Keterangan :

Netherland : Conrad Vuiuechin a.k.a Kuma or Nethere

Indonesia : Ayu Carriedo or Nesia

Vietnam : Lan Tuyen

AN (childish!eL):

Warning : Gender bender, OOC, typo, failing plot, crack pairing, etc

Alfred di sini eL buat sedikit OOC, so expect the unexpected #plak

Oh, karena alasan tertentu jadi ada kemungkinan beberapa teks memakai bahasa Inggris dan eL bingung bagaimana menterjemahkannya. Takutnya nanti artinya malah berbeda, jadi kalau ada yang bingung silahkan bertanya ;)

Couple :mainly NetherexNesia

Summary :

Kau tidak seharusnya memandangnya seperti itu, kau tidak seharusnya memeluknya, kau tidak seharusnya menciumnya. Dan kau bahkan tidak seharusnya mencintainya. Demi Tuhan, dia itu keponakanmu! Anak dari saudaramu!

.

My Love for You

by eL-ch4n

Chapter 1

'My Past With You'

.

Love isn't something you can plan for. It just happens, whether you like it or not. –Anonymous

.

"Kuma, ayo bangun!" Dengan sekuat tenaga, dia menarik selimut yang di bawahnya terdapat seorang pria dengan kumis di sekeliling wajahnya dan rambut yang seperti tulip.

"Sebentar lagi, Nesia." ujar pemuda bernama Kuma dengan nada mengantuk.

Pria itu masih memeluk gulingnya tanpa menghiraukan keadaannya yang setengah telanjang dan fakta bahwa pipi gadis yang memanggilnya tadi sudah bersemu merah. "Kuma, ayo bangun!" Sekali lagi gadis itu mencoba menahan amarah dan malu yang bercampur aduk dalam dirinya. Dia meletakkan selimut yang tadi diambilnya ke atas lantai dan kemudian menarik guling yang dipeluk pria bernama Kuma itu. Segera setelah guling tersebut diambil, Kuma dengan segera menarik gadis itu dan memeluknya seolah dia adalah guling.

Gadis itu mencoba merekonstruksi apa yang sedang terjadi di dalam kepalanya.

Pertama, saat itu pagi hari dan jika dia tidak berangkat dalam waktu 5 menit lagi, dia pasti akan ketinggalan bus dan pasti akan terlambat.

Kedua, sarapan yang sudah dia siapkan sedari tadi sekarang pasti sudah dingin dan dia tidak suka dengan hal itu.

Ketiga dan yang terutama, dia –Kuma– memeluknya dalam keadaan setengah telanjang dan fakta bahwa sebenarnya dia – gadis yang diketahui bernama Nesia – tidak keberatan dengan hal itu.

Jadi jangan salahkan Nesia, ketika terdengar suara sesuatu dipukul begitu keras dan sebuah teriakan, "BANGUN KAU LOLICON!"

Sungguh pagi yang indah, benar bukan?

.

Di ruang makan, pemuda berambut tulip sedang membuka koran. Jika dilihat dari arah sebelah kanan, dia terlihat lumayan. Dengan kulitnya yang putih dan kumis yang menambah kesan misterius serta mata birunya yang menghanyutkan, Kuma bukanlah pemuda yang jelek. Ya, tetapi jika dilihat dari sebelah kiri, sebuah jejak tangan berwarna merah terlihat menghiasi kulitnya yang putih merusak karya Tuhan yang indah itu.

"Lain kali, bangunkan aku dengan cara biasa, Nes." Sambil tetap membaca koran yang dipegangnya, dia berkata kepada Nesia.

"Biasa? Aku sudah membangunkanmu baik-baik, tetapi kau malah menarikku dan..." Nesia berhenti bicara dan mengalihkan dirinya untuk mencuci piring yang sudah dipakai Kuma tadi. Kuma bingung kenapa gadis itu berhenti berbicara. Dia melirik gadis yang tadinya sedang mempersiapkan sarapan untuknya sekarang sedang berbalik mencuci piring.

Nesia sangat malu. Tentu saja. Siapapun tidak akan merasa tidak malu mengalami kejadian yang baru saja dialaminya.

