Otou-san, Okaa-san, jika kalian melihat kami yang sekarang apakah kalian akan merasa bangga?
.
Assassination Classroom by Yuusei Matsui
.
Warn : OOC, Typo(s), etc.
.
DLDR
.
Kami adalah anak-anak terpilih, Tou-san, Kaa-san. Memang benar kalau kami tidak seperti yang kalian harapkan, kami mengecewakan kalian, tapi kami anak-anak yang terpilih Tou-san, Kaa-san.
Kami mungkin tidak memiliki otak cemerlang, perilaku baik, pergaulan yang baik atau pun hal baik yang menjadi penilaian kebanyakan orang. Namun kami juga ingin dipandang sama. Mungkin sulit untuk mencintai anak-anak seperti kami, tapi kami selalu mengharapkan cinta itu.
Kami ini anak-anak yang terpilih Otou-san, Okaa-san, kami dipilih untuk menempati bangunan tua di puncak bukit yang terpencil. Kami dipilih dari segolongan orang-orang yang lebih cerdas dari kami, bahasa kasarnya kami disingkirkan dari mereka. Karena nilai akademik kami dan mungkin perilaku buruk kami—itu penyebabnya. Kami dipilih untuk dijadikan batu yang bisa dipijak-pijak mereka. Kami dipilih untuk dikalahkan mereka. Kami dipilih untuk mendapatkan semua yang terburuk. Kami sudah terpilih.
Tou-san, Kaa-san, pasti sulit bukan untuk mencintai anak-anak seperti kami? Anak-anak yang gagal memenuhi harapan orang tuanya, keluarganya, temannya, sahabatnya, sekolahnya. Karena itu kami dibuang Otou-san, Okaa-san.
Ne, Otou-san, Okaa-san... bukan kemauan kami untuk menjadi gagal. Sungguh, kami juga ingin bangkit dan memulai hal yang baru. Andai saja ada orang yang mempercayai kami dan mengerti kami dengan sungguh-sungguh kami pasti akan kembali, sayangnya itu tidak terjadi.
Kami tidak ingin menyalahkan keadaan, tapi keadaan semakin menekan kepala kami agar kami tetap di bawah dan berada di tempat di mana kami bisa diinjak-injak. Tapi, sekali lagi kami adalah anak-anak yang terpilih. Kami sudah dipilih untuk menjalani takdir itu.
Benar, kami adalah anak-anak yang terpilih. Terpilih menjalani kehidupan yang suram dan tanpa harapan. Terpilih sebagai anak-anak yang sulit untuk dicintai.
Tapi Tou-san, Kaa-san, meskipun begitu akhirnya ada juga seseorang yang mencintai anak-anak yang sulit dicintai seperti kami ini. Dia bukan kalian, bukan keluarga kami, bukan teman, sahabat atau masyarakat.
Dia yang tidak mungkin dicintai adalah orang yang mencintai anak-anak yang sulit dicintai ini. Dia yang tidak pantas dipercayai adalah orang yang mempercayai kami. Dia yang dipandang sebagai ancaman adalah orang yang selalu memandang kami dengan sungguh-sungguh. Dia yang sangat diharapkan musnah adalah orang yang menjaga kami tetap hidup dengan nyaman.
Tapi, dia tidak benar-benar orang. Bentuknya aneh, gurita kuning besar yang dapat berbicara dan memiliki kecepatan sangat cepat. Monster. Begitulah pertama kali kami menyebutnya, tapi dia tidak pantas disebut monster. Kami juga tidak bisa memanggilnya orang karena dia bukanlah manusia, lalu kami mulai memanggilnya sensei.
Tou-san, Kaa-san, kami adalah anak-anak yang dipilih—oleh takdir.
Kami lebih dipilih dari orang-orang di luar sana yang jauh lebih hebat dari kami. Kami mengetahui hal besar yang menjadi rahasia besar dunia. Kami dipercaya untuk menyelamatkan bumi. Kami dipercaya untuk membunuh. Kami pembunuh.
Banyak hal yang kami lakukan untuk membunuh. Terdengar menyeramkan untuk seukuran anak SMP menjadi pembunuh dan berurusan dengan keselamatan bumi, tapi kami sekali lagi sudah dipilih untuk itu.
Jadi Tou-san, Kaa-san, apa kalian sudah cukup bangga dengan anak-anak yang sulit dicintai ini? Anak-anak yang sudah dipilih ini?
Bersama sensei akhirnya kami—
—anak-anak yang sulit dicintai ini menemukan hal yang mereka cintai. Kembali memiliki hal yang ingin mereka capai. Kembali ingin mencapai daratan yang pernah mereka lupakan. Kembali ingin menunjukkan kepada mereka yang menginjak-injak mereka bahwa mereka bukanlah kerikil kecil yang pantas mereka sentuh dengan kaki-kaki kotor mereka. Kami seperti terlahir kembali dan menunjukkan diri sebagai batu besar yang sulit mereka lewati.
Kami bukan mengumpamakan diri sebagai itik buruk rupa yang berubah menjadi angsa yang cantik. Kami umpamakan diri kami sebagai kerikil kecil yang menunjukkan wujud aslinya sebagai batu besar yang selama ini terpendam.
Ya batu besar, batu besar yang sulit mereka lewati meski mereka menggunakan kedua kaki tangan mereka untuk melewati kami. Kami memang tidak sama dengan berlian-berlian yang pernah memandang rendah kami, tapi sensei memandang batu besar seperti kami sebagai berlian yang belum pernah ia temukan sebelumnya.
Bersama sensei kami, kami mulai berubah. Kami tunjukkan bahwa kami lebih hebat dari mereka yang memandang rendah kami. Bahkan kami kalahkan sang raja.
Tapi, kami tetap menjadi anak-anak yang dipilih. Yang sudah dipilih untuk semua ini. Dipilih oleh takdir.
Meskipun kami sudah menjadi yang terbaik, meskipun kami sudah berusaha keras, meskipun kami sudah dicintai dan mencintai, kami harus kehilangan hal yang penuh cinta itu.
Pada akhirnya kami adalah pembunuh yang harus membunuh orang yang paling tidak ingin kami bunuh. Semua itu karena kami sudah dipilih.
Saat diberi pilihan itu, saat kami tidak ingin mengambil pilihan itu, kami tetap menjadi anak-anak yang dipilih untuk mengambil pilihan.
Semuanya berakhir setelah pilihan itu dibuat, saat yang paling dicintai mati. Kami sudah tidak menjadi anak-anak yang dipilih. Kami sudah berubah menjadi anak-anak biasa, menjalani kehidupan yang biasa. Kehidupan yang pernah kami harapkan dari dulu.
Kenyataannya kami masih terlalu sering merindukan saat-saat di mana kami menjadi anak-anak yang dipilih itu. Saat ini kami, mantan anak-anak yang pernah dipilih dan sulit dicintai itu sudah menjadi seorang dewasa yang sangat mengerti akan sebuah arti kehidupan. Menjadi pembunuh dan pernah membunuh mengajarkan kami banyak hal berharga yang harus dijaga dalam kehidupan.
Ne Otou-san, Okaa-san, apa kalian sudah cukup bangga dengan kami yang sekarang? Kami sudah mendapat predikat baik. Kami mendapat pengakuan penyelamat bumi. Kami menunjukkan diri kami mampu berdiri di atas cita-cita kami.
Tou-san, Kaa-san, apa kalian sudah cukup bangga dengan anak-anak yang sulit kalian cintai ini?
