Diterjemahkan dari 'POPPIES'

(story/view/551475)

Karya LoveisLife (profile/view/31038)

Copyright © LoveisLife, 2013

-tambahkan asianfanficsdotcom/ di depannya-


POPPIES

Hari ini tanggal 2 Agustus 1941, hari dimana Prajurit Wu Yifan menuliskan surat terakhirnya untuk seseorang yang amat dicintainya di dunia ini.

Byun Baekhyun.


-xxxxx-

Hari ini tanggal 2 Agustus 1941, hari dimana Prajurit Wu Yifan dan rekan-rekan satu peletonnya digiring ke sebuah ruangan yang familiar oleh Letnan mereka, untuk yang terakhir kalinya. Secara tertib, mereka berbaris masuk ke sebuah ruangan yang telah dipenuhi oleh barisan-barisan meja beserta kursi kayunya. Dalam waktu yang relatif singkat, seluruh kursi sudah terisi penuh, semua pria-pria itu telah duduk dengan punggung yang tegak—seperti yang telah diajarkan, sambil menunggu perintah selanjutnya. Dinding-dinding di sekitar mereka berwarna coklat—standar, persis seperti warna di setiap dinding di kamp ini. Yifan tak menyukai warna itu—dia membencinya. Menurutnya, warna itu kelewat hambar dan membosankan untuk dipandang mata. Dia menatap sengit dinding-dinding itu, seolah apabila dia memelototinya terus-menerus, dinding-dinding itu bisa berubah warna. Konsentrasinya memelototi dinding seketika buyar ketika seseorang menyerahkan selembar kertas putih dan pena warna hitam—yang rekan-rekannya juga dapatkan.

"Baiklah rekan-rekan prajurit, kalian memiliki waktu tiga puluh menit sebelum kita harus pergi dan bersiap-siap," ujar Letnan Kang, matanya menyapu ke setiap penjuru, "Dua puluh menit," ulangnya, "Apa semuanya telah jelas?"

"Ya, Sir!" seluruh pria di ruangan itu menyeru serempak, mengganggukkan kepala mereka mengerti.

"Baiklah, kalian tidak memiliki banyak waktu," Letnan Kang berhenti sejenak untuk menatap mata Yifan sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Jadwal kita sangatlah padat, jadi silahkan dimulai."

Suara kertas-kertas yang bergesekkan dengan meja bergema di ruangan dan Yifan juga memutuskan untuk mulis menggoreskan penanya ke kertas dan menulis untuk seseorang yang amat dicintainya di dunia ini.

Byun Baekhyun.

-xxxxx-

Yifan telah mengenal Baekhyun sejak keduanya masih sama-sama anak kecil.

Saat itu usia Yifan baru sepuluh tahun dan sedang bermain dengan kapal mainan di kamarnya—di panti asuhan dimana dia dibesarkan, dengan teman sekamarnya, Zhang Yixing, saat mereka berdua, bersama dengan anak-anak panti yang lain dipanggil ke bawah oleh Ny. Jung pada tanggal 11 Oktober 1930.

Sebagai anak yang penurut, Yifan segera meletakan kapal mainannya tanpa protes dan ikut turun ke bawah—diikuti Yixing di belakangnya, untuk bergabung dengan anak-anak lain yang telah berkumpul di ruangan tengah.

Ny. Jung telah berdiri disana dengan senyumannya yang hangat, Yifan tak merasa terkejut melihatnya karena wanita itu memang selalu tersenyum, tapi yang mengejutkan Yifan adalah ada seorang anak laki-laki berdiri di sampingnya, memegangi gaunnya erat dengan tangan-tangan mungilnya sementara wajahnya dibenamkan kesana.

"Anak-anak, ini Byun Baekhyun." Dia menunjuk ke anak laki-laki yang sedang berpengangan padanya itu, "Dia baru datang hari ini dan akan tinggal bersama kita mulai hari ini, jadi kalian semua harus berbaik hati padanya, ya."

"Halo Baekhyun!" anak-anak itu menjawab bersamaan dengan gembira, merasa senang telah ada 'saudara' baru hadir di tengah-tengah 'keluarga' mereka, namun Yifan tak mengatakan apa-apa, memilih untuk memperhatikan anak itu saja karena penasaran. Dia sudah cukup besar untuk mengerti apa penyebab anak itu datang kesini—pasti bukan karena sesuatu yang baik.