"Nesia?" Kuma sekali lagi memanggil Nesia dengan suaranya yang sedikit serak. Nesia tidak menghiraukannya dan segera mengelap tangannya yang basah kemudian mengambil tas sekolahnya.

Dia tersenyum kepada Kuma sembari mengambil tasnya, "Aku tidak apa-apa kok, Kuma."

Kuma mengangguk. Walau dia yakin masih ada yang disembunyikan oleh gadis itu, tetapi kalau memang gadis itu sendiri tidak mau membicarakannya, Kuma tidak akan memaksanya. "Ya, hati-hati di jalan ya."

Setelah Nesia pergi, Kuma melanjutkan membaca korannya. Tangannya yang panjang meraih gelas yang telah berisi kopi yang baru saja dibuat Nesia. Baru saja diteguknya, kopi tersebut langsung dimuntahkan oleh Kuma. Dan sumpah serampah beserta semua isi kebun binatang keluar dari mulut Kuma.

"Gila, kurasa Nesia benar-benar sedang sakit. Tidak biasanya dia terbalik antara gula dengan garam. Udah gitu, kopi ini panas banget! Untung saja lidahku bukan lidah kucing." Oh Kuma, andai saja kau tahu kenapa Nesia bisa melakukan kesalahan konyol itu.

.

"Viet!" Nesia berteriak memanggil nama temannya yang tertangkap dalam penglihatannya. Yang dipanggil berbalik dan menunggu sampai Nesia menghampirinya. Teman Nesia yang satu ini berasal dari Vietnam bernama lengkap Lan Tuyen, tetapi lebih sering dipanggil Viet sesuai dengan nama negaranya berasal.

Sekolah di mana Nesia belajar adalah International Hetalia High School, sebuah sekolah yang berbasis internasional, di mana semua murid dari sekolah tersebut berasal dari mancanegara sehingga terkadang murid-murid beserta para guru di sana cenderung memanggil nama satu sama lain dengan nama negara mereka berasal. Ya, tetapi ada juga beberapa kejadian khusus, seperti misalnya.

"Nesia, hampir saja kau terlambat." Suara itu berasal dari seorang lelaki berambut pirang dengan alis mata yang sangat tebal membuat Nesia terkadang bertanya-tanya apakah alis tersebut merupakan warna spidol permanen yang tidak bisa dihapus. Yah, hanya lelaki itu yang tahu jawabnya.

"Iya, Arthur. Tetapi, kau tidak akan mengadukanku jika aku terlambat kan?" tanya Nesia dengan mata tak berdosa membuat pemuda bernama Arthur menelan ludah dan mencoba menahan semburat merah yang mulai muncul di pipinya.

Gulp. "Ya, mungkin." jawab Arthur dengan ragu-ragu. Dia sangat gugup. Bagaimana tidak? Orang yang ditaksirnya berada di depannya dengan jarak yang begitu dekat membuat dia bisa melihat betapa kulit kuning langsatnya sangat mulus dan terlihat halus.

"Ayo, Nesia. Kita bisa terlambat. Kau tahu kan Pak Ludwig paling tidak suka ada yang terlambat?" Viet menarik tangan Nesia dan mereka berdua segera berlari menuju ruang kelas mereka. Sementara Arthur? Oh, pemuda itu terlalu gugup sampai-sampai tidak menyadari bahwa Nesia sudah beranjak pergi dari hadapannya.

Sebuah tangan memeluk pundaknya dari belakang. "Wah, kau benar-benar hopeless. Kau tahu itu?" ujar seorang pemuda lain yang juga berambut pirang dengan kacamata dan postur tubuh yang sedikit lebih tinggi dari Arthur.

"Alfred! Aku tidak perlu pendapatmu! Dan darimana saja kau?" Arthur menghentak tangan Alfred yang berada di pundaknya agar dia terlepas dari pelukan pemuda yang berasal dari Amerika itu. Ya, ini adalah kejadian khusus di mana nama asli murid yang dipakai daripada negaranya.

