Tittle : Das Ich
Writer : NaraYuuki
Betta Reader : Hanabusa Hyeri
Genre : Romance, family, angst, hurt, drama, ga jelas seperti yang buat =="
Rate : M?
Cast : Umma dan Appa ^_^ and The Others
Disclaimer: : They are not mine, but this story and Jung Hyunno are mine, NaraYuuki
Warning : Yuuki masih butuh banyak belajar. Kesalahan ejaan dan pemilihan kata harap dimaklumi, Miss Ty bertebaran, tanpa Yuuki edit soalnya lagi sakit malas.Yang ga suka Appa dinistain jangan baca!
.
.
PENCERITAAN NGEBUT JADI JANGAN DIPROTES YA, JEBBAL….
Pastikan baca warningnya dulu
.
.
.
.
"Hyung, dia anakmu?"
Pemilik mata setajam musang yang terbingkai sepasang lensa kaca mata itu tersenyum sembari mengusap pelan kepala bocah serupa dirinya yang tengah asyik bermain dengan miniatur gundamnya, sesekali bocah tampan itu menguap lebar, "Namanya Jung Hyunno..."
"Benar-benar seorang Jung..."
"Bagaimana hubunganmu dengan Tiffany?"
"Jangan bahas itu dulu, Hyung! Ah... aku merindukan Joongie... Bagaimana keadaannya sekarang? Apa Hyung tahu?"
Tap... Tap... Tap...
"Hyungie..." suara merdu itu menarik perhatian dua orang namja yang sedari beberapa menit lalu bercengkerama.
"Joongie?"
Doe eyes itu membulat menatap sosok namja yang tengah menatapnya dengan ekspresi serupa dengan yang diperlihatkannya, kaget.
Bruk!
Dekapan hangat itu membuat si cantik yang tengah memegang amplop coklat besar itu kaku seketika, menyebabkan amplop malang itu jatuh begitu saja di atas lantai.
"Apa Hyung yang memberitahumu kalau aku sudah pulang? Bagaimana kabarmu? Apa kau sehat? Kenapa tidak memberiku kabar sama sekalu, hm?"
Tidak ada sahutan.
Kim Jaejoong, namja cantik itu melepas pelukan namja yang lima tahun lalu pernah menorehkan luka padanya itu pelan, matanya nanar menatap namja tampan berkaca mata yang tengah memangku putra mereka. Ya, putra mereka.
"Tunggu! Sejak kapan kalian saling mengenal? Seingatku aku belum pernah mengenalkan kalian berdua secara langsung."
"Istri yang ku nikahi dan membuatku terusir dari kediaman Jung adalah Kim Jaejoong, Yun."
Mata setajam musang itu mendelik tidak percaya mendengar penuturan sang hyung, kakak yang berusia lima tahun lebih tua darinya, "M... MWO?!"
"Ibu Hyunno adalah Joongiemu..."
"Hyung!"
"Boo, sepertinya uri Hyunno sudah mengantuk." Namja berkaca mata itu mengangkat bocah berusia empat tahun yang beberapa kali terlihat menguap sembari memeluk miniatur gundam kesayangannya, "Tidurkan uri aegya, aku akan bicara pada Yunho."
Sosok cantik pemilik doe eyes dan chery lips merekah itu mengambil putranya, membiarkan namja yang lima tahun terakhir ini menemaninya mengarungi kerasnya dunia itu melumat bibir merah penuhnya sebelum berjalan ke dalam rumah, meninggalkan dua kakak beradik itu bicara.
"Hyung!"
"Apa?"
"Kau menikahi Joongie?" Jung Yunho. Namja yang juga memiliki mata setajam musang itu mengepalkan kedua tangannya, menahan marah.
"Ne. Waegurae?"
"Kim Jaejoong adalah namja chinguku! Dan Hyung tahu itu!" pekik Yunho tidak sabar.