Baekhyun akhirnya mengangkat kepalanya untuk menemui anak-anak yang lain dan Yifan akhirnya bisa melihat wajah anak itu lebih jelas. Anak itu sepertinya sudah berumur delapan tahun tapi dia amatlah kecil karena anak itu jelas lebih pendek beberapa inchi darinya. Wajahnya sangat mungil dan sedikit tembam tapi secara keseluruhan nampak halus dan manis, matanya yang berwarna kecoklatan sedikit menurun di ujung-ujungnya—tetap terlihat lucu, dan bibirnya berwarna merah muda. Rambutnya tidak berwarna pirang seperti milik Yifan; miliknya berwarna cokelat pekat dan terlihat sangat kontras dengan warna kulitnya. Anak itu terlihat cantik, sangat cantik, Yifan menyadarinya dan merasa sangat aneh karenanya, namun yang membuatnya lebih aneh lagi adalah Yifan merasa oke-oke saja dengan semua itu, malahan dia merasa takjub melihat betapa cantiknya anak laki-laki itu dan membuatnya merasa semakin penasaran saja.

"Halo…" balas Baekhyun hati-hati, takut anak-anak lain akan menertawakannya atau membuat lelucon-lelucon untuknya. Tapi saat matanya menemukan berpuluh-puluh senyuman tulus yang ditujukan untuknya, dia merasa bisa santai untuk sejenak dan balas memberikan senyuman terbaiknya.

Senyumnya sedikit memudar saat matanya bertemu dengan manik mata Yifan yang penasaran, tapi sesaat kemudian Baekhyun kembali tersenyum dan kali ini jauh, jauh lebih baik dari yang sebelumnya karena matanya secara tak sengaja memberikan kehangatan yang membuat Yifan merasa ringan—dia tak mungkin tak balas memberikan senyumannya, meskipun senyumannya canggung dan dia jadi merasa malu lalu memutuskan untuk menghapus senyuman itu dari wajahnya cepat-cepat karena pipinya sudah memerah, padahal Baekhyun hanya tersenyum kepadanya.

Kalau dipikir-pikir lagi oleh Yifan yang sekarang sudah berusia dua puluh satu tahun, saat itulah saat dimana dia mulai jatuh cinta kepada Byun Baekhyun, untuk yang pertama kalinya.

-xxxxx-

Yifan sudah menjadi seorang yatim piatu sejak dirinya lahir, ibunya meninggal saat melahirkannya dan ayahnya gantung diri tak lama setelah itu karena tak sanggup menahan rasa perih dan kesedihan mendalam karena telah kehilangan istrinya. Dengan tidak adanya kerabat atau keluarga yang bisa mengambilnya sebagai anak, secara otomatis Yifan diserahkan ke sebuah panti asuhan lokal dimana dia dibesarkan oleh Ny. Jung, seorang wanita paruh baya yang kehilangan suaminya di medan perang. Dia adalah wanita yang Yifan sayangi layaknya ibunya sendiri. Wanita itu menyayanginya—sama seperti ke setiap anak di panti asuhan ini, memberikan mereka semua kasih sayang yang tak bisa mereka dapatkan dari orang tua kandung mereka dan merawat mereka layaknya anak sendiri.

Yifan tumbuh besar dengan berbagi kamar bersama Yixing, seorang anak yang sederhana dan supel yang usianya hanya beberapa tahun lebih muda saja darinya. Meskipun usianya lebih muda, Yixing bersikap dewasa dan pengertian dan Yifan menyukainya karena hal itu. Zhang Yixing adalah adiknya, tak peduli orang mau berkata apa. Panti asuhan itu adalah rumahnya dan semua orang di dalamnya adalah keluarganya dan dia sangat menyayangi mereka semua karena, hanya merekalah yang dia miliki di dunia ini.

Yifan adalah anak yang penurut, sopan dan selalu berkelakuan baik—Ny. Jung sangat menyukainya, tapi dia juga sangatlah pendiam dan tak akan berbicara bila tidak perlu. Meskipun mereka semua tahu kalau mereka semua saling menyayangi satu sama lain, kalau mereka semua menyayangi Yifan juga, mereka juga tahu kalo si jangkung, penyendiri itu tidak asyik untuk diajak bermain karena dia sangatlah pendiam—yang artinya dia lebih banyak menghabiskan waktunya sendirian atau dengan Yixing. Yifan tidak merasa itu adalah sebuah masalah baginya, dia menyukai ketenangan, plus, Yifan tak merasa terganggu akan hal itu dan dia bukan tipe yang suka mencari perhatian.

Kebetulan Baekhyun sangatlah berkebalikan dari Yifan. Dia adalah anak yang senang bergaul, cerewet, jenaka, sedikit nakal, dan menyenangkan untuk diajak bermain. Ibarat magnet, dia bisa menarik perhatian anak-anak panti lainnya hanya dengan senyumannya. Baekhyun tidak pernah terang-terangan mencari perhatian… dia mendapatkannya begitu saja, setidaknya itu yang Yifan kira di suatu hari saat dia tengah mengamatinya. Dia sangat mungil dan manis sekali dan dalam waktu singkat semua anak panti telah menyayanginya, bahkan Yifan sendiri sepanjang dia—diam-diam, memperhatikan Baekhyun yang sedang berinteraksi dengan anak-anak lain setelah dia melupakan rasa malunya. Singkatnya, Baekhyun akhirnya berteman dengan semua anak karena dia bisa menerima dan mau bermain dengan siapa saja.