Arthur adalah ketua OSIS dan dia juga adalah seorang anak dari bangsawan Inggris ternama. Oleh karena pelajaran yang diterimanya, dia menjadi pemuda teladan di sekolah Hetalia tersebut. Jika Arthur adalah Yin, maka Alfred adalah Yang. Pemuda yang berasal dari Amerika tersebut adalah tukang biang onar yang sudah tidak asing lagi. Pemuda Amerika yang memiliki perut karet karena hampir tiap saat kau akan melihat dia sedang memegang burger dan mengunyahnya. Dia juga suka sekali berteriak, "Hero tidak pernah terlambat." atau "Hero tidak akan takut dengan setan." dan seterusnya. Oh, jangan lupa dengan suaranya yang sangat tidak bernada yang bisa membuat siapapun langsung tuli saat itu juga jika mendengar teriakannya dalam radius 1 meter.

Jadi, jangan salahkan jika Arthur mulai menjauh dari Alfred. "Hei, maaf. Seorang hero tidak boleh menolak permintaan dari seorang gadis." Mendengar jawaban dari Alfred, Arthur langsung bisa menebak apa yang terjadi. Seperti biasanya, pemuda berasal dari Amerika itu baru saja melakukan hal yang tidak boleh dilakukan dan di saat bel sedang berbunyi pula!

Arthur hanya bisa meletakkan tangan kanannya dan memukul pelan dahinya. "Oh my gosh,kalau kau memang seorang hero, tidak seharusnya kau melakukan hal itu, kau tahu?"

"Ya, ya, ya," ejeknya. "Lebih baik seperti itu, daripada kau? Bahkan memiliki pembicaraan normal dengan gadis yang kau suka saja kau tidak bisa. Man, you're hopeless."

"Apapun katamu." Dia mengabaikan Alfred dan melakukan tugasnya sebagai ketua OSIS. Tanpa dia sadari, Alfred menatapnya dengan tatapan serius sebelum kemudian mengikuti arah ke mana Nesia pergi tadi.

"Andai saja kau tahu, Arthur."

.

Hari itu benar-benar sial! Bukan saja dia harus dibangun dengan teriakan Nesia yang sangat keras (Ya, suara Nesia itu bisa membangunkan satu kompleks penuh), mendapat kopi asin yang sangat panas, dan oh jangan lupakan sarapan tidak jadi yang harus dimakannya (pancaketanpa sirup maple dan masih terasa adonannya –eew). Dan, sepertinya Tuhan tidak puas dengan kemalangannya karena belum sempat dia mengsave data yang baru saja dia dapatkan, komputernya mati karena pemadaman listrik.

"Tsck, Sial!" gerutunya. Dia berdiri dari meja kerjanya. Kakinya membawa dia ke kursi yang terletak di balkon. Tangannya meraih batang rokok yang ada di kantongnya. Diraihnya lagi korek api untuk membakar ujung rokok kemudian dihisapnya.

Sembari menghisap aroma rokok tersebut, dia kembali teringat kepada Nesia. Semua tetangganya sudah sering bertanya-tanya apa hubungan antara Nesia dengan Kuma. Dilihat dari tampangnya, sangat mustahil rasanya kalau Kuma itu adalah ayahnya. Nesia terlihat baru berusia 16 tahun sementara Kuma terlihat berusia 30 tahun (bisa lebih muda dikarenakan kumisnya yang tidak pernah dia rawat membuat dia terlihat lebih tua).

[Kakak adik?]

Nah, usia mereka terlampau jauh untuk menjadi seorang kakak dan adik apalagi tampang mereka tidak terlalu mirip.

[Pasangan tidak menikah yang hidup bersama?]

Hmm..ini mungkin bisa dimasukkan dalam perhitungan, tetapi sayang sekali itu juga bukan jawabannya. Karena jika itu terjadi, Kuma pasti akan dipenjara (ya, dengan hukum-hukum tidak jelas yang mengatakan Nesia masih di bawah umur jadi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka Kuma melakukan kejahatan terhadap minoritas). Lagipula, mereka tidak pernah, sekali lagi, TIDAK PERNAH terlihat bermesraan sedikitpun! Yang selalu terdengar setiap hari kurang lebih seperti ini :

"AYO BANGUN KEPALA TULIP!"