"Kau lupa? Lima tahun yang lalu kau mencampakannya karena tergila-gila pada seorang yeoja jalang bernama Tiffany, dan kini kau masih berani mengakuinya sebagai namja chingumu? Apakah urat malumu sudah putus, Jung Yunho?" namja berkaca mata itu menatap sengit adik yang lima tahun lebih muda darinya, "Pulanglah... Semua tidak lagi sama seperti lima tahun yang lalu, Yun."
.
.
"Argh..." Jaejoong mengerang saat cairan hangat itu memenuhi ladang rahimnya yang mulai menumbuhkan tunas segar. Namja cantik itu mendekap erat tubuh namja yang berada di atas tubuhnya, memeluknya erat. Sangat erat, "Hiks... Hiks..."
"Apakah sakit, Boo?"
Bukannya menjawab, Jaejoong justru semakin mendekap erat suaminya, namja yang menyelamatkannya dari hinanya aib yang sempat dirasakannya. Jaejoong semakin terisak keras hingga napasnya sedikit tersengal.
"Hyungie..."
"Aku di sini, Boo..."
"Jangan tinggalkan aku, jangan campakan aku... Jebbal..." pinta Jaejoong.
"Aniyo Boo... Ani..."
"Hyungie..."
"Ne?"
"Rasanya sakit sekali..." lirih Jaejoong, "Ku mohon sentuh aku... Usir sakit ini..."
.
.
"Lima tahun yang lalu Jaejoong datang ke rumah kita dan mengatakan kalau dia tengah mengandung anakmu. Sepertinya dia pulang sendiri dari Amerika tanpa ke-2 orang tuanya. Appa dan Umma sudah meminta padanya secara baik-baik untuk menggugurkan bayi itu tapi dia menolaknya. Dan hyung bodohmu itu memilh membatalkan pertunangannya dengan Ahra untuk menikahi namja tidak tahu malu itu. Benar-benar anak bodoh!"
Yunho mengusap air matanya yang jatuh bercucuran. Namja bermata musang itu menghujat dirinya sendiri. Betapa bodohnya dirinya yang dulu memutuskan Jaejoong hanya demi Tiffany yang ternyata tidak lebih dari perempuan murahan yang hanya memanfaatkan kekayaannya saja. Betapa bodohnya Yunho yang tidak melihat luka di mata indah Jaejoong kala itu dan membiarkan namja cantik yang sudah dipacarinya sejak SMP itu pulang ke Korea sendirian bersama dengan penderitaan yang dibawanya.
"Mian Joongie... Aku bodoh! Aku bodoh... Mianhae... Aku sudah jahat padamu... Mianhae..."
.
.
"Aigoo! Unno sebentar lagi jadi kakak kenapa masih meminta Umma untuk memakaikan baju, hm?"
"Appaaaaaaaaaaaaaaaa!" pekik bocah tampan berusia 4 tahun itu.
"Ckckckkc... Lihat-lihat..."
"Umma... Appa nakal..." Jung Hyunno kecil merajuk karena digoda oleh sang ayah.
Jaejoong hanya tersenyum, hal seperti ini sudah biasa terjadi setiap pagi sehingga bukan pemandangan baru baginya.
"Boo, kau terlihat sedikit pucat. Apa kita batalkan saja pergi pikniknya?"
"Aniyo Hyungie..." jawab Jaejoong, "Minie bisa mengamuk bila Hyunno tidak ikut jalan-jalan bersamanya. Kalau Minie mengamuk aku juga yang repot karena Suie hyung pasti akan menceramahiku habis-habisan."
"Arra..."
Park Changmin, putra pasangan Kim Junsu yang merupakan kakak Jaejoong dengan Park Yoochun yang kebetulan adalah klien suami Jaejoong. Minie begitu panggilannya berusia enam tahun lebih tua dibandingkan Hyunno. Dua bocah itu selalu menghabiskan akhir pekan mereka bersama, entah pergi piknik, jalan-jalan atau sekedar berkemah di belakang rumah saja.
