Did you remember

by ryuu-kun

disclaimer : naruto isn't mine

genre : supranatural, drama, romance, etc

rated : T

pairing : naruto x ...

warning : OC, OOC, woman main protagonist, typo, etc

.

.

.

enjoy it

"anoo, Sasuke senpai…!"

Uchiha Sasuke membuka mata dari posisi tidurnya. Dia membiarkan matanya beradptasi dengan sinar temaram yang menyeruak masuk dari celah-celah buku pada rak perpustakaan.

Seorang gadis kouhai dengan gaya layaknya gadis tokyo tengah berdiri di dekat bangku yang sedang ditidurinya. Dia mengamati pemuda itu dengan kerlingan nakal yang membuat sasuke merasa sangat muak.

"Siapa kau?!" hardik Sasuke tajam.

Sasuke tak memedulikan senyum terkulum yang merekah dibibir gadis tersebut.

"Yamanaka Sayaka desu, dari majalah sekolah"

Gadis itu mengeluarkan pena dan notebooknya dari dalam tasnya dengan gerakan tubuh yang terlihat sangat diperhitungkan. Dia sengaja memamerkan paha mulus yang tersembunyi di balik rok pendeknya.

Sasuke mendengus keras.

'orang-orang ini benar-benar menyebalkan' ujarnya di dalam hati.

Entah sudah berapa banyak gadis dari majalah tak penting itu datang untuk mewawancarainya. Seberapa dinginnya Sasuke menanggapinya, mereka terus saja berdatangan. Toh, wawancara yang mereka bicarakan ini hanyalah modus para gadis untuk mendekati Sasuke.

"aku tidak tertarik" ujar Sasuke dingin, kembali menutup matanya

'ohh kami-sama, hari ini kan festifal budaya! Bagaimana mungkin gadis menyebalkan ini bisa menemukanku di sudut terdalam perpustakaan ini? Tak bisakah dia bersenang-senang di luar sana dan meninggalkanku sendiri'

Sayaka hanya mengangkat bahu, kemudian membuka notebooknya dengan jemarinya yang lentik dan berhias nail arts.

"bagaimana perasaan senpai menjadi pemenang polling siswa paling tampan tahun ini?" tanya Sayaka tidak menyerah.

'orang ini' rutuk Sasuke dalam hati.

'hey kami-sama, bolehkah aku mencabut nyawanya sekarang juga?' lanjutnya dalam hati.

"apa perasaan Senpai masuk dalam polling tersebut?" tanya Sayaka yang tetap tidak di tanggapi oleh Sasuke.

"aku rasa, senpai memang pantas mendapat penghargaan tersebut" Sayaka tetap nyerocos, meskipun semua pertanyaannya tak ada satupun yang dijawab oleh Sasuke.

"sebagai mana sisiwa tertampan di sekolah ini, adakah gadis yang menarik perhatian senpai?"

Sasuke semakin diam. Sayaka mengibaskan tangannya di atas wajah Sasuke. Jangan-jangan, Sasuke benar-benar tidur.

Gadis itu terlonjak kaget saat Sasuke tiba-tiba bangkit, lalu menarik tasnya. Sayaka yang menyadari hal itu, langsung memberondong Sasuke dengan sisa-sisa pertanyaannya.

"apa rencana senpai ke depan? Apakah senpai akan menerima penghargaan itu saat zenyasai nanti malam? Dan terakhir…" Sayaka mengambil jeda, dengan sengaja dia mengulum dan membasahi bibirnya.

"maukah senpai berkencan denganku?"

Sasuke mulai beranjak. Sayaka pikir Sasuke akan pergi tanpa berbicara apapun kepadanya. Namun, kemudian…..

"ahhhh menyebalkan, menyebalkan, menyebalkan. Semua perempuan itu sama, menyebalkan. Aku tidak peduli lagi, meneruskan pekerjaanku di sini sampai kami-sama memanggilku kembali? Tidak akan pernah"

Sasuke pergi setelahnya membuat Sayaka bingung dengan apa yang barusaja pemuda itu katakan.

.

.

.

"Ayolah Naruko…! hayaku! hayaku!"

Seorang gadis muda yang mengenakan jaket tradisional jepang dengan tulisan "Hinata" di belakangnya menyeret-nyeret gadis lain yang mati-matian menjaga kamera yang tergantung dilehernya.

Tak jarang, langkah mereka terhalang oleh siswa lain di sepanjang koridor yang sedang mempromosikan kelasnya masing-masing. Bunkasai membuat koridor sekolah dipenuhi oleh lautan Manusia. Bukan hanya oleh siswa-siswi sekolah tersebut, tetapi juga banyak pengunjung dari luar yang ikut meramaikan suasana bunkasai.

