Summary

Draco Lucius Malfoy, pangeran Slytherin berdarah biru pengidap kanker otak yang divonis tidak akan hidup lebih lama lagi. Hidupnya terasa semakin dekat dengan kematian saat Hermione Granger seorang artis terkenal selalu mengganggunya. Beruntung ada gadis lain yang menyejukan hati sang pangeran, Cho Chang.

Diagon Alley, sebutan populer salah satu kawasan di sekitar Hogsmeade, London. Sebuah pusat ekonomi yang lokasinya mencakup The Leaky Couldron ; bar dan hotel bintang lima, Gringgots bank, Centaur Park, Madam Malkin's departement store dan ratusan kios, restaurant dan toko yang berlomba-lomba menjual segala hal.

Kawasan sibuk didominasi oleh bangunan megah berarsitektur Inggris modern, surga bagi para remaja dan wanita berkantung tebal penggemar merk mahal. Kawasan yang tak pernah membosankan jika hanya untuk menghabiskan uang dan bersenang-senang. Apalagi di akhir pekan seperti ini, jalanan dipenuhi pejalan kaki dan mobil-mobil mewah. Beberapa pria muda sibuk menggoda para gadis, sebagian memilih Arcade untuk menghabiskan sisa uang mingguan. Sedangkan para gadisnya sibuk dengan kantung belanja yang bahkan lebih dari enam buah, yang lain berakting ceria sambil memamerkan fashion style bersama kelompoknya, sengaja menarik perhatian ratusan pasang mata yang berlalu lalang.

Draco Malfoy mendengus bosan untuk kesekian kali melihat semua kesibukan itu dari balik kaca Florean Fortescue's Ice Cream Parlour. Alih-alih menghibur rasanya pemandangan itu membuatnya semakin pusing.

Lucius Malfoy―ayahnya, sepuluh kali dalam sehari ini terus meminta Draco melakukan operasi pengangkatan kanker otaknya. Stadium awal, yang berarti kesempatan si rambut pirang untuk hidup masih terjamin 95%.

Bukan mengiyakan, Draco bersikeras menolak operasinya tanpa Narcissa Malfoy di sana. Kanker itu berada di Lobus Temporal, resiko besar pengangkatannya adalah ingatan yang hilang, Draco tidak bisa membiarkan dirinya melupakan wanita yang telah melahirkannya.

Narcissa menghilang sejak usia Draco 10 tahun. Wanita itu pergi tanpa pesan, meninggalkan Draco terbangun sendiri di kamarnya. Ia pernah bertanya pada Lucius, tapi pria yang sangat mirip dengannya itu menjadi sangat tempramental jika Draco bertanya tentang ibunya.

Ia tidak mengerti, tapi kepergian Narcissa pasti berhubungan dengan sikap Lucius yang gemar menghamburkan kekayaan mereka untuk wanita-wanita murahan. Ibunya pasti frustasi, sama seperti dirinya, sangat frustasi.

Draco semakin frustasi saat gadis berponi rata yang biasa berada di dalam toko bunga di seberang sana tidak ada. Gadis pemilik senyum manis yang menenangkan hati Draco hanya dengan menatapnya dari sini, mungkin terkesan berlebihan tapi tidak berlaku untuk hati yang sedang ditumbuhi benih cinta.

Seingat Draco ini pertama kali gadis itu tidak ada di sana sejak ia melihatnya satu tahun yang lalu, perasaan pemuda berdarah ningrat itu sedikit resah hanya dengan memikirkan ketidakhadiran si gadis. 'Apa dia sakit?', 'Apa aku datang terlambat?', 'Apa dia pindah?' pertanyaan seperti itu terus saja berputar di kepala pirangnya menciptakan kerutan halus di dahinya.

Langit di luar sudah mengganti warnanya dari biru cerah menjadi jingga menggelap. Siswa tahun ketiga Hogwarts Boarding Schooll itu mengacak helaian pirangnya, menghela napas dan menghembuskannya kasar.

'Seharusnya aku bertanya siapa namanya.' Ia menggumam dalam hati. Sejauh ini memang ia tidak pernah berbuat banyak untuk lebih mengenal gadis itu, bukan tidak ingin, ia hanya tidak tau bagaimana caranya. Draco sama sekali tidak berbakat soal ini.

