Disclaimer :

Detektif Conan milik Gosho Aoyama.

Catatan Penulis :

Akhirnya bisa juga penulis menulis fanfic AiCon multichapter yang berbasis canon ini, setelah sebelumnya penulis menulis fanfic AiCon multichapter berbasis AU. Cerita ini bakal penuh dengan drama, jadi waspadalah! (Huh?)

Kemarin, penulis mendapat kritikan dari pembaca kalau Shiho yang ada dalam fanfic penulis terlihat seperti Mary Sue dengan Shiho disukai banyak lelaki. Penulis sudah berusaha membuat rasa suka para lelaki ke Shiho itu senatural mungkin dan beralasan. Misalnya di fanfic JBT, Heiji suka pada Shiho karena Shiho selalu merawatnya ketika dia sakit saat dia merantau ke Tokyo untuk kuliah, namun dia tidak sadar dengan perasaannya itu dan menganggap Shiho sebagai kakak perempuannya. Shuichi suka pada Shiho karena dia selalu memperhatikan Shiho sampai tanpa sadar pikirannya selalu penuh dengan Shiho dan Shiho juga memaafkan dan menerimanya setelah apa yang dia lakukan pada Akemi. Shinichi suka pada Shiho karena Shiho sudah berbagi banyak hal dengannya (mulai dari minum APTX4869 sampai tempat tidur. XD). Tapi kalau itu semua tidak cukup dan Shiho tetap terlihat seperti Mary Sue, penulis juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengubahnya karena itulah Shiho yang ada dalam imajinasi penulis. Jadi penulis hanya bisa minta maaf atas ke-Sue-an Shiho itu.

Selamat membaca dan berkomentar!


Tanpa Batas

By Enji86

Chapter 1 – Rencana Pelenyapan Diri

Ai sedang sibuk mengetik di ruang bawah tanah ketika tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dengan suara keras. Dia menghentikan kesibukannya dan menoleh. Dia melihat Conan membanting pintu itu agar menutup kemudian Conan melangkah menghampirinya. Dia pun menaikkan alisnya pada Conan dengan wajah kesal.

"Ada apa lagi sekarang?" tanya Ai dengan nada kesal.

"Aku sudah tidak tahan lagi," seru Conan.

"Apanya?" tanya Ai.

"Ini sudah hampir tiga tahun, Haibara! TIGA TAHUN! Tapi sampai sekarang belum ada kemajuan tentang penyelidikanku terhadap Organisasi Hitam sejak kasus Bourbon, antidot permanen juga belum jelas...," omelan Conan langsung dipotong oleh Ai begitu dia menyebut-nyebut antidot.

"Aku kan sudah bilang aku kekurangan data. Kalau kau mau aku menyelesaikan antidot permanen, kau harus menemukan data itu," potong Ai.

"Ya, ya, aku tahu. Aku kan hanya sedang ingin mengomel jadi lebih baik kau tidak memotong omelanku," ucap Conan.

"Hei, apa-apaan itu? Ada banyak hal berguna lain yang bisa kukerjakan daripada mendengarkan omelanmu," ucap Ai.

"Dengar, hari ini aku melihat Ran menangis lagi, jadi aku ingin mengomel dan kau harus mendengarkanku," ucap Conan.

"Lalu? Apa kau pikir dengan mengomel kepadaku, Mouri-san akan berhenti menangis begitu?" tanya Ai dengan agak dingin.

"Yah... tidak. Tapi setidaknya beban di hatiku bisa sedikit terangkat," jawab Conan.

"Kudo-kun, aku sama sekali tidak tertarik untuk meringankan beban di hatimu jadi pergi sana! Mengganggu saja!" ucap Ai tanpa menyembunyikan kekesalannya kemudian dia kembali sibuk dengan komputer di depannya.

"Tapi aku ke sini tidak hanya untuk mengomel," ucap Conan sehingga Ai kembali menoleh padanya dengan alis terangkat.

Conan tiba-tiba merasa ragu tapi dia berkata dalam hati bahwa ini adalah jalan terbaik sehingga dia kembali membuka mulutnya.

"Apa kau ingat dulu aku pernah bilang bahwa aku tidak mau melihat Ran menangis lagi meskipun itu berarti aku tidak ada lagi di hatinya?" tanya Conan.

"Yah, itu sudah lama sekali," jawab Ai dengan pandangan menerawang. "Memangnya kenapa?" tanyanya sambil menatap Conan.

