Nagi : Halo, semuanya!
Scarlet : Masih ingat dengan kami?
Nagi : Karena kami sudah membuat kisah dari Kingdom Jin, kami akan membuat cerita dengan latar asal mula Jin.
Scarlet : Ya, dimana lagi kalo bukan Wei!
Nagi : Kalian pasti tau bocoran tentang karakter favorit Scarlet-chan sebelum mengenal Jia Chong.
Scarlet : JUN YI!
Zhang He : Eike disini, cyiiiiiin!
Scarlet : Kamu mau ga di-make over?
Zhang He : Empang, mau di-make over kaya gimana, neeek?
Scarlet : (cetekin gunting)
Zhang He : TIDYAAAAAK! JANGAN RAMBUT EIKE!
Cao Pi, Guo Jia, Yue Jin, Li Dian : (nari ala iklan Sn*ckers) Mulai ngawur... Mulai ngawur...
Nagi : Daripada tambah ngawur, yok langsung CEKIDOT!
Dynasty Warriors, belongs to Koei.
Rate : T
Genre : Drama/Tragedy(karena akan terjadi penyiksaan berlebihan)
Starring Chara : Zhang He
Summary : Zhang He adalah seorang murid kelas XI yang rajin di-bully oleh penghuni kelas XI-Wei di AKBDW. Ia menginginkan sebuah perubahan dalam hidupnya, namun tak tahu harus memulai dari mana...
WARNING! Sekong alert! Yang merasa normal, mohon untuk tidak marah, apalagi balas dendam sama para Author. Maklum, namanya juga Zhang He...
.
.
Nagi & Scarlet, presents...
.
The New Guy
.
Prolog
-Zhang He's PoV-
Haihai! Pasti ada yang kenal dong sama eike yang manis imut nan menawan ini...
Kan kata pepatah, "Tidak kenal, maka tidak sayang". Jadi, eike mau kenalan dulu biar kalian sayang sama eike.
Nama eike Zhang He. Eike murid kelas XI-Wei. Tinggalnya, ya di asrama Wei. Kalian pasti sudah tau, eike sekong, eh, maksudnya suka banget yang namanya pelajaran seni budaya. Nilainya seratus terus deh, boooo!
Tapi ya, eike lama-lama rada kesel juga sama penghuni asrama Wei. Kemaren ya, cyiiin, eike mau nyiapin pelajaran, eh malah dijejelin ke dalem loker. Mana lokernya sempit, booo!
Emang manusia normal aja yang punya perasaan? Sekong gini, eike juga punya perasaan! Cuma ga tau keluarinnya kaya gimana...
-Zhang He's PoV : off-
"Idih, udah deh! Kalian ga bosen ngerjain eike mulu? Bukannya masih banyak sasaran empuk?", kata seorang lelaki rambut ponytail berseragam ungu yang baru saja dilempar ke tempat sampah dengan nada melambai.
"Kita tau, tapi rasanya ga afdol kalo belum ngerjain kamu!", kata seorang lelaki tubuh mungil dengan gaya rambut berantakan sambil tertawa bersama ketiga temannya.
"Zhang He bencong... Zhang He bencong...", sorak keempat lelaki itu diikuti dengan nada iklan Sn*ckers.
"DIAAAAAAAAM!", teriak lelaki yang terbuang itu. "KALIAN JAHAT! KELUARIN EIKE!"
Lelaki yang dipanggil Zhang He itu terus berteriak, namun tak seorangpun mendengarnya. Hingga akhirnya, dia seorang diri di koridor kelas XI-Wei. Di dalam tempat sampah yang kotor, tanpa keberadaan orang di sekitarnya karena bel masuk telah berbunyi. Dan lelaki itu masih belum berkutik dari tempat sampah.
Hingga tiba-tiba, seorang lelaki berseragam merah dan berambut agak gondrong yang diikat separuh melihat Zhang He terpuruk di tempat yang hina itu.
" Hei, kau tidak apa-apa disana?", tanya lelaki itu.
"Ah, siapa itu? Keluarin eike dong!", kata Zhang He.
Lelaki berseragam merah itupun langsung berusaha untuk menarik kaki Zhang He. Namun yang didapati adalah sampah-sampah yang mengotori tubuh mereka berdua.
"Ah, terima kasih. Sotong saposeh?", kata Zhang He berterima kasih pada lelaki tersebut.
"Maaf, aku lupa. Namaku Sun Quan, kelas XI-Wu. Kita sebelahan aja kok...", jawab lelaki yang menyebut dirinya bernama Sun Quan. "Ngomong-ngomong, kamu di-bully lagi?"
"Begitulah. Padahal rambut eike baru abis keramas kemaren...", kata Zhang He membersihkan sampah yang mengotori rambutnya.
"Oh, iya. Aku jadi lupa menanyakan namamu. Hihihi...", kata Sun Quan dengan wajah polosnya.
"Ah, kamu ini bisa saja. Eike Zhang He.", Zhang He memperkenalkan dirinya. "Kamu kenapa mau bantu eike? Bukannya orang-orang Wu hanya memikirkan teman sekelasnya sendiri?"
Mendengar itu, Sun Quan menghela napas panjang. Lalu ia berkata, " Aku juga pernah seperti dirimu. Hanya orangnya yang berbeda. Aku justru dikerjai oleh si Landak Gan Ning."