"Permisi , apa aku perlu memanaskan Quiche-mu?"

Suara ringan yang berasal dari pria jangkung salah satu pelayan kafe sedikit membuat Draco terhenyak kembali ke dunia nyata. Otomatis iris keabuannya melirik sebentar Quiche di mejanya― kue panggang dengan isian bacon, cheese, salmon dan bayam yang sama sekali belum disentuhnya lalu menggeleng, "Tidak usah Mac, aku segera pergi." Beruntung ia punya bakat alami untuk menyembunyikan ekspresinya jadi pria itu tidak menyadari dan Draco Malfoy akan tetap menjadi sosok sempurna yang berkelas.

Pria bertagname Morag MacDougal itu mengangguk. Saat akan berbalik berniat pergi seorang wanita berkaca mata hitam menabrak bahunya dan berlalu begitu saja sambil berkata, "Tahan dirimu di situ Mac." Morag menautkan alis, menunggu apa keinginan gadis berpakaian modis yang berjalan anggun kemudian dengan anggun pula mendudukan diri di samping Draco yang hanya memperlihatkan ekspresi datar.

"Pria tampan ini kehabisan minumannya." Bibir merah itu merekah angkuh saat melihat gelas Draco yang hampir kosong. Lalu dengan menawan dan berkelas ia turunkan Prada Ornate berbingkai bulatnya di tulang hidung sambil mengedipkan sebelah matanya ke Morag.

Mulut pria itu menganga melihat wajah dibalik kacamata nyentrik yang sepertinya sengaja untuk menyembunyikan siapa dirinya.

Hermione Granger, artis muda, cantik dan terkenal, rumornya ia mempunyai kontrak termahal setara artis senior. Wajahnya yang cantik setiap menit muncul di TV, hampir setiap hari menghiasi sampul majalah fashion ternama, ia juga menjadi brand ambasador banyak brand premium. Ia artis pujaan remaja pria dan kecantikannya menjadi standart kecantikan baru bagi remaja wanita.

Hampir saja Morag mengumumkan pada puluhan pengunjung ada Hermione Granger di kafenya, tapi sebelum hal itu terjadi dan membuat kehebohan yang merepotkan Hermione lebih dulu menaruh telunjuk lentik di bibirnya menghentikan Morag. Beruntung pria itu tersenyum mengangguk tanda ia paham.

Detik berikutnya tangan berlapis red coat berkerah lebar gadis berusia 18 tahun itu sudah melingkar manis di lengan Draco yang kurang nyaman dengan kedatangan sang artis.

Hermione tak acuh dan mulai memesan. "Berikan satu pot vanila ice cream untukku dan grande chocofloat tanpa gula dengan taburan mint bertie bott's untuk pria tampan ini." Pesannya. Itu minuman favorit Draco, Hermione tau Malfoy satu ini tidak suka makanan manis.

"Dan bawa makanan ini, ganti dengan dua porsi yang baru dan hangat. Aku punya katalog Burberry terbaru berisi tanda tanganku, akan aku berikan satu untukmu." Tambahnya lagi dengan mata berbinar dibalik Prada Ornate bulatnya.

Morag jelas tampak antusias "Yes Senorita, silahkan tunggu pesanan anda." Setelah mengatakannya ia membereskan meja lalu pergi meninggalkan dua orang dengan warna rambut berbeda itu di sana.

"Miss Granger tolong lepaskan tanganmu." Draco berbisik memindahkan tangan Hermione dari lengannya yang berlapis blazer Hogwarts dengan emblem Slytherin, namun si rambut cokelat hanya bergeming sambil mengeratkan pelukan.

"Kau menolak lagi pemotretan iklan denganku?" tatap Hermione tak percaya.

Sementara pria itu hanya menghela napas malas, "Maaf aku tidak bisa, minggu depan adalah ujian kelulusan. Dan seharusnya kau juga fokus Miss Granger. Aku pergi." ia berdiri dari kursi mengambil mantelnya, namun tangan halus Hermione lebih dulu menarik kasar lengan Draco, terpaksa membuat si Malfoy junior kembali.