"Sekarang aku benar-benar ingin melakukannya," jawab Conan.

"Maksudmu kau akan menghilang dari hatinya?" tanya Ai sambil mengerutkan keningnya.

"Yah, sepertinya itu satu-satunya cara untuk membuatnya berhenti menangis. Hidupku benar-benar penuh dengan ketidakpastian dan aku tidak ingin membawa Ran terlalu jauh dalam ketidakpastian ini dan membuang air matanya lebih banyak lagi," jawab Conan.

"Apa kau yakin? Lalu bagaimana denganmu? Bukankah kau sangat mencintainya?" tanya Ai sehingga Conan tersenyum kepadanya.

"Aku akan baik-baik saja. Kalau dia bahagia, aku pun juga pasti bahagia," jawab Conan.

Ai tahu Conan nanti pasti tidak akan baik-baik saja, tapi dia juga tidak bisa membantah keinginan Conan karena semua yang Conan katakan ada benarnya. Dia pun menghela nafas lalu kembali membuka mulutnya.

"Lalu bagaimana kau akan melakukannya?" tanya Ai.

"Aku sudah memikirkan sebuah rencana dan aku butuh bantuanmu," jawab Conan dengan tatapan penuh harap pada Ai.

"Yah, aku akan mempertimbangkannya setelah aku tahu apa rencananya," ucap Ai.

"Benarkah? Terima kasih banyak, Haibara," ucap Conan dengan wajah berseri-seri.

"Jangan senang dulu. Aku bilang aku akan mempertimbangkannya, aku belum tentu akan membantumu," ucap Ai.

"Ya, ya, terserah kau saja," ucap Conan sambil memutar bola matanya sehingga Ai menatapnya dengan tajam selama beberapa saat.

"Jadi apa rencananya?" tanya Ai.

"Begini...," Conan menceritakan rencananya pada Ai. "Jadi bagaimana menurutmu?" tanyanya setelah selesai bercerita.

"Yah, itu sepertinya rencana yang bagus untuk membuat seorang ratu karate membunuhmu dan membunuhku," jawab Ai.

"Ha ha ha," Conan tertawa garing. Namun dalam hati dia benar-benar berpikir bahwa itu mungkin terjadi, mengingat waktu kasus penculikan adik Hide, pemain ace Tokyo Spirits, Ran begitu marah saat teman wanita Hide mengaku sebagai pacarnya. Apalagi sekarang sudah hampir 4 tahun sejak kejadian itu, jadi pasti Ran akan lebih dari marah saat dia menjalankan rencananya.

"Kau tahu, kemarin aku melihat baju dan sepatu yang bagus sekali di butik Agatha," ucap Ai.

"Huh?" ucap Conan dengan bingung karena dia pikir Ai mengalihkan pembicaraan. Tapi dia segera sadar apa maksud Ai sehingga dia langsung menampilkan wajah 'oi oi'-nya pada Ai.

"Apa?" tanya Ai sambil nyengir.

"Dasar komersil!" ucap Conan dengan kesal.

Ai hanya menanggapinya dengan tertawa kecil.

"Jadi kapan kita akan menjalankan rencanamu itu?" tanya Ai.

"Sabtu depan, saat pesta ulang tahun Ran yang ke-20," jawab Conan kemudian dia menghela nafas.

"Apa?" seru Ai dengan terkejut. "Kudo-kun, apa kau serius?" tanyanya.

"Aku serius," jawab Conan. Hatinya tiba-tiba terasa berat. Dia tahu itu akan sangat jahat tapi juga sangat efektif untuk menghapus dirinya dari hati Ran. Dia menduga Ai akan protes sehingga dia sudah menyiapkan alasan dan mengubah mood-nya menjadi angst namun ternyata dugaannya salah.

"Kalau begitu itu saja tidak cukup. Aku juga harus mencari di butik lain," ucap Ai dengan agak panik.

"Apa?" seru Conan dengan terkejut.

"Dia benar-benar akan membunuh kita. Kalau bayarannya hanya segitu, itu tidak sesuai dengan resikonya," jawab Ai.

Conan hanya menatap Ai dengan perasaan yang campur aduk.

"Apa?" tanya Ai saat dia melihat Conan memandangnya dengan tatapan aneh.

"Tidak ada. Lebih baik aku pergi sekarang. Sampai jumpa," ucap Conan kemudian dia berbalik dan melangkah pergi.

