Thanks For Kaji

Disclaimer: Wataru Yoshizumi

.

.

Happy Reading~

hope you enjoy the story^^


"Walaupun kau melihatnya terus menerus sampai matipun, kau tidak akan bisa membuatnya menjadi kucing." celetuk Tsujiai sambil menyenggol sahabatnya itu.

"Berisik!" ketus Kaji yang merasa terganggu.

"Daripada melihatnya terus, lebih baik kau dekati dia." saran Tsujiai.

"Kau banyak ceramah."

Tsujiai mengangguk setuju. Ia juga merasa begitu. Tsujiai tahu benar bagaimana sulitnya mendekati orang yang kita sukai. Tsujiai tahu, karena ia juga merasakannya. Bahkan, Tsujiai merasa Kaji jauh lebih baik daripada dirinya. Kaji masih bisa berkomunikasi dengan Ayu. Sementara dirinya?

Tsujiai memandang ke arah yang sama, yang sedang Kaji pandang. Mungkin Kaji tidak menyadarinya, tapi tatapan Tsujiai sama lembutnya saat Kaji sedang menatap Ayu. Bahkan lebih lembut. Tsujiai memandang ke arah yang sama, tapi dengan obyek yang berbeda. Dan Kaji pun tidak menyadari hal itu.

Dua orang gadis berseragam sekolah memasuki cafe dengan riangnya. Gadis berambut cokelat panjang dan gadis berambut pirang pendek itu tidak sadar kalau dari dalam cafe, ada dua orang yang sedang kaget melihat kedatangan mereka.

"Ayu? Nina?"

Dua gadis itu menoleh ke arah Kaji yang memanggil nama mereka. Mereka langsung tersenyum senang melihat Tsujiai dan Kaji yang sedang duduk di salah satu bangku cafe. Ayu dan Nina pun segera menghampiri mereka.

"Jodoh tak kemana, ya." celetuk Tsujiai yang langsung di hadiahkan injakan dari Kaji.

"Abaikan dia." sahut Kaji cepat-cepat. Tsujiai tersenyum mendengar ucapan Kaji. Ucapan itu bukan untukmu, Kaji. "Mau makan bersama?"

"Boleh." sahut Ayu dengan senang hati.

"Tidak, terima kasih." ujar Tsujiai.

"Bukan untukmu." seru Kaji pada Tsujiai.

"Aku tidak mau jadi kambing tuli. Jadi aku mau jalan-jalan saja." kata Tsujiai dengan santai. "Nina, kau mau ikut? Daripada jadi obat nyamuk di sini, lebih baik jalan-jalan denganku."

Nina mengangguk setuju. Tanpa basa-basi, Tsujiai langsung menarik tangan Nina tanpa menghiraukan protes dari Kaji dan Ayu. Sekali lagi, Tsujiai berterimakasih banyak pada Kaji yang sudah jatuh cinta pada Ayu.

"Tidak apa-apa, kan?"

"Hm?" Nina menoleh pada Tsujiai dengan wajah bingung. Namun, bibirnya masih tampak tersenyum.

"Karena aku, kau melewatkan makan siangmu." ujar Tsujiai agak merasa bersalah.

"Tak apa. Kan masih ada kau." ucapan Nina makin membuat jantung Tsujiai tidak karuan. "Aku bisa makan siang denganmu, kan?" Nina tersenyum pada Tsujiai. Tsujiai hanya bisa mengangguk dengan setengah sadar.

Setelah sadar sepenuhnya, Tsujiai mulai mengendalikan detak jantungnya yang tak karuan. "Ehm, kau mau makan di mana?"

"Di mana saja boleh, kok! Asal Tsujiai yang temani, aku mau."

Tsujiai tersenyum penuh arti mendengar ucapan Nina. Harusnya, ia yang mengatakan demikian. Tsujiai sudah merasa sangat beruntung bisa makan siang dengan Nina. Dan saat Nina mengatakan hal itu, Tsujiai merasa jauh lebih beruntung lagi. Sungguh, hanya Nina satu-satunya gadis yang bisa membuat Tsujiai bahagia, walaupun hanya dengan hal-hal kecil.

Sekali lagi, Tsujiai sepertinya harus berterima kasih kepada Kaji.

.

.

fin


A/N: Hello~ thanks for read my story~ aku tak tahu harus berkata apa._. ini ff pertamaku di fandom ini, jadi maafkan bila ada kekurangan^^