"Come on Draco! Kau baru saja menolakku?" rajuknya sambil menatap wajah datar Draco. "Dan sudah tiga kali! Kau menolak iklan bersama Hermione Granger. Oh! Apa kau ini laki-laki?" katanya lagi mencoba memprovokasi.

Draco membalas tatapan Hermione dingin. "Aku sudah mengatakannya padamu Miss Granger, aku terlalu sibuk untuk ini."

Hermione malah tersenyum menggoda, mendekatkan wajahnya sampai Draco bisa mencium bau harum dari pipi merah muda itu. Sedikit terbelalak ia memundurkan wajah tampannya. "Ayolah Draco, aku melihatmu beberapa kali berada di sampul depan majalah bisnis bersama Ayahmu. Bahkan dalam edisi Putra para pengusaha kaya yang terbit minggu lalu kau muncul di sampul seorang diri. Hugo akan membuatkan jadwal yang tidak akan mengganggu ujian kita. Kau tau siapa Hugo? Dia malaikat bertangan ajaib yang membuatku terkenal. Dan sekarang dia menginginkanmu, dia akan membuatmu menjadi artis besar sepertiku. Hugo sudah memprediksi nama besarmu, artis dan juga Putra seorang pengusaha kaya itu terdengar sangat menakjubkan." ocehnya bersemangat seperti tidak bernapas saat menceritakan kepala agensi sekaligus managernya itu.

"Aku tidak tertarik Miss Granger, dan berhenti memanggilku Draco! Kita tidak seakrab itu!" Draco menaikan suaranya mulai tak sabar, dan itu membuat Hermione sedikit panik sambil melirik kanan-kiri memastikan pengunjung kafe tidak memperhatikan mereka.

"Bersikaplah normal Draco, jangan membuat semua jadi rumit atau mereka akan membuat rumor tentang kita, aku tidak mau karirku hancur karena mereka cemburu padamu." Hermione berbisik percaya diri.

Draco menganga takjub kemudian mendengus geli mendengarnya. Gadis ini gila, dia yang menempel padanya lalu mau menyalahkannya jika ada rumor tentang mereka. Dan sekarang setelah mengatakan hal tidak masuk akal gadis gila ini meletakan kepalanya di pundak Draco, tersenyum menatap wajah pucatnya seperti manusia prasejarah yang tidak pernah melihat pria tampan seperti Draco Lucius Malfoy. Draco bertanya dalam hati, siapa yang tidak normal di sini?

"Bagaimana apa kau setuju?" Draco diam. Kepalanya sebentar lagi mendidih. "Aku bisa saja meminta Hugo untuk menaikan harga kontraknya? Dia pasti setuju dia berjanji akan membuatmu lebih terkenal."

"Ck! Berhenti menggangguku Gran-ger." Draco mengeraskan rahang memberikan tekanan pada nama gadis itu. "Dan katakan pada Hugo-mu itu aku tidak tertarik!" tatapnya tajam.

Tidak terintimidasi oleh tatapan Draco, putri dokter itu tidak menyerah dan masih bergelayut manja. "Ayolah Draco jangan menolak la―"

"BERHENTI MENGGANGGUKU GRANGER!" Kali ini bentakan menyerupai sambaran petir di langit cerah berhasil membekukan Hermione Granger yang sebelumnya berjingkat hampir mati. Sementara Draco sudah berdiri dari tempatnya dengan wajah memerah. Tapi tidak butuh satu menit untuk membuatnya sadar teriakannya telah menarik perhatian puluhan pasang mata pengunjung untuk menatap ke arah mereka. Sadar menjadi pusat perhatian Draco menelan ludah dan mengatur napas. Detik berikutnya ia mulai mendengar bisik-bisik halus menyerupai hembusan angin.

Dan semuanya menjadi rumit saat Hermione mulai menangis dan melepaskan kacamata nyentriknya sambil berteriak, "Kau menyakitiku Malfoy!"

Kali ini Draco tidak bisa mengontrol ekpresinya, ia terkejut sampai harus membuka mulutnya lebar-lebar―ekspresi langka yang mungkin hanya akan ia keluarkan seribu tahun lagi. Wajahnya memucat, tangannya terangkat bingung. Apa yang harus dilakukannya sekarang, ini bukanlah kondisi yang baik.