Ai hanya mengangkat bahu kemudian mengalihkan perhatiannya kembali ke komputer.

"Sebenarnya wanita macam apa dia itu?" keluh Conan dalam hati saat dia keluar dari rumah Profesor Agasa. Dia tidak sadar bahwa hatinya sudah tidak terasa berat lagi karena dia jadi memikirkan Ai, bukannya memikirkan Ran dan rencananya.

XXX

Shiho menatap pantulan dirinya di cermin kemudian tersenyum kecil.

"Lama tidak bertemu, Shiho," ucapnya dalam hati. Lalu ada yang mengetuk pintu kamar hotelnya sehingga dia beranjak dari depan cermin untuk membuka pintu. Ternyata yang datang adalah Yukiko dengan membawa tas berisi alat tata rias dan beberapa wig. Dia, Shinichi dan orang tua Shinichi memang tinggal hotel setelah orang tua Shinichi berpura-pura menjadi orang tua Conan dan menjemput Conan dan Ai untuk berlibur ke luar negeri dua hari yang lalu sehingga Conan dan Ai tidak akan bisa menghadiri pesta ulang tahun Ran. Sebagai gantinya Shinichi dan Shiho-lah yang akan hadir.

"Wah, kau cantik sekali, Ai-chan," seru Yukiko dengan riang.

"Terima kasih, Bibi," ucap Shiho sambil tersenyum sehingga Yukiko langsung cemberut kepadanya.

"Bukan Bibi, tapi Onee-chan, ONEE-CHAN," ucap Yukiko dengan penekanan sehingga Shiho langsung sweatdrop.

"Iya Bi... Onee-chan," ucap Shiho.

"Nah, itu baru benar," ucap Yukiko dengan suara riangnya.

Shiho pun hanya bisa menghela nafas.

"Lebih baik kita segera mulai," ucap Yukiko.

"Baiklah," ucap Shiho sambil mengangguk.

Tak lama kemudian, Shiho sudah duduk kembali di depan cermin sementara Yukiko sibuk mendandaninya. Setelah selesai mendandani Shiho, Yukiko mencoba beberapa wig di kepala Shiho sampai menemukan yang paling cocok. Shiho harus memakai wig karena warna rambutnya yang khas itu bisa membawa masalah yang tidak perlu dalam pelaksanaan rencana Shinichi malam ini.

"Selesai," seru Yukiko sambil tersenyum melihat pantulan Shiho di cermin. "Kau tahu, semua laki-laki pasti akan jatuh cinta padamu. Kau benar-benar sangat cantik," lanjutnya dengan riang.

Shiho tidak menjawab dan hanya tersenyum. Dalam hati dia agak sedih karena dia tahu penampilannya ini hanya sementara. Padahal dia ingin sekali melihat reaksi orang itu jika melihatnya dengan penampilan seperti ini. Dia ingin sekali mengetahui bagaimana reaksi orang itu jika orang itu tahu bahwa gadis kecil yang selama ini digandengnya setiap pagi adalah seorang wanita cantik berusia 21 tahun. Mungkin saja orang itu akan jatuh cinta padanya. Memikirkan hal itu membuatnya tersenyum, namun hanya sesaat, karena dia tahu antidot permanen yang sangat diinginkan Conan dan dirinya itu masih jauh dari genggamannya.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu lagi dan kali ini Yukiko yang beranjak untuk membukakan pintu.

"Apa Haibara sudah selesai?" tanya Shinichi pada ibunya di depan pintu kamar Shiho.

"Sudah. Dia cantik sekali, Shin-chan," jawab Yukiko sambil tersenyum.

"Benarkah?" ucap Shinichi dengan sinis.

"Memangnya gadis kecil bermata setan itu bisa jadi cantik?" pikir Shinichi meremehkan.

"Hoo, jadi kau tidak percaya kalau aku cantik," ucap Shiho dari belakang Yukiko sehingga Yukiko langsung bergeser sehingga Shinichi bisa melihat Shiho.

Mata Shinichi langsung terbelalak dan mulutnya menganga melihat Shiho. Dia tidak bisa percaya bahwa wanita cantik di depannya ini adalah Ai Haibara, gadis kecil bermata setan yang selalu menguap itu. Yang membuatnya bisa mengenali wanita ini sebagai Ai Haibara adalah seringaian yang menghiasi bibir wanita ini. Dan sialnya, dia tidak bisa menolak fakta bahwa itu adalah seringaian paling cantik yang pernah dilihatnya.