Atau seperti ini :

"DASAR VAMPIR BERKULIT PUCAT!"

Atau mungkin seperti ini:

"JANGAN MALAS, KUMA!"

Yah, sisanya bisa kalian bayangkan sendiri. Jadi, pilihan 'Pasangan tidak menikah yang hidup bersama' adalah tidak mungkin.

[Teman?]

Tidak mungkin, seperti yang dikatakan tadi, umur mereka terlampau jauh dan juga alasan yang sudah disebutkan pada pilihan sebelumnya. Setiap hari yang terdengar hanyalah suara pertengkaran mereka saja.

[Berarti yang tersisa adalah hubungan paman dan keponakan?]

Yap, seratus untuk anda. Benar, Kuma adalah kakak dari ibu Nesia. Kalau demikian, di mana kedua orang tua Nesia sekarang? Mereka sekarang sudah berada di atas langit mengamati setiap gerakan Nesia.

[Meninggal?]

Ya, benar lagi. Kedua orang tua Nesia sudah meninggal saat dia baru berusia 6 tahun. Mereka meninggal dalam kecelakaan pesawat yang terjadi saat mereka dalam perjalanan ke Jepang. Kedua orang tua Nesia cukup berhasil dalam bisnis mereka dan meninggalkan Nesia dengan warisan yang cukup banyak. Akan tetapi, terjadi perebutan warisan di antara saudara-saudara lainnya yang merasa tidak adil. Mereka beranggapan bahwa Nesia masih terlalu muda untuk melanjutkan perusahaan dan bahwa uang yang diwariskan Nesia terlalu banyak.

Sungguh manusia tidak berperasaan. Di saat orang tuanya sudah tiada, yang dilihat Nesia hanyalah kerakusan orang dewasa yang memperebutkan harta. Tidak ada yang peduli dengan keadaannya. Setelah orang-tuanya tiada, siapa yang akan merawatnya? Di mana dia akan tinggal sekarang? Oke, mungkin rumahnya masih dimiliki olehnya, tetapi tetap saja tidak mungkin dia tinggal di rumah sebesar itu seorang diri.

Di saat itulah, Kuma datang. Berbeda dengan saudara lainnya yang mengenakan pakaian hitam rapi, dia hanya memakai kaus hitam polos dengan celana jeans panjang. "Kalian sungguh berisik!"

"Conrad? Berani-beraninya kau datang setelah apa yang terjadi!" teriak salah seorang di antara saudara ibu Nesia.

"Aku? Berani? Justru kalian yang sudah tidak punya rasa malu. Jangan lupa kalau kalian yang tidak setuju dengan pernikahan ini. Dan sekarang? Setelah mereka tiada meninggalkan harta warisan yang besar, kalian bersedih dan menangis tersedu-sedu sepert ini. Kalian sebut diri kalian saudara? Keluarga? Cih." Kuma membuang ludah ke arah sampingnya seolah menunjukkan bahwa dia meremehkan mereka semua. Tentunya ini membuat semua saudara jauhnya merasa kesal dan yang pria sudah hendak melancarkan serangan ke arah Kuma kalau bukan suara Nesia memecahkan seisi ruangan.

Kuma tertawa kecil dan mengarahkan pandangannya kepada gadis kecil berambut bob hitam yang sedang duduk menangis di dekat kakinya. "Mama mana? Papa? Papa mana? Nesia janji akan jadi anak baik, Nesia janji karena itu tolong katakan sama mama dan papa untuk pulang." Mendengar ucapan polos seorang Nesia, hati Kuma dan saudara yang ada di sana menjadi luluh. Kuma berjongkok dan berhadapan dengan Nesia. "Nesia kan namamu?" Nesia mengangguk, "Papa dan mama sudah pergi jauh. Mulai sekarang kau tinggal sama kakak saja, bagaimana?" Kuma mengelus kepala Nesia dengan lembut seperti yang sering dilakukan oleh adik perempuannya atau ibu Nesia kepada dia jika dia sedang sedih.