"Woah! Apa itu Hermione Granger?" celetuk salah seorang dan memancing rasa penasaran yang lain.

"Miss Grangger dan kekasihnya Draco Malfoy?" sahut yang lain.

"Putra Lucius Malfoy pengusaha kaya itu? Jadi rumor tentang mereka benar?"

'Shit!' Draco mengumpat dalam hati. Melirik Hermione berharap dia membantunya menghadapi orang-orang ini, tapi ternyata gadis gila itu masih menutup mulutnya dengan punggung tangan meredam suara tangis yang Draco yakini hanya tangis palsu. Draco mungkin akan lari saja dari tempat terkutuk ini.

"Mr Malfoy apa yang anda lakukan pada Miss Granger?"

"Dia membuatnya menangis." Sahut salah satu pemuda.

'Holyfucking shit!' rahang Draco mengeras, rasanya ia ingin sekali mengubur diri hidup-hidup, apalagi saat menyadari tatapan ingin tahu dari orang-orang mulai berubah menjadi tatapan sinis yang menusuknya dari berbagai arah. Jadi sekarang dia sumber masalahnya? Draco Malfoy yang membuat artis pujaan mereka menangis? Jika pergi meninggalkan Hermione, pasti ia akan dituduh pecundang dan masalahnya akan semakin besar.

"Beri kami jalan!" Suara yang baru saja terdengar mengalihkan perhatian beberapa orang termasuk Draco, iris berwarna granitnya terbelalak saat melihat juru kamera membelah kerumunan yang entah sejak kapan sudah terbentuk seperti ribuan lebah madu.

"Fuck!" Tanpa pikir panjang ia menarik tangan dan menyeret Hermione pergi berniat keluar melalui pintu dapur.

"Kejar mereka mate! Ini berita besar!"

'SHITT!'Sekali lagi Draco mengumpat mendengar para pencari berita itu tidak menyerah.

"Di mana pintu keluarnya? Beri tahu aku di mana pintu keluarnya!" Sambil terus berlari Draco bertanya pada setiap pelayan Kafe yang ia temui, ia mempercepat langkah mengabaikan Hermione yang dengan stilettonya bersusah payah menyamakan langkah dengannya.

Bahkan ia hampir menabrak Morag yang sedang membawa pesanan mereka, namun Draco dan Hermione hanya melewatinya.

Dengan wajah keheranan pria itu sedikit berteriak, "Mr Malfoy pesanan anda―"

"Aku akan membayarnya besok mac." Potong Draco membiarkan pelayan yang sudah dikenalnya itu mengedikan bahu dengan kedua sudut bibir melengkung ke bawah.

THE SPIRIT CARRIES ON

/ 2016

Harry Potter by J.K Rowling | DracoHermioneCho

Author : Hyugazumaki

Genre : Romance, Drama, Angst (maybe).

Rate : M

Warning : AU, OOC, Typos, Mature Themes, etc. | Jika ada kesamaan ide mohon dimaklumi.

MATURE CONTENTYOU HAVE BEEN WARNED!

"Akhh! Draco sampai kapan kita akan lari?!" tanya Hermione mulai kepayahan dibelakang Draco dengan short dress dan high heels mahalnya. Draco diam tak berniat menjawab, ia masih menarik kasar tangan Hermione melewati gang-gang sempit dan gelap menghindari kejaran wartawan.

"Drac-?!"

"Sampai Hogwarts." PotongDraco singkat.

"What?" Hermione menganga setengah tak percaya. Hogwarts sekolah sekaligus asrama mereka berjarak puluhan meter dari sini memakan waktu sekitar 15 menit jika ditempuh dengan kereta, tidak mungkin mereka lari sampai sana.

"Kau gila!" ia menarik tangan dan berhenti dengan napas terengah, mau tidak mau Draco juga berhenti untuk menatap Hermione yang tampak berantakan dengan keringat yang membasahi wajah dan lehernya, keadaan yang tidak jauh dari Draco saat ini.

"Kau bilang aku gila?" tanya Draco menunjuk diri sendiri mencoba sabar. "Puluhan wartawan menunggu di jalan, kau pikir mereka akan berhenti sampai di sana? Kau yakin di stasiun tidak akan bertemu dengan mereka lagi?" ia menatap Hermione yang mendelikan iris hazel padanya.