"Aku rasa sekarang kau benar-benar percaya bahwa aku cantik," ucap Shiho masih sambil menyeringai.

Mendengar ucapan Shiho, Shinichi segera sadar kembali lalu mengalihkan pandangannya dari Shiho untuk menyembunyikan rona merah di pipinya.

"Yah, lumayan," ucap Shinichi dengan angkuh sehingga Yukiko dan Shiho memutar bola mata mereka dengan kompak.

"Berangkat sekarang?" tanya Shiho.

"Iya, lebih baik kita berangkat sekarang," jawab Shinichi.

Mereka berdua kemudian mengikuti Yukiko untuk pamit pada Yusaku yang sedang sibuk dengan novelnya. Yusaku pun memuji Shiho dan berharap rencana mereka sukses. Lalu mereka berdua turun ke lobi hotel untuk mencari taksi.

"Jadi aku akan berperan sebagai Shiho Miyazawa, kekasih Shinichi Kudo. Kita berkenalan di Amerika dalam sebuah kasus dua tahun lalu. Waktu itu aku yang merupakan adik korban dari kasus pembunuhan yang kau tangani membantumu untuk menangkap pelaku pembunuhan kakakku. Lalu teman-teman pelaku itu ingin membalas dendam kepadaku, makanya kau melindungiku sehingga kita menjadi dekat dan saling jatuh cinta. Kita sudah berpacaran selama setahun dan kau merahasiakannya selama ini karena 3 tahun lalu kau pernah menyatakan cinta pada Mouri-san sehingga kau jadi bingung bagaimana menyampaikan pada Mouri-san tentang hubungan kita karena kau dan Mouri-san juga tidak pernah secara resmi berpacaran. Begitu kan ceritanya?" ucap Shiho saat mereka menunggu taksi, mengulang kembali cerita bohong yang akan mereka katakan nanti jika Ran bertanya.

"Yah, begitulah," ucap Shinichi.

"Oh iya, ngomong-ngomong, nanti setiap ada ciuman yang terjadi, kau akan dikenai biaya tambahan," ucap Shiho.

"Apa? Siapa bilang aku akan menciummu?" seru Shinichi dengan wajah agak merona.

"Kau pikir aku juga mau? Tapi kalau kita tidak menunjukkan kemesraan, orang tidak akan percaya kalau kita ini pasangan kekasih," ucap Shiho dengan kesal.

"Oh iya, kau benar juga," ucap Shinichi dan tanpa sadar dia menatap bibir Shiho sambil menjilat bibirnya sendiri, bertanya-tanya dalam hati mungkinkah dia akan mendapatkan ciuman pertamanya malam ini, sehingga Shiho langsung menatapnya dengan tajam.

"Apa yang kau lihat?" tanya Shiho dengan tajam sehingga Shinichi langsung mengalihkan pandangannya dari bibir Shiho.

"Tidak ada," jawab Shinichi.

"Kau hanya boleh mencium pipiku, mengerti?" ucap Shiho dengan galak.

"Iya, iya, aku mengerti," ucap Shinichi dengan nada tidak peduli. Dia jadi merasa heran sendiri. Padahal sebentar lagi, dia akan mematahkan hatinya dan wanita yang dicintainya, tapi dia malah memikirkan bibir wanita lain. Entah kenapa kebersamaannya dengan Shiho selalu bisa mengalihkan perhatiannya.

"Ah, itu dia taksinya," ucap Shinichi saat dia melihat ada taksi yang menuju depan pintu lobi hotel.

Mereka berdua pun melangkah menuju taksi yang sudah berhenti di depan pintu lobi hotel dan Shinichi membukakan pintu taksi untuk Shiho sehingga Shiho tertawa kecil dan bersiap menggoda Shinichi di dalam taksi nanti karena tidak biasanya Shinichi bersikap sopan seperti itu terhadap wanita, terutama dirinya. Setelah Shinichi naik ke dalam taksi, mereka pun berangkat menuju pesta ulang tahun Ran.

XXX

"Sayang, lebih baik kita potong kuenya sekarang, sebelum ayahmu mabuk berat," ucap Eri.

"Sebentar lagi. Ada satu tamu yang belum datang," ucap Ran.

"Jangan bilang kalau tamu yang kau maksud itu detektif maniak yang anaknya Yukiko