Nesia menggelengkan kepalanya. "Tidak mau." Kuma tersentak kaget dan bertanya, "Kenapa?"

"Habis kakak serem mirip beruang (kuma)." Dan mulai sejak saat itu nama Kuma menjadi aliasnya. Ya, dia juga tidak keberatan dengan nama itu, lebih mudah diingat dan lebih praktis.

[Jadi begitu?]

Oh, ini belum selesai. Pengacara yang baru saja melihat acara drama keluarga secara gratis di depannya berdeham membuat perhatian semuanya teralihkan kepada dirinya lagi.

"Jadi, Tuan dan Nyonya Carriedo memutuskan bahwa aset-aset perusahaan dan lainnya akan diserahkan kepada Saudari Ayu atau Nesia setelah Nona Ayu atau Nesia menanjak usia 18 tahun di mana dia diyakini sudah memiliki pendidikan dan pengetahuan yang baik. Sementara rumah yang ditempati sebelumnya akan diberikan kepada Saudari Ayu atau Nesia dan hal-hal mengenai rumah tersebut sudah diserahkan sepenuhnya kepada Saudari Ayu atau Nesia. Kemudian untuk pembagian harta bernilai 398 juta euro akan diberikan kepada Saudari Ayu bersamaan dengan aset-aset perusahaan setelah dia beranjak 18 tahun. Adapun harta yang tersisa yakni, 572 juta euro akan dibagi rata dengan saudara yang tersisa."

Mendengar isi surat wasiat tersebut, semuanya merasa tidak adil dan melihat ke arah Nesia yang sudah mulai menenangkan dirinya. Salah satu dari mereka dengan tanpa berperasaannya bertanya, "Apa yang terjadi seandainya sebelum beranjak 18 tahun Nesia meninggal?"

Kuma menatap tajam ke arah saudaranya yang sangat tidak berperasaan itu. Apakah harta sudah sedemikiannya membutakan seseorang sampai-sampai mereka tega berpikir untuk melakukan hal keji seperti itu? Membunuh seorang anak yang bahkan tidak mengerti uang itu untuk apa.

Sekali lagi pengacara yang berasal dari Austria itu berdeham, "Maaf, saya belum selesai. Di sini juga tertulis apabila terjadi sesuatu pada Saudari Ayu atau Nesia yang membuat dia tidak memungkinkan untuk menerima warisan tersebut seperti misalnya dia meninggal atau mengalami penyakit kelumpuhan dan lainnya, maka warisan yang akan diterima Saudari Ayu atau Nesia ketika dia beranjak 18 tahun akan disumbangkan ke semua panti asuhan dan yayasan pendidikan yang diperlukan."

"Bagaimana dengan aset-aset perusahaan? Tentunya itu tidak mungkin disumbangkan bukan?"

Pengacara Austria itu menatap tajam ke arah saudara yang baru saja bertanya lagi. Entah karena dia merasa orang yang bertanya itu sungguh tidak berperasaan atau dia tidak suka disela ketika dia belum selesai menyampaikan sesuatu. "Sekali lagi saya sampaikan bahwa aset-aset tersebut akan diberikan kepada keluarga Zwingili yang sudah diketahui adalah saingan utama dari keluarga Carriedo."

Pemuda yang bertanya pertanyaan kejam tadi hanya bisa menganga lebar. Ternyata apa yang akan dia lakukan sudah diperkirakan oleh pasangan suami istri tersebut. Rupanya hasil industri yang besar yang mereka dapatkan bukan tanpa apa-apa. Semua gerak-gerik lawan mereka (dalam hal ini saudara-saudari kandung mereka) sudah diprediksikan membuat lawan mereka hanya bisa duduk manis sambil menggigit jari.

[Hahaha..lucu sekali]

"Jika saya tidak salah mendengar, anda adalah Saudara Conrad?" Kuma yang mendengar namanya dipanggil mengangguk sebagai jawaban.