Semua klub berlomba-lomba mempromosikan kegiatan klubnya. Peragaan upacara minum teh oleh klub minum teh, peragaan merangkai bunga oleh klub pecinta bunga, bazaar doujinshi oleh klub manga, live performance oleh band-band sekolah, dan klub-klub lain yang tidak ingin ketinggalan mempromosikan klub mereka.

Siswa kelas tiga akan menampilkan drama musikal yang akan disaksikan oleh jajaran guru dan para siswa.

Selain itu, setiap kelas juga harus bekerja sama untuk menyulap kelas masing-masing menjadi kafe, rumah hantu, labirin, atau sekedar taman bermain kecil di dalam kelas untuk memeriahkan bunkasai.

"chotto, Hinata-chan, sebenarnya kita mau kemana?" tanya Uzumaki Naruko, si gadis berkamera sambil terus diseret oleh Hyuuga Hinata. Tapi, sahabatnya tidak menyahut.

Saat melihat papan nama di atas pintu kelas dihadapan mereka, kelas 2B, Hinata berseru "sudah sampai"

Naruko mengambil nafas lega. Lalu dia mencoba untuk mengintip isi kelas. Tampaknya, kelas ini membuka stan ramal.

Dalam suasana kelas yang gelap karena seluruh jendelanya tertutup rapat oleh kain hitam, terlihat beberapa siswa sedang berusaha meramal penginjung kelas mereka di balik meja.

Naruko tersenyum. Dia mengangkat kamera kesayangannya. Tidak disangka dengan mengikuti Hinata seperti ini, dia juga berhasil mendapat objek yang menarik.

Kumpulan siswa berpakaian ala gipsi dengan bola kristal dan kartu tarot di meja mereka masing-masing berhasil membuat naluri photografernya terusik.

"kau sedang apa Naruko? Kita datang kesini bukan untuk memotret, tahu" protes Hinata dengan berkacak pinggang.

Sfx : klik

Naruko nyengir sambil melihat hasil bidikannya barusan di kamera. Dia tidak memedulikan Hinata.

"Naruko!" hardik Hinata makin kesal.

"baik, baik. Memangnya kita mau bertemu siapa?" tanya Naruko kembali mencari target bidikan lain.

Hinata mencoba mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas, mencari sosok yang dicarinya.

"Aa! Disana!"

Di antara seluruh penghuni kelas tersebut, tampak seorang gadis berpakaian ala miko yang duduk tertunduk di pojok kelas.

Sfx : klik

Jemari Naruko reflek membidik objek yang ditunjuk oleh Hinata. Seketika itu juga dia terpaku, dia menurunkan kameranya. Orang itu…

"Shion" Cetus Hinata sambil mengangguk-angguk.

Hinata bercanda? Saat mendengar nama itu, Naruko merasakan bulu kuduknya merinding.

"aku ingin menanyakan masalah cinta" Hinata terdengar semangat sementara Naruko hanya membalasnya dengan senyuman sumbang.

"baiklah, semoga berhasil" ujar Naruko hendak berbalik pergi.

Sebelum Naruko meninggalkan tempat tersebut, dengan sigap Hinata mencekal lengannya.

"bukan hanya aku, aku juga ingin tau tentang masalah cintamu. Kau kan tak pernah punya pacar, Naruko"

"eh?" Naruko menggigit bibirnya.

"apa kau yakin. Kau tau kan? Dia itu Shion…" lanjutnya.

"lalu kenapa?" balik Hinata.

Apa Hinata tidak tau kalau konon, gadis itu bisa mengutuk siapa saja yang tidak disukainya?

'bagaimana jika dia tidak menyukaiku, lalu mengutukku?' tanya Naruko dalam hati.

Memikirkan semua itu membuat Naruko semakin bergidik dan ngeri. Sepertinya, menjadi gadis single bukanlah ide buruk daripada selamanya harus jadi gadis terkutuk.

Hinata menghela napas sambil geleng-geleng kepala, tidak habis pikir Naruko bisa setakut ini.

"dengar, aku kenal dengan Shion sejak di SMP. Aku berani bertaruh dia bukan gadis yang jahat. Gosip tentang kutukan itu hanyalah omong kosong"

Meskipun begitu, Naruko tetap masih tak yakin dengan ucapan Hinata. Hai itu membuat Hinata ingin sekali menggiling kepalanya keras-keras.

"ayolah, jangan jadi penakut begitu" Hinata semakin menyeret Naruko ketika gadis itu sekali lagi mencoba kabur dari sana.

"cintamu itu bermasalah, Naruko" tutur Hinata bersikeras.

"Dan orang itu…" telunjuknya mengarah ke dalam kelas.

"dapat memperbaikinya" putus Hinata seenaknya.

