Chapter 5 : Birthdays & confession

Hm… bagusan kue atau barang ? Batin Riza bingung. Beberapa hari lagi ialah ulang tahun Roy. Sebenarnya sih juga ulang tahunnya.. Bagaimana pun itu ialah sebuah kebetulan yang jarang ada di dunia ini. Riza lahir tepat 1 tahun, setelah Roy lahir, dan itu membuat mereka berulang tahun di hari yang sama. Kalau kue…mungkin sudah biasa kubuat… tapi kalau barang, semua orang pun bisa beli..

Sementara, di lain tempat, Roy pun mengalami sebuah kesulitan yang sama pula. Oke, boneka, baju, kalung, anting, bunga… ahh ! Apa ya… Roy pun bingung menentukan hadiah untuk sweet seventeen adiknya. Tak terasa Riza yang dulunya ia anggap masih anak kecil, sekarang sudah mulai beranjak dewasa.

Roy jadi teringat, dulu ketika mereka berdua ulang tahun, biasanya ia memberi gambar buatannya, atau kadang-kadang kartu yang dibuat sendiri, bahkan lipatan kertas berbentuk tidak jelas, yang penting mereka saling memberi satu sama lain. Lebih kelihatan seperti tukaran kado ? yah… mungkin sejenis begitu, lah..

Masih teringat jelas dalam bayangan Roy, ketika tahun lalu ia mendapat sebuah dompet kulit yang sampai sekarang masih digunakannya, dan saat itu ia memberi Riza sebuah boneka beruang besar berwarna cokelat yang hingga sekarang pun masih tergeletak dikamarnya.

Roy tertawa. Entah kenapa, tahun ini rasanya berat sekali baginya untuk menentukan hadiah apa yang ingin ia berikan pada Riza. Ya ! itu dia ! Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah benda yang menarik perhatiannya.

Roy tak tahan untuk mengeluarkan senyuman trademark-nya. Sepertinya tahun ini aku punya hadiah yang menarik….

XXXXxxxxxxXXXXX

"Rooooyyy ! BANGUN !" teriak Riza untuk yang keseratus kalinya di pagi hari itu. Tampaknya kakaknya yang pemalas itu pulang malam, hingga ia pun masih tidur hingga sudah jam 8 pagi sekarang.

Tidak ada jalan lain…pikir Riza. Walaupun tadinya aku tidak ingin melakukannya di hari ini…

Gadis itu segera mengambil pistolnya, mengisinya dengan beberapa peluru, lalu…

CKLIK !

"AAAAH ! IYA ! IYAAAA !" Roy berteriak, sambil mengibaskan selimutnya ke atas. Cowok yang tidur lelap itu, rupanya sudah peka terhadap bunyi senapan adiknya ketika ia mengokangnya. "pa..pagi…"

Riza tersenyum puas. "ya… pagi… ayo cepetan, mandi, trus sarapannya udah ada di bawah !"

"ya..ya…" Roy berjalan ke arah kamar mandi sambil mengambil handuknya. "hari ini kan enggak sekolah !"

"Iyaaa.. aku tahu. Tapi sekali-kali bangun pagi enggak ada salahnya juga kan ? Sehat tau !"

Roy menghela nafasnya sebelum masuk ke kamar mandi. Matanya sebenarnya masih mengantuk, dan bisa-bisa ia tertidur kembali. Pancaran air dinginlah satu-satunya hal yang membuatnya tetap terjaga.

"Makan apa hari ini ?"

"Telor sama roti… simple aja lah.."

"yaah… telor ama rotii lagi.." keluhnya sambil mengambil sekotak susu dari kulkas dan menuangkannya di gelas minumnya.

"enggak suka, yah… enggak usah makan." Balasnya ketus sambil hendak mengambil piring makan roy.

"hey ! itu punyaku !"

Keduanya terdiam dalam keheningan selama beberapa saat, hingga Roy telah Selesai menghabiskan sarapannya pagi itu.

"oh iya, Roy…" panggilnya sambil duduk dihadapannya. "happy birthday…" lalu ia mengeluarkan sebuah bungkusan kecil yang dibungkus dengan pita dan kertas kado berwarna biru tua.

"Ahh.. iya… happy birthday juga, Riza !" katanya sambil mengeluarkan hadiahnya.

"Oke…kita buka bareng-bareng lagi ! kayak dulu…." Usul Riza sambil mengingat-ingat masa lalu mereka yang selalu membuka kado bersama-sama entah natal ataupun waktu mereka berulang tahun.

"ya udah…"

roy dan Riza perlahan melepaskan pembungkus kado mereka masing-masing perlahan. Roy yang pertama kali Selesai membukanya duluan.

"boneka !" tanyanya heran sambil memandang boneka kecil yang diberikan Riza. "kau membuatnya sendiri ?"

Riza menangguk. "Enggak suka ?"

"Suka… imuut.. banget !" katanya sambil memandangi boneka kecil, miniature dari dirinya sendiri. Walau tidak begitu mendetail tapi terlihat sekali dari jahitannya yang begitu rapih, khas Riza sekali. "yahh….cuma agak aneh aja ngeliatin diri sendiri….rada narsis gitu…"

Riza tertawa kecil. "Anggap aja itu cermin….atau mau kuambil lagi, lalu kujadikan boneka santet ?"

"eeh….enak aja… Cepetan tuh, buka !"

"iya..iya… ini….!" Tanyanya kaget melihat sebuah kotak yang diberikan oleh Roy. Ia membukanya perlahan, dan terlihat di dalamnya sebuah kalung perak, dengan buahnya yang berbentuk senapan kecil dari berlian, yang sepertinya tidak murah harganya.

"eeh…umm sebenarnya tadinya bijinya bukan gambar begitu…namun kutransmutasiin sedikit.." jelas Roy sedikit malu-malu.

"..thank you Roy ! Aku suka banget !"

Roy tersenyum melihat hadiahnya rupanya tidak buruk juga. "mau ku pakaikan ?"

Riza mengangguk, kemudian, Roy mengambil kalung itu darinya. Cewek itu mengangkat rambutnya agar tidak menutupi punggungnya. Roy memakaikannya perlahan di sekitar leher Riza.

Wangi badan Riza tercium hingga hidung Roy. Semacam wangi parfum bayi dan sejenis parfum menthol yang lembut di hidungnya. Roy mendekat ke arah sumber bau itu, dan tanpa ia sadari, ia telah mendaratkan sebuah ciuman di leher Riza.

Hhmmm… wangi sekali…pikir Roy. Aku tidak pernah berpikir kalau Riza sewangi ini….

BLUSH ! Muka Riza tiba-tiba memerah merasakan apa yang telah diperbuat kakaknya. "ro..roy….." panggilnya perlahan. Jantungnya masih berdeba-debar dengan cepat, dan Ia sendiri pun tidak mengerti apa yang ia pikirkan, apa yang ia rasakan saat ini. Yang dapat ia rasakan hanyalah sebuah kehangatan dari nafas Roy yang terasa di bawah kulitnya.

"Riza…. " bisik Roy perlahan. "aku sayang kamu….lebih dari perasaan antar kakak-beradik"

APAA ! ba…bagaimana mungkin ? Kami cuma bersaudara… ! Tidak mungkin boleh ada hubungan yang lebih ! Ba..bagaimana ini ? batin Riza ragu. Hatinya terus berdebar, sedangkan Roy, juga tetap tidak melepaskannya, malah justru ia memeluknya lebih erat lagi.