Pengacara Austria itu memberikan sebuah amplop putih polos yang di depannya tertulis :

To : My Annoying Bruder

Kuma terkekeh kecil melihat tulisan tersebut. Sungguh ciri khas Belgi untuk menulis hal seperti itu.

"Nyonya Carriedo berpesan untuk memberikan ini kepada anda dan dia juga berpesan bahwa amplop ini hanya boleh dibuka setelah Nona Ayu menginjak 15 tahun."

Kuma mengambil amplop tersebut. "Dan, sebelum semuanya pergi. Ada satu hal lagi yang ingin saya sampaikan. Untuk Saudara Conrad Vuiuechin, anda harus tinggal dan merawat Saudari Nesia sampai dia berusia 18 tahun. Anda juga tidak mendapat jatah harta 572 juta euro yang dibagikan kepada saudara anda."

Mendengar itu, Kuma hanya mengangguk. Dia, toh, tidak memerlukan uang itu. Dia bisa mencarinya sendiri. Pemuda yang daritadi menanyakan pertanyaan yang keji itu menatap Kuma dan memberikan senyum sinisnya. "Lihat sekarang siapa yang malu?" ejeknya diikuti tawa dari beberapa saudara yang lain. Kuma hanya menghela nafas.

Pengacara itu merasa kesal dan berdeham sekali lagi untuk mengambil perhatian mereka. "Sekali lagi, jika anda semua menyela saya, maka saya akan mempersilahkan diri saya dan pembacaan surat wasiat ini akan dilakukan lain waktu." Semua terdiam. "Baiklah, seperti yang sudah saya katakan tadi, anda tidak mendapat jatah harta tersebut, akan tetapi, sebagai hadiah karena anda telah merawat Saudari Ayu atau Nesia sampai dia berusia 18 tahun, maka anda mendapatkan 50% dari 398 juta euro yang diwariskan ke Saudari Ayu atau Nesia. Dan anda juga bertugas untuk mengambil alih perusahaan sampai Saudari Ayu atau Nesia menginjak usia 18 tahun. Tertanda, Nyonya Abigail 'Belgie' Carriedo dan Tuan Anthonio Fernández Carriedo."

[Usia Nesia sekarang berapa?]

Bulan Agustus nanti, dia akan beranjak 16 tahun.

[Kalau Nethere?]

Hmm...30 tahun. Oke, bercanda. Usianya 27 tahun (3 tahun lebih mudah dari kelihatannya).

[Lalu, apa isi dari surat yang diberikan oleh Belgi kepada Kuma?]

Oh, surat itu? Kurasa itu akan dibahas di kali berikutnya saja soalnya lampunya sudah menyala.

Kuma mematikan puntung rokoknya dan menghela nafas. Rasanya tidak percaya sudah 10 tahun berlalu. Masih diingat di kepalanya bagaimana semuanya bisa terjadi juga berbagai kejadian yang dilaluinya bersama Nesia selama 10 tahun. Dia menghormati surat wasiat dari adiknya dengan menjalankan perusahaan dan membuatnya menjadi salah satu perusahaan jasa ternama. Selain menjadi direktur di perusahaan adiknya, dia juga tidak melupakan profesi utamanya yang merupakan seorang arsitek. Ketika urusan kantor sudah beres, dia akan mengerjakan proyek-proyeknya seperti yang dilakukannya sebelum mati lampu tadi. Semoga saja, datanya sempat tersimpan.

Dan mengenai surat dari adiknya itu, dia berharap sekali kalau dia tidak perlu membacanya.

.

Stay tuned for the next chapter

.

AN(mature!eL) :

Kenapa oh kenapa saya bikin Nethere berkumis? Ya, saya tidak bisa memungkiri kalau saya sangat suka sekali dengan orang berkumis dan berkacamata (hint). Kemudian nama Kuma itu terpikirkan karena setiap kali saya baca komik, orang berkumis itu selalu dipanggil dengna nama Kuma alias beruang, saya tetap tidak mengerti. Yah, sudahlah~

Silahkan kritik dan sarannya saya tunggu ;) Sampai jumpa di chapter berikutnya!

Luph u

eL-ch4n