Aku tidak pernah membayangkan kedatangan sosok peri atau makhluk dari negri dongeng. Bagiku itu hanya tipu daya bagi anak kecil yang tidak bersalah, tapi aku tak habis pikir jika diusia seperti dirinya masih mempercayai adanya peri hutan yang seingatku namanya tinker-tinker bell?

"trililing trilililing dengan ini kau akan tumbuh besaaaar" ia mengayunkan sendok besi sebagai tongkat, sedangkan ia berjinjit ria diatas ranjang rumah sakit. Dia mungkin menghina postur tubuhku, tapi mengingat aku lebih waras dibanding dirinya jadi aku urungkan untuk memakinya.

"Ugh kenapa tidak tumbuh?"

"Jungkook ayo cepat turun kau bisa jatuh" ujarku harap-harap cemas, ia memandangi 'tongkat' nya cukup lama lalu tiba tiba tubuhnya tersentak keatas ranjang lalu menangis seperti orang yang paling menderita didunia.

"Mungkin umma mengutukku hiks aku-aku- tidak berguna!" Hal yang tidak aku anitisipasi, ia memukul kepalanya dengan sendok itu beberapa kali, tentu saja aku mencoba melerainya dengan sendok, aku tidak mau Namjoon Hyung marah karna pasiennya terluka. "Aku tidak berguna thomas-lepaskan aku lepaskan akuuu!"

Siapa lagi itu thomas-_-

Jungkook terus saja meraung seperti ahjumma yang kehilangan harga dirinya, beberapa suster datang untuk membantu tapi tidak berpengaruh, "cepat panggilkan Namjoon hyung!" Seruku pada salah satunya, ia mengangguk dan langsung menekan telpon yang berada di dinding kamar.

Tak berapa lama Namjoon datang, aku sedikit bernafas lega melihat makhluk itu. Tapi aku lupa jika sedang memegangi tangan Jungkook hingga ia lepas dan berlari kesudut ruangan.

"KAU BRENGSEK!" Teriaknya membuat ku kaget, ini bukan Jungkook yang beberapa menit bersama ku tadi.

"Jungkook, tenanglah tenang" Namjoon menenangkan, sedikit demi sedikit menghapus jarak, ia juga memberi aba-aba padaku agar berjaga di sisi kirinya. "KALIAN BRENGSEK! JANGAN MENDEKAT ATAU AKU AKAN BUNUH DIRI!" Ia mengacungkan sendok tadi ke dahinya layaknya pistol yang siap untuk menembus kepalanya kapan saja. Aku terikikik, namjoon menapku seperti laser, membuatku diam seketika.

Sedikit demi sedikit kami bisa mendekatinya, aku menahannya dari belakang sedangkan Namjoon siap dengan suntikan obat penenang.

Perlahan namun pasti tubuh Jungkook berubah seperti Jelly, ia jatuh bersandar padaku. Nafasnya terengah, mungkin ia kelelehan. Dengan di bantu namjoon dan suster yang tadi kami menidurkan dirinya di ranjang.

"Sebenarnya sakit apa dia?" Tanya ku penasaran, sambil memungut sendok miliknya tadi yang jatuh kelantai.