"Lalu kenapa kita harus membawa bekal sebanyak ini?" namja tampan berkaca mata itu menatap meja makannya yang dibenuhi oleh makanan.
"Apa Hyungie lupa kalau Minie hobi makan?"
"Ah... Ne..."
"Selesai..." Jaejoong tersenyum menatap putra tampannya lekat-lekat, "Anak Umma sudah setampan Appa..."
Ting Tong...
"Mereka sudah datang? Cepat sekali..." gumam Jaejoong.
"Minie hyuuuuuungggg..." Hyunno melompat dari atas kursi kemudian berlari penuh semangat menuju arah pintu masuk rumahnya.
"Hyunno bersemangat sekali... Apakah aku terlalu sibuk sehingga jarang meluangkan waktu untuk mengajak kalian liburan, Boo?"
Jaejoong tersenyum, mengusap wajah tampan suaminya pelan, "Hyungie adalah suami dan ayah terbaik. Gomawo..." diciumnya bibir berbentuk hati itu sebelum berjalan menyusul putranya.
.
.
"Ummaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..."
Jeritan putranya membuat namja tampan berkaca mata yang tengah menata bekal itu seketika lari dengan panik menuju arah pintu depan rumahnya untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Mata musangnya yang terbingkai lensa kaca mata itu membualat melihat apa yang terjadi. Di depan matanya adiknya sendiri nyaris menelanjangi istrinya. Amarahnya mendidih melihat memar pada sudut bibir dan pipi kiri istrinya, seingatnya beberapa menit yang lalu wajah indah itu masih baik-baik saja.
"Hueeeeeeeeeeeeeeeee... Ummaaaaaaaaaaaaaaaa..."
Tangisan sang putra membuat namja tampan itu tersadar dari keterpakuannya.
Buk!
Sekali hantam mampu membuat Yunho tersungkur menubruk kaki sofa di belakangnya.
"Kau apakan kakak iparmu, Jung Yunho?!" bentak namja berkaca mata itu murka, "Kau hampir menelanjangi kakak iparmu sendiri di depan anak berusia empat tahun! Apa kau gila?!"
"Ummaaa..." Hyunno yang ketakutan segera berlari menghampiri sang Umma, memeluk tubuh Ummanya yang gemetaran.
Yunho, namja itu tersenyum meremehkan, menyeka noda darah di sudut bibirnya, "Dia bukan istrimu. Joongie milikku!"
"Jung Yunho!"
"U-Knwon hyung! Terimalah kenyataan! Joongie milikku! Hyunno putraku!"
"Kau gila!" namja berkaca mata itu meraih kerah kemeja Yunho dan mencengkeramnya kuat-kuat, "Pergi dari rumahku dan jangan pernah kembali lagi! Atau... kau akan mati ditanganku! Aku tidak peduli bila kau adikku sekali pun..."
"Kau tidak akan bisa, Hyung... Aku akan mengambil apa yang akan menjadi milikku. Joongie dan Hyunno adalah milikku!"
Jung U-Know, kakak Jung Yunho itu dengan kalap memukul wajah adiknya sendiri berkali-kali. Hingga wajah Yunho memar dan berdarah.
"Appa!"
Jeritan Hyunno menyadarkan dua orang namja dewasa yang tengah diliputi oleh amarah itu. U-Know melihat keadaan istrinya yang tengah gemetaran dan menangis ketakutan. Dengan langkah pelan namja berkaca mata itu menghampiri istrinya.
"Boo..."
Greb!
"Hyungie..." Jaejoong segera menghambur dan memeluk tubuh suaminya erat, menumpahkan kesedihan dan ketakutannya.