"Kita bisa menunggunya di sini Draco, aku akan menghubungi Hugo untuk menjemput kita." Tidak sejalan dengan Draco cepat-cepat Hermione melihat kesamping mencari tas yang selalu bertengger manis di pundak kecilnya, tapi sayang dia tidak menemukannya di sana. "Ooou! Ini gila Draco, aku meninggalkan tasku di Florean Fortescue's!" ia menjerit tak percaya. Sementara si pirang hanya mengendikkan bahu tidak peduli.

"Bagaimana dengan ponselmu?"

Draco menggeleng, "Aku meninggalkannya di asrama, benda itu membuatku hampir gila karena puluhan panggilan dan pesan darimu."

Kali ini Hermione memasang wajah sedih. "Apa aku benar-benar mengganggu hidupmu?"

"Berhenti memasang wajah itu, ini bukan saatnya berakting Miss Granger." Draco memberi peringatan. "Kita pergi dari sini." Lanjutnya kemudian berbalik melangkah pergi.

"Kau saja!"

Langkahnya terhenti oleh jeritan Hermione. Kesal ia berbalik menunggu gadis yang hanya bergeming di tempat itu. "Hugo pasti akan menemukanku!" dan kali ini Draco mengusap wajah diteruskan dengan mengacak rambut pirangnya frustasi.

"Terserah kau saja Granger." Balasnya putus asa. Kemudian berbalik lagi meninggalkan Hermione dengan wajah merajuk di belakangnya.

Tidak ada jawaban apapun lagi dari Hermione. Setelah beberapa menit Draco sengaja memperlambat tungkainya menunggu si gigi kelinci. Ia tidak mungkin berjarak terlalu jauh dengan gadis itu di tempat seperti ini. Tapi nyatanya gadis yang selalu mengganggunya itu benar-benar tidak bersuara seolah menghilang.

Berpikir tidak mungkin meninggalkan seorang gadis sendirian di tempat gelap dan sepi, Draco memutuskan untuk melihat Hermione. Ia mengumpat saat melihat jaraknya dengan Hermione terpaut puluhan meter. Bahkan gadis berambut cokelat itu sama sekali tidak beranjak dari tempat mereka bicara sebelumnya, Hermione duduk dengan lesu di bawah lampu jalan yang redup dan hampir padam.

Setelah menggeram kesal Draco berlari mendekati Hermione, gadis itu benar-benar membuatnya dalam masalah, dan setelah mimpi buruk ini berakhir Draco bersumpah tidak akan sudi lagi berurusan dengan gadis yang mengganggu hidupnya selama tiga tahun ini.

"Karena sangat ingin bersamaku aku kira kau akan mengikutiku Miss Granger." Kata Draco sesaat setelah sampai di hadapan Hermione.

Mata hazel Hermione menangkap sepasang sepatu hitam formal yang sudah ada hadapannya. Ia mengangkat kepala perlahan mendapati Draco dengan kedua tangan yang sudah berada di pinggang, sedang memberinya tatapan malas. Hermione malah membalasnya dengan senyum lemah, "Karena kau selalu menolakku aku kira kau akan meninggalkanku di sini Mr Malfoy."

Dahi Draco sedikit mengernyit, meski Hermione sedang tersenyum dan terdengar membuatnya kesal tapi wajah satu juta dolar itu tampak lebih pucat dari sebelumnya. Ia bisa memastikan Hermione sakit.

"Karna aku tau kau seorang Malfoy, kau pasti kembali. Ayo kita jalan lagi." Masih tersenyum Hermione memasang gesture agar Draco membantunya berdiri. Tanpa mengubah ekspresi Draco meraih rentangan tangan berkuteks merah itu, dan ia merasa telapak halus Hermione benar-benar dingin tidak normal.

"Ah... seperti yang kau katakan, asal denganmu aku akan ikut kemanapun kau pergi. Kupikir di sini memang menyeramkan." Kata Hermione lagi. Kali ini dia sudah berdiri tapi Draco mendapati wajah Hermione semakin pucat dan tubuhnya gemetar.

"Miss Granger kau baik-baik saja?" tanyanya memastikan.

Hermione tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja, aku baik-baik saja. Kau menghawatirkanku?"

