampur menjadi satu.

Deidara hanya memandanginya selama beberapa saat, sebelum menjawab.

"Maaf…" Sakura nyaris putus asa mendengar kata ini, sampai dia mendengar lanjutannya. "Aku tak tahu kau butuh uang untuk apa, tetapi… kurasa melakukan aktifitas seksual sebelum menikah itu tidak benar."

Sakura terlonjak mendengar jawaban tersebut. Dalam situasi normal, dia pasti sudah menghajar laki-laki tersebut, tetapi saat ini dia terlalu lapar untuk melakukan itu.

"Bu… Bukan begitu…" Sakura buru-buru mengoreksinya. "Aku sedang tidak ada uang, dan belum makan dari tadi pagi… Uang kirimanku baru akan datang besok… Jadi, kalau bisa… Aku ingin pijam uang sedikit darimu, besok pasti akan kukembalikan, kalau perlu akan kukembalikan 2-3 kali lipat." Sakura menjelaskan dengan setengah memohon.

Mendengar penjelasan Sakura, Deidara pun tampak menimbang-nimbang dan berpikir. Hingga akhirnya diapun menjawab.

"Maaf… tetapi aku tak mungkin memminjamkan uang begitu saja pada seseorang yang baru kukenal…." Jawabnya.

Sakura baru saja akan menyerah dan mencoba meminjam uang ke tetangga yang lain. Tetapi Deidara melanjutkan jawabanya.

"Tetapi kalau yang kau butuhkan itu makanan, aku masih ada sisa sih… Kalau mau, cepat masuk dan makan…" Lanjut Deidara.

Sakura hanya bisa diam saat dia menunggu Deidara memanaskan makanan 'sisa' nya. Di satu sisi, dia merasa lega karena bisa makan di saat tak punya uang. Tetapi di sisi lain ia juga merasa malu dan was-was karena sekarang inilah dia, di dalam apartemen seorang laki-laki muda yang baru dia kenal beberapa menit yang lalu dan menumpang makan secara cuma-cuma.

"Kau mau pakai nasi atau kentang?" Tanya Deidara dari arah dapur.

"… Nasi saja…" Jawab Sakura pelan.

Tak berapa lama kemudian, Deidara kembali ke meja makan. Diletakannya sebuah piring lebar, diatasnya tersedia sepotong Chicken Cordon Bleu dan seporsi chicken rice. Deidara lalu meletakkan sebuah keranjang rotan berisi botol-botol di tengah meja.

"Ini saus-saus yang kupunya, silahkan kau pilih mana yang kau suka." Katanya.

Sakura agak terpana melihat botol-botol saus yang banyak itu, setahunya, botol-botol itu sewajarnya berada di rak dapur, bukan di atas meja makan.

"Kau tidak makan?" Tanya Sakura. Bagaimanapun laparnya dia, tetap saja tidak enak rasanya makan di rumah orang asing, sementara yang punya rumahnya hanya menyiapkan makanan tanpa ikut menikmati konsumsinya itu.

"Karena masih kenyang, aku makan kue saja ya… Tidak apa-apa kan?" Jawab Deidara.

Sakura hanya mengangguk pelan.

Tetapi sakura sempat tercengang juga begitu Deidara mengeluarkan kue Tart yang kelihatannya sangat enak dari lemari es-nya. Kue itu dilapisi coklat bubuk di luarnya, sementara di dalamnya terlihat lapisan fla putih dan coklat diantara lapisan-lapisan sponge cake- nya.

Lalu Deidara mengeluarkan sekotak besar Es-krim dari freezer dan menuang sesendok besar eskrim keatas potongan kue-nya. Setelah itu, dia menuangkan chocolate fudge ke atas kue dan eskrim-nya.

"Yup, selamat makan…" Ujar Deidara, seakan-akan semua makanan yang ada di atas meja saat itu adalah pemandangan yang sangat biasa.

Sakura memutuskan untuk menuangkan saus tomat dan BBQ Sauce ke atas lauknya, lalu diapun memotong sepotong kecil di ujung, dan menyuapkannya ke dalam mulutnya… dan…

"Enakk!" Batin Sakura. "Rasanya memang berbeda dari yang biasa kumakan di restoran Uchiha itu… Tapi yang ini tak kalah lezatnya, lebih enak malah… Dagingnya empuk, daging asap di dalamnya juga rasanya unik! Terus tepung gorengannya tebalnya dan kegaringannya pas… "

"Sepertinya dia orang yang dalam soal makanan jauh lebih mewah daripada aku…" Sakura berpikir sembari melihat lihat hidangan di piringnya dan di piring Deidara. "Apa mungkin dia mengetahui restoran yang menjual ini semua dengan harga murah ya?" Batin Sakura.

"Anoo.. Deidara-san.." Sakura mencoba memulai percakapan. "Sepertinya stok makananmu banyak juga ya… Kamu membelinya di restoran mana ya?"

"Beli? Restoran?" Deidara menatap Sakura dengan wajah bingung.

"Iya… Makanan ini sangat enak…"Jawab Sakura mantap. Kalau ternyata harganya tidak terlalu mahal, aku juga ingin membelinya."

Mendengar kata-kata itu, Deidara mulai tersenyum. Lambat laun senyuman itu berubah menjadi cengiran yang diiringi oleh sipu malu.

"Hehehe… Enak ya? Makasih…" Katanya masih sedikit nyengir.