Dan karena Yifan memang pendiam dari sananya, dia jarang berbicara dengan Baekhyun—juga semua orang, namun anak itu tidak patah arang. Jelas sekali kalau anak berusia delapan tahun itu bisa mengerti karakter Yifan, dia menghormatinya dengan tidak mengganggunya sering-sering—meskipun sangat kepingin, namun jarangnya mereka berkomunikasi tidak akan bisa menghentikannya untuk tidak mengirimkan senyuman terbaiknya kepada Yifan sering-sering dan setiap kali mata mereka bertemu, Yifan jadi selalu menunggu-nunggu kapan senyuman teristimewa Baekhyun akan dilemparkan kepadanya.

-xxxxx-

Satu hari di musim panas, Yifan dan Baekhyun akhirnya melakukan percakapan resmi mereka yang pertama, kemudian jadi yang pertama dari sekian banyak percakapan mereka.

Kala itu, di tanggal 19 Juni 1931, matahari sedang berada di titik tertingginya di langit, bersinar ke segala penjuru arah dan membuat semuanya bermandikan cahaya sekaligus panasnya. Anak-anak panti menghabiskan keseluruhan waktu di musim panas mereka dengan bermain-main di taman sementara Ny. Jung asyik merawat bunga-bunganya.

Hari itu semua anak-anak panti berlari kesana kemari dan bermain-main seperti hari biasanya sementara Yifan hanya duduk di bawah bayangan pohon ek besar—punggungnya bersandar pada pohon itu dan dia sedang membacanya buku tentang kapal-kapal. Di sampingnya ada Yixing—yang jadi pemalas karena seringkali tak tahan dengan panasnya udara di musim panas, sedang tertidur lelap dengan kepala yang berada di pangkuan Yifan.

Segalanya terasa begitu tenteram dan tenang, seperti yang Yifan sukai namun tiba-tiba ketenangannya terusik saat dia mendengar suara yang datang dari sebelah kirinya. Dia letakkan bukunya dan menolehkan kepalanya ke arah suara itu datang, berusaha untuk mencari tahu apa yang terjadi namun malah menemukan Baekhyun yang terlihat kesal duduk di sampingnya dengan tangan yang bersilangan di dadanya. Sesuka apapun dia dengan keimutan wajah Baekhyun yang sedang kesal, Yifan lebih suka kalau anak itu tersenyum, jadi dia memutuskan untuk bertanya padanya.

"…Apa semuanya baik-baik saja, Baekhyun?"

"Tidak," jawab Baekhyun merengut.

"Kenapa?"

"Aku benci menjadi kecil dan lemah."

"Apa?"

"Semua orang di sini lebih tinggi dariku—bahkan beberapa anak-anak perempuan juga! Ini tidak adil; aku 'kan mau jadi tinggi seperti kalian semua juga." Mata Baekhyun terpaku pada sesuatu di kejauhan sana, terpaku pada anak-anak lain yang sedang berlomba memanjat dahan-dahan tertinggi yang dia tidak bisa gapai.

"Kau masih bisa tum-"

"Tidak bisa!" ledak Baekhyun. Yifan menyempatkan matanya untuk melirik sedikit ke bawah—ke Yixing, untuk meyakinkan dirinya kalau adiknya masih tertidur.

"Aku tak akan pernah bisa tumbuh setinggi kalian. Dokter bilang tulang-tulangku terlalu lemah karena aku menderita suatu penyakit bernama o-osteopenia(1)," suara Baekhyun bergetar mengucapkan kata terakhir itu, air mata mulai menggenangi matanya.

"Aku lahir terlalu dini; aku terlalu lemah untuk tumbuh dengan normal atau untuk sekedar bermain seperti yang lainnya. Aku tidak… n-normal seperti anak-anak lain makanya o-orang tuaku tidak menginginkanku lagi."

Selagi dia berbicara, air mata mengalir dari matanya dan saat dia selesai, air matanya sudah tak bisa berhenti mengalir dan kepedihan serta kesedihan yang nampak di wajahnya menusuk hati Yifan. Dia menyadari kemana pembicaraan ini akan berlanjut dan dia tahu dia harus segera melakukan sesuatu, apapun bentuknya itu.