Melihat semua itu Yunho bagaikan terhantam batu karang yang besar dan tajam. Hatinya sangat sakit, lebih sakit daripada lebam dan luka sobek yang didapatnya dari sang hyung. Air mata kurang ajar itu mengalir begitu saja melihat namja cantik yang sejujurnya masih sangat dicintainya itu mendekap orang lain. Hatinya terajam sembilu mendengar sosok munggil itu memanggil hyungnya sendiri dengan panggilan Appa. Harusnya Yunho... Harusnya Yunho yang dipeluk sedemikian erat oleh Jaejoong, bukan U-Know. Harusnya Yunho yang dipanggil Appa oleh Hyunno, bukan U-Know. Harusnya Yunho. Ya, Yunho... Seharusnya...
.
.
"Aku jatuh cinta pada Tiffany."
"Begitu? Aku mengerti. Semoga kau bahagia, Yun..."
"Gomawo Joongie... Maafkan aku..."
"Gwaechana... Nan gwaechana..."
Ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttttttttttttttttttttttttttttttt
BRAK!
Bruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuummmmmmmmmmmmmmmm
.
.
Mata musang yang terbingkai kaca mata itu menatap selembar surat yang berada di atas meja ruang kerjanya. Surat cerai.
"Kau tidak mencintainya. Karena itu ceraikan dia dan biarkan Yunho bersamanya!"
"Tidak bisa..."
"Jung U-Know!"
"Jaejoong adalah istriku, dia bukan barang. Seperti apapun masa lalunya bersama Yunho semua itu sudah berakhir. Sekarang Kim Jaejoong adalah istri dari Jung U-Know."
"U-Know! Kau membantah Appa?"
"Anda sbahkan sudah mencoretku dari kartu keluarga anda, mendepakku dari keluarga anda. Tolong jangan usik keluargaku lagi lebih dari ini. Silahkan pergi..."
Plak!
"Dasar anak durhaka!"
.
.
"Joongie! Joongie!"
"Appa... Ahjushi itu celam (seram)... Unno tidak mau ke cini (sini) lagi." Bocah berusia empat tahun itu mendekap erat leher ayahnya yang tengah menggendongnya, menatap ketakutan ahjushi yang mirip dengan ayahnya, ahjushi yang memanggil-manggil nama Ummanya, ahjushi yang menghuni salah satu bilik ruangan yang berada di rumah sakit jiwa yang beberapa bulan terakhir ini sering didatanginya bersama dengan sang ayah.
"Arraso... Kajja kita pulang. Umma pasti sudah menunggu kita..."
.
.
"Hyeri sudah tidur, Boo?" U-know melepas kaca matanya usai menyelesaikan bacaannya, sebuah makalah kasus hukum yang akan ditanganinya sebagai seorang jaksa.
"Setelah menyusu selama 2 jam lamanya, akhirnya uri aegya tertidur." Jawab Jaejoong. Empat bulan yang lalu namja cantik itu melahirkan seorang putri yang sangat cantik, buah cintanya dengan sang suami.
"Uri Hyunno juga?"
"Ne. Hyunno tidur di kamar Hyeri. Katanya beruang kecil itu tidak mau kalau Minie hyung mengambil adiknya."
"Aigoo..."
"Hyungie..."
"Ne?"
"Ku mohon sentuh aku! Hilangkan bekas Yunho dariku... Miliki aku..."
"Boo..."
.
.
"Joongie... Joongie..."
.
.
Andai semua manusia menyadari waktu tidak akan pernah berputar kembali, andai semua manusia menyadari semua tidak akan pernah sama lagi seperti masa lalu. Masa sekarang dan masa depan... sepahit apa pun, seberat apa pun dan bersama siapa pun nantinya, semua itu harus tetap di jalani, harus tetap dilalui walaupun getirnya hidup selalu mengintai... Tapi ingatlah, kebahagiaan akan datang pada waktu yang tepat.
.
.
END
.
.
.
.
Sunday, October 06, 2013
2:09:56 PM
NaraYuuki