"Kau pucat dan berkeringat dingin."

"Kalau aku sakit apa kau mau menggendongku?" goda Hermione. Draco mendengus memalingkan wajahnya lalu mulai melangkah. Ia merutuki dirinya sendiri karena sudah khawatir dengan kesehatan Hermione, seharusnya ia tahu itu adalah sebuah kesalahan.

"Cepatlah, aku tau jalan pintas ke stasiun tanpa harus melewati jalan raya."

"..."

Lagi-lagi tidak mendapat jawaban dari Hermione ia berhenti, tidak lama telinganya mendengar debaman kecil seperti orang terjatuh. Draco berbalik, iris keabuannya melebar saat mendapati tubuh Hermione sudah tergeletak di permukaan jalan yang rusak. "Granger!" ia berteriak, melesat begitu saja menghampiri Hermione yang pingsan.

"Granger!" dengan panik Draco mengangkat dan meletakan kepala Hermione di tangan kirinya. "Granger! Hermione Granger kau mendengarku?!" teriaknya menepuk-nepuk pelan pipi halus itu, tapi Draco tidak mendapat respon. Ia letakan kedua jarinya di depan hidung Hermione, memeriksa nadi di pergelangan tangan juga lehernya.

"Shit!" Draco mengumpat, ia hampir tidak menemukan napas dan denyut nadi Hermione. Cepat-cepat ia baringkan tubuh lemah itu di tempat datar lalu meletakan salah satu telapak tangannya di dada hermione diikuti satu tangan di atasnya kemudian menekan berkali-kali dengan kuat. "Bernapaslah Hermione! Kumohon bernapaslah!"

Tidak sampai di situ dengan cekatan Draco mendongakan kepala Hermione kemudian menutup hidungnya lalu meniupkan udara melalui mulutnya ke mulut Hermione.

"Kumohon bernapaslah Hermione!"

Respon tak kunjung didapatkan, Draco semakin panik, keningnya penuh peluh. Sekali lagi Draco mengulangi pertolongan pertamanya.

Untuk yang ketiga kalinya Draco meniupkan udara ke mulut Hermione, perlahan kelopak dengan bulu panjang nan lentik itu terbuka lemah. Draco tak sempat menghidar saat iris hazel Hermione bertatapan dengan iris keabuannya tepat disaat bibir keduanya masih menempel.

"Kau menciumku?" kata Hermione lirih. ia masih sempat tersenyum menggoda di saat seperti ini. Dan Draco yang tersadar cepat-cepat mengangkat kepalanya dengan wajah canggung.

"Syu-syukurlah kau bernapas Granger." balasnya mencoba bersikap senormal mungkin lalu membantu Hermione duduk. "Kau benar-benar tidak masuk akal." Dengusnya.

Sementara Hermione masih menatapnya dengan tatapan memuja, "Kita sudah berciuman Draco."

"Ck berhenti memikirkan hal konyol, kau benar-benar membawaku ke dalam masalah Granger. Bagaimana kau bisa pingsan? Ini merepotkan."

"Mungkin karena jantungku berdetak terlalu cepat jika di dekatmu."

Draco benar-benar muak dengan gadis ini, ia menatapnya dengan tatapan tak percaya. "Aku membencimu Granger, seharusnya aku membiarkanmu sekarat."

Bukan marah atau bersedih Hermione tersenyum lemah. "Kenyataannya kau menolongku Malfoy."

"Kh." Draco memalingkan wajah tak tahu lagi, lalu berdiri meletakan tangan di pinggang. Mendongak ke atas menghirup udara dingin dalam-dalam tanpa berniat meninggalkan Hermione lagi.

TBC

A/N : Holaaa... ini fic pertamaku di fandom Harry Potter. Fic ini pernah me ikutkan event lomba nulis di suatu tempat tapi tidak terlalu dinikmati. Dan daripada tersimpan aja di laptop mending dipublish di sini juga biar gak ilang. Semoga tidak terlalu mengecewakan. Kritik dan saran ya...

Lalu buat yang nunggu update My Future Husband maaf banget itu dalam waktu dekat mungkin gak akan rilis. Tapi plot sampai ending udah ada kok, tinggal nemuin mood yang tepat buat update.