"Gan Ning? Anak berandal yang suka dipanggil sama Pak Cao Cao ya?", kata Zhang He heran.
"Benar. Aku diperlakukan seperti seorang banci yang penakut...", Sun Quan mendadak murung karena mengingat kembali masa lalunya.
"Dimasukkan ke dalam loker, dilempar ke tempat sampah, bahkan dipakaikan busana perempuan...", kata mereka serempak.
"Kita sehati!", kata Zhang He seraya memeluk Sun Quan dengan erat. "Aduh, maaf. Terlalu bersemangat..."
"Tunggu, bukankah yang menyiksamu itu Cao Pi dan antek-anteknya?", tanya Sun Quan.
"Memang. Tapi mentang-mentang bokapnya Cao Pi kepala sekolah, dia memanipulasi keadaan. Depan Pak Cao Cao, dia baik banget. Diluar, berbahaya. Kalau aku menghajarnya, dia malah mengadu..."
"Itu tak bisa dibiarkan!", Sun Quan mendadak marah. "Oh, ya. Lanjut nanti saja. Aku harus masuk kelas..."
Dan mereka berdua berpisah untuk mengikuti pelajaran masing-masing...
.
.
Seharusnya kita akan SKIP menuju waktu pulang sekolah. Tapi tidak akan seru jika kita belum melihat kisah selajutnya di kelas XI-Wei, kelasnya Zhang He. Kebetulan saat itu sedang jam kosong.
Dan lagi-lagi, seorang lelaki bertubuh mungil mengejek Zhang he yang sedang melihat jam di hapenya berhubung tidak ada jam dinding di kelasnya dengan berkata, "Hei, kawan-kawan. Zhang He sedang membuka hapenya tuh..."
"Memangnya dia sedang apa?", tanya seorang lelaki rambut coklat dengan rambut agak klimis nan rapi ala ketua kelas.
"Dia sedang menelpon pacarnya!", sahut salah seorang yang berambut pantat bebek dan berwajah polos.
"Bagaimana caranya? Dia 'kan bencong!", kata seorang lelaki rambut pirang membalasnya.
"Oh, iya. Nasib Jomblo Ngenes, eh, Banci Ngenes!", kata lelaki ketua kelas itu lagi. Diakiri dengan mereka berempat yang tertawa terbahak-bahak.
'Mereka...', pikir Zhang He dalam hati.
Lelaki jangkung yang kesal itupun langsung mengangkat seorang lelaki rambut cokelat yang dia anggap sebagai provokatornya.
"Cao Pi, apakah kau sudah puas mengejekku? Kapan kau berhenti? Sebagai anak kepala sekolah seharusnya kamu jaga sikap! Aku bisa menghajarmu dan teman kurcacimu sekarang juga jika kau bukan keturunan orang terpandang!", kata Zhang He marah dengan nada yang tidak lagi melambai.
"Lakukan saja kalau bisa...", kata lelaki yang dipanggil Cao Pi tersebut.
Selang beberapa detik, seorang lelaki berkumis keren dan berambut hitam legam bergaya mirip Pak Lu Bu, guru olah raga terkejam di AKBDW. Tak lain dan tak bukan, dia adalah Pak Cao Cao.
Otomatis, mereka berdua kaget dengan kehadiran sang kepala sekolah.
"Cao Pi, Zhang He...", kata Pak Cao Cao. "Ke ruangan saya. SEKARANG!"
.
.
.
"Dia yang mulai duluan, Pak!", kata Zhang He mendengar Cao Pi yang mengadu duluan pada ayahnya.
"Ayah, dia berbohong. Aku dipukul duluan!", kata Cao Pi membela sambil memasang wajah polos.
"Tapi, Pak. Untuk apa saya yang sering dia panggil bencong mukul dia duluan? Saya masih punya hati!",bantah Zhang He.
"Apa benar begitu, Anakku?", tanya Pak Cao Cao.
"Dia bohong. Aku yang dimasukkin ke lokerku sendiri, dia tidak mau menolongku!", bantah Cao Pi sambil memasang wajah memelas.
"Pak, yang bohong itu dia!", kata Zhang He seraya menunjuk Cao Pi.
"Cukup. Kamu sudah merendahkan anak saya. Sudah jelas anak saya tidak melakukan apa-apa padamu!", kata Pak Cao Cao menghentikan pembicaraan.
"Tapi Bapak sendiri belum melihat kejadian sebenarnya!", Zhang He terus membela dirinya.
"Omong kosong!", kata Pak Cao Cao. "Zhang He, kamu saya persilakan keluar dari sekolah ini dan mencari sekolah lain yang berhak menerimamu..."
KRETAK!
"Di...Dikeluarkan?", kata Zhang He dengan tatapan kosong.
"Benar. Sebagai Kepala Sekolah dan wali kelasmu, saya malu dengan anak seperti dirimu. Jadi, kemasi barang-barangmu, tinggalkan asrama Wei dan sekolah ini!", kata Pak Cao Cao menyerahkan sepucuk surat pengeluaran.
Akhirnya, dengan perasaan menyesal, Zhang he yang malang meninggalkan sekolah yang dicintainya itu. Namun, Ia tak berani pulang. Lelaki ini justru pergi ke losmen Wu untuk berpisah pada teman barunya, Sun Quan...
.
.
~TBC~
Nagi : Garing? Gaje?
Scarlet : Jangan lupa review untuk chapter berikutnya!