Naruko hanya bisa pasrah ketakutan ketika Hinata kembali menyeretnya.

.

Naruko mengenalnya sebagai Shion, seorang gadis cenayang yang selalu dikucilkan, bahkan ditakuti di sekolah.

Rumor yang beredar, dia selalu dikelilingi oleh makhluk tak kasat mata yang sangat menginginkan jiwanya. Dia bisa meramal, melihat yang tak terlihat, bahkan mengusir roh.

Berbeda dengan rekan sekelasnya yang lebih memilih mengenakan kostum gipsi, Shion justru memakai hakama (celana tradisional jepang) merah dan haori (jaket kimono) putih layaknya miko.

Rambutnya yang hitam dan panjang terurai menutupi sebagian wajahnya.

Naruko dapat merasakan aura aneh yang terpancar dari gadis tersebut. Dia tidak tau mengapa dia bisa merasakannya. Selama ini, Naruko selalu merasa tidak nyaman jika berhadapan dengan gadis tersebut.

"Uzumaki…..Naruko…..?"

"H-hai!" Naruko kaget.

Suara Shion yang lembut, nyaris mendesah mengantarkan aura dingin yang tajam. Jantungnya berdetak cepat meresonansikan degup tak menyenangkan.

"angkat…..tangan…..kanan…., Uzumaki…..Naruko…"

Dengan terburu-buru, Naruko mengangkat tangan kanannya. Hinata yang ada di sampingnya memperhatikan dengan antusias.

Shion mengangkat sedikit wajahnya yang membuat tubuh Naruko bergetar hebat melihat wajah putih pucatnya.

Gadis cenayang itu memiringkan kepalanya. Lalu menunduk.

"benang….Uzumaki….Naruko….sudah…putus…."

"eh? Benang?" Naruko mengernyit tak paham.

"akai…ito…." Lanjut Shion.

"heeeeee….." Naruko memanang jari kelingkingnya.

Menurut sebuah legenda, seutas benang merah tak terlihat konon terikat di jari kelingking setiap manusia. Ujung benang merah tersebut dipercaya akan terhubung pada belahan jiwanya. Akai ito.

"itukah sebabnya kenapa Naruko tak pernah mempunyai pacar?" Hinata bertanya-tanya di sebelah Naruko.

"hai…" jawab Shion singkat.

Naruko masih terdiam, berusaha mengunyah, menelan, dan mencerna kata-kata Shion. Selama ini gadis itu hanya menganggap bahwa akai ito hanya ada dalam cerita drama.

Dia memang tidak begitu percaya akan adanya belahan jiwa atau cinta abadi. Dia yakin dirinya tidak akan pernah merasakan happily ever after seperti dalam cerita dongeng.

Keyakinannya akan cinta runtuh tepat saat gadis itu merasakan cinta itu sendiri. Cinta yang tak mungkin digapainya.

"apa yang terjadi?" tanya Naruko kemudian.

"orang…yang…terhubung…..dengan…..Uzumaki….Naruko….sudah….tidak…ada…." lalu Shion menundukkan kepalanya.

"dia….sudah…meninggal…."

Serius?! mata Naruko dan Hinata sontak membulat. Naruko menyandarkan punggungnya lemas.

"jadi benar ya… orang itu bukan cinta sejatiku" batin Naruko.

"Uzumaki…..Naruko…..butuh….bantuan….." desis Shion.

"benarkah? Jadi, masih ada jalan keluar? Bagaimana? Cepat jelaskan!" desak Hinata dengan hebohnya.

Bagaimanapun juga, Hinata tak ingin sahabatnya itu menjadi perawan tua.

"jawabannya…..ada…di balik….jendela…."

Naruko mengalihkan pandangnnya pada jendela besar di belakang Shion, dan beranjak meninggalkan tempat duduknya.

Dengan gerakan ragu-ragu, gadis itu menyibakkan gorden tebal yang menutupi jendela. Matanya terpicing saat cahaya matahari langsung menyerbu ke dalam kelas.

"dimana?" Hinata yang mengekor di belakang Naruko celingak-celinguk melihat keluar jendela.

Mata Naruko hanya tertuju pada satu arah.

Semilir angin musim gugur berhembus, memainkan rambut seorang pemuda yang tengah duduk di atas pagar pembatas atap sekolah.

.

.

.

"Uchiha Sasuke"

.

.

TBC

.

.

Author sedang bosan, dan memutuskan untuk membuat fict ini. mungkin fict ini akan selesai pada saat lebaran, mungkin juga tidak.

kenapa words-nya sedikit, karena author berniat membuat masing-masing chapter dengan singkat tetapi dengan chapter yang cukup lumayan.

tinggalkan review yang membangun, itu akan membantu memotivasi author.

.

ryuu-kun out, adieu...