"Eh? Maksudmu?" Sakura balik bertanya.

"Ngg… Sebenarnya… Semua yang ada di atas meja makan ini, kecuali es-krim dan saus-sausnya… Adalah hasil masakanku sendiri…" Jelas Deidara.

"…."

"…"

"Ma… Masakannmu?" Tanya Sakura tak percaya.

"Iya…" Jawab Deidara, kini dengan muka yang lebih serius.

"Kok.. Bisa?" Sakura masih merasa sulit untuk mempercayainya.

"Unn… Karena… Aku punya kompor, alat-alat masak, bumbu-bumbu, dan bahan-bahan yang diperlukan?" Deidara menjawab secara matter-of-fact-ly.

"…" Sakura hnya terdiam. Terlalu banyak yang ingin ia pastikan, tetapi membanjiri orang yang sudah berbaik hati memberimu makan secara cuma-cuma dengan pertanyaan yang mungkin menyinggun perasaannya, bukanlah ide yang baik menurutnya.

"…. Berapa…" Sakura akhirnya kembali dapat bersuara.

"un?" Deidara tak dapat menangkap ucapan Sakura tersebut.

"Kira-kira… Berapa banyak uang yang kamu butuhkan untuk membuat seporsi ini?" Jelas Sakura sambil menunjuk ke piringnya.

"Oh… Sebentar, aku hitung dulu… Karena aku memakai daging ayam yang paling murah, jadi dengan 1100 Ryo, aku bisa beli 1kg… Lalu karena daging asapnya memaai daging kalkun, jadinya agak lebih mahal, terus untuk sausnya aku perlu jamur, lada, garam, dan tepung, terus untuk kulit tepungnya…. Oh iya, itu juga perlu keju ya? Unn… Mungkin untuk seporsi itu, ditambah Chicken Rice, totalnya jadi sekitar 600 Ryo." Jawab Deidara.

"Apa? Janya 600 Ryo? Cordon Bleu yang kumakan di restoran Uchiha saja harganya bisa sampai 10 kali lipatnya!" Sakura berteriak Terkejut.

"Hah? Restoran Uchiha?" Deidara tampak terkejut. "Itu kan restoran mahal? Lagipula sejak tiga bulan yang lalu…" Deidara tiba-tiba tersadar dari keterkejutannya, dan menghentikan kalimatnya.

"Tiga bulan yang lalu?" Sakura penasaran. "Ada apa? Aku baru mulai ke sana itu sejak dua bulan yang lalu…"

"Ahh… Tidak, tak apa-apa…." Jawab Deidara gugup. "Sebagai koki, aku tak boleh mengumbar gossip restoran lain."

"Eh? Kamu Koki?" Sakura terkejut. "Pantas saja masakannya enak-enak."

"Yah… Hanya Part time sih… un…" Jawab Deidara sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Tetap saja…." Lanjut Sakura kagum. Lalu tampaknya ia tersadar akan sesuatu. "Ah, tampaknya aku sudah terlalu lama berada di sini… Terima kasih atas makanannya… Besok pasti akan kubayar!"

"Tidak perlu, un…" Tolak Deidara. "Anggap saja sebagai kado kenalan…"

"Tapi… Aku diajarkan untuk selalu membalas kebaikan yang diberikan orang lain…" Ujar Sakura.

Sakura tampak menimbang-nimbang beberapa saat, tiba tiba ia berteriak.

"Aku Tahu!"

"A.. Apa? Un?" Deidara terkejut.

"Bagaimana kalau mulai sekarang aku membayarmu 25.000 Ryo setiap minggu, dan sebagai gantinya…"

"Apa? Un?"

"Kau jadi guru les MASAK untukku!" Jelas Sakura semangat.

"Hei.. hei… Untuk guru les, 25.000 Ryo per minggu itu terlalu besar tahu… Apalagi aku tak setiap hari bisa…." Jawab deidara gugup.

"Tidak apa-apa 2-3 kali seminggu juga tak apa-apa, lagipula kau harus mengajariku dari basis-basisnya…" Jelas Sakura. "Lagipula dari jawabanmu, kau tidak keberatan untuk menjadi guru les masakku kan?"

"Uh… Baiklah… un… Kalau begitu setengah harga saja, tetapi semua bahan2 makananmu kau beli sendiri…" Jawab Deidara pasrah.

"Baiklah… Jadi, hari apa saja kau bisa mengajariku? Sensei?" Tanya Sakura semangat.

"Uhn…" Deidara tampak agak canggung dengan panggilan sensei tersebut. "Kalau malam hari, aku ada waktu setiap hari Senin, Kamis, dan Sabtu."

"Baiklah Deidara Sensei. Kalau begitu bisa dimulai besok?" Tanya Sakura.

"Hentikan panggilan 'sensei'mu itu, un…" Jawab Deidara yang tampak sedikit terganggu dengan panggilan tersebut. "Baiklah, untuk hari pertama, cukup bawa selusin telur… ah, mungkin dua lusin untuk jaga-jaga."

"Hehehe… Baiklah Dei-chan… Sampai ketemu besok… Dan terima kasih makanannya…" Ujar Sakura sambil keluar dari kamar Deidara dan menuju kamarnya.

….

TBC.

Wew…

2000-an ya word count nya?

Gimana?

Saran?

Kritik?

Selama bukan menghina pairingnya, semua saran dan kritik saya terima… :D