"I-ini untuk sunbae!" kata Sehun sambil menunduk, mengulurkan paperbag biru tua kepada Jongin.

Jongin mengernyit heran pada adik kelasnya ini. Tapi, tangan Jongin terulur untuk mengambil paperbag itu. Sesaat kemudian, Sehun menatap Jongin lalu berlari kabur ke kelasnya yang kebetulan dekat dari situ.

"Wow bro! Kau mengambilnya? Sungguh diluar dugaan!"

Jongin meringis pelan saat bahunya ditepuk kencang oleh Chanyeol, sahabatnya. Lalu ia melirik tak suka. "Memang kenapa? Hadiah ini diperuntukkan untukku. Aku berhak menerimanya."

"Beberapa saat yang lalu kau menolak kotak cokelat dari Sunyoung, kau ingat? Kau bahkan menyuruh terang-terangan gadis itu untuk membuang kotak cokelat itu."

Jongin gelagepan sendiri. "A-aku tidak begitu menyukai cokelat. Aku sudah menerima banyak cokelat." jawab Jongin bohong sambil membuka paperbag dari Sehun. Hal yang ia lihat pertama kali adalah amplop putih dengan hati biru diujung kirinya.

Hai, sunbae.

Happy Valentine day..

Semoga kau mau menerima apa yang aku berikan.

Sehun

Jongin tersenyum membacanya dan membuka lagi paperbag. Ternyata isinya adalah tempat makan, setangkai bunga dan sebuah amplop lagi.

Jongin mengambil amplop yang kali ini berwarna biru tua dan berukuran lebih kecil. Ia membukanya dan menemukan dua kertas lagi. Satu diantaranya hanya potongan karton kecil yang bertuliskan 'satu permintaan'.

Ia membuka lipatan kertas yang besar.

Kupon ini berlaku untuk satu permintaan yang kau minta padaku.

Sehun

"Chanyeol, permintaan apa yang harus ku minta pada Sehun?"

"Astaga. Kau benar tertarik padanya?"

Jongin membuka kotak bekal yang ternyata isinya adalah kue cokelat berukuran kecil. Jongin mengunyahnya perlahan. "Mungkin? Aku bosan menjomblo."

"Jongin?"

"Apa sih tinggal jawab pertanyaanku!"

"Ya suka-suka kau lah! Ajak saja dia kencan. Kupikir ia akan mau."

"Ah benar juga."

Esoknya ia bersama Chanyeol menuju kelas Sehun. Rupanya anak itu sedang mengacak-acak rambutnya frustasi sambil menunjuk-nunjuk bukunya. Begitu pula temannya yang berambut cokelat lebih muda berteriak "aku juga tidak tahu Sehun!"

Jongin menghampiri meja Sehun dan temannya. "Mungkin aku bisa membantu. Yang mana yang membingungkan?"

Sehun mendongak dan mematung ditempat. Temannya terkekeh usil. "Hun, calon masa depan mau bantuin tuh."

"Ih apan si!" Sehun menunduk dan menunjukan yang mana yang susah pada Jongin.

"Aah. Yang ini sih kayak gini, pake rumus yang ini."

"Ooh.. Gitu ya sunbae. Makasih ya." jawab Sehun berusaha tenang. Jongin mengangguk dan tersenyum sangat manis. "Sama-sama. Omong-omong, aku kesini ada yang ingin kubicarakan."

"A-apa?" Sehun gugup seketika.

Jongin menyodorkan kupon yang Sehun berikan kemarin tepat didepan wajah Sehun. "Nanti malam kalau tidak ada urusan, kujemput jam tujuh tepat. Bersiaplah."

"Hhaa-ah?"

Jongin tersenyum pelan. "Nanti kirimi alamatmu. Aku menuliskan nomorku dibelakang kupon ini." jongin meletakan kupon itu dimeja Sehun dan mengetuk diatas kupon itu.

"Sampai jumpa."

Setelah Jongin pergi, Sehun mengambil kupon diatas mejanya dan membalik kertas itu. Ada dua belas digit nomor disana. Nomor Jongin.

"Baekhyun, katakan aku tidak bermimpi."

"Selamat Sehun. Kau tidak bermimpi."

END

.

.

Gatau sih ini emang ngebosenin tapi bodo deh buat pemanasan. Udah lama ga ngetik. Stress nih -,,-

Review juseyoo