Dia mengulurkan tangannya, melingkarkannya dengan aman di tubuh Baekhyun lalu menariknya mendekat ke sisinya sehingga tak ada lagi jarak di antara mereka. Baekhyun memeluk Yifan balik dan membenamkan wajahnya di sisinya, mulutnya tak henti-hentinya mengeluarkan isakan pedihnya selagi dia menangis. Yifan membiarkan sebelah tangannya yang lain untuk mengusap-usap surai cokelatnya dengan lembut karena sejujurnya dia tak tahu harus berbicara apa untuk meredakan rasa perihnya.

Posisi mereka sebenarnya tidak enak, karena Yifan tak bisa sepenuhnya memeluk Baekhyun akibat Yixing yang sedang tertidur di pangkuannya, namun tak mengapa karena tak lama kemudian tangis Baekhyun mereda dan hanya suara hembusan nafas mereka yang keduanya bisa dengar. Meskipun begitu, Yifan tak jua menghentikan gerakan tangannya atau bergerak menjauh darinya karena dia sadar inilah yang Baekhyun inginkan dan jauh di dalam hatinya dia ingin sekali-sekali egois, ingin membenamkan dirinya dalam perasaan bernama memiliki-anak-yang-haus-akan-rasa-nyaman-ini-dan-yang-hanya-dia-yang-bisa-memberikan-hal-itu-padanya.

Pada akhirnya Baekhyun melepaskan dirinya dari pelukan Yifan dan sekarang ada senyuman kecil khas miliknya tersemat di wajahnya saat dia mendongak ke arah Yifan—yang membalas senyumannya dan sudah bisa merasa lega karena Baekhyun sudah baik-baik saja sekarang.

"Itu apa?" Baekhyun menunjuk ke arah buku yang tadi Yifan letakkan di bawah.

"Buku," jawab Yifan, alisnya berkerut.

"Aku tahu itu!" kekeh Baekhyun, pipi Yifan bersemu saat dia menyadari betapa bodohnya dia tadi.

"Maksudku tentang apa?"

"Kapal-kapal." Baekhyun menegakkan tubuhnya karena tertarik, tangannya menggapai buku itu lalu membolak-balik sampulnya. Kemudian dia mulai menanyakan Yifan berderet-deret pertanyaan tentang kapal—yang Yifan jawab dengan gugup karena dia tak terbiasa berbicara banyak-banyak, namun kemudian dia merasa lebih dan lebih nyaman berbicara kepada Baekhyun dan percakapan mereka berganti dari kapal, ke dinosaurus, ke mengapa mata Kyungsoo sangat besar dan ke ribuan hal lainnya.

Dia menyukai mata Baekhyun yang sayu berbinar-binar saat membicarakan hal-hal yang disukainya dan wajahnya yang berubah jadi asam saat membicarakan hal-hal yang tak disukainya. Dia suka karena Baekhyun seolah tak pernah kehabisan daftar pertanyaannnya dan juga bagaimana dia menggerak-gerakkan tubuhnya saat berbicara—dia suka berbicara dengan Baekhyun.

Mereka bercakap-cakap hingga matahari terbenam berarti dia harus segera membangunkan Yixing dan segera masuk ke dalam.

Di sepanjang pembicaraan mereka, Yifan menyadari mata Baekhyun yang selalu berbinar tiap kali dia menatap anak-anak panti di kejauhan yang sedang duduk di dahan-dahan pohon. Bahkan senyumannya tidak pudar saat matanya kembali menatap Yifan dan melanjutkan pembicaraan mereka. Tapi Yifan masih bisa melihat kepedihan yang tersembunyi di mata Baekhyun, dia tahu ada rasa sakit dan kesedihan di sana dan dia sangat ingin memeluknya, namun tidak bisa, tidak karena Baekhyun bersikap seolah semuanya baik-baik saja dan terus berbicara padanya.

Bagi Yifan, tidak masalah apa yang dokter katakan atau yang orang tuanya pikirkan tentangnya. Tidak masalah kalau tulang-tulang Baekhyun itu lemah karena, anak laki-laki di sampingnya ini tidak lemah.

Tidak, Baekhyun itu kuat.

bersambung...


(1) Osteopenia adalah suatu kondisi dimana kepadatan mineral tulang (BMD/Bone Mineral Density) lebih rendah dari puncak BMD normal tetapi tidak cukup rendah untuk diklasifikasikan sebagai osteoporosis.


t/n Wohooo KrisBaek lagi~ Ini stok fanfik seri terjemahan terakhir yang aku terjemahin. Abis ini aku akan fokus untuk nyelesaiin terjemahan Peterpan dan Poppies ini. Sebenarnya aku masih pengen nerjemahin dua fanfik lagi; yang satu lagi tinggal tunggu konfirmasi authornya dan yang satu lagi aku masih mikir-mikir karena pairnya kurang sreg (ada KrisBaeknya padahal and because IT'S MPREG but on a whole different level dari yang biasa karena masuknya science-fiction!

Makasih ya udah baca hehe jan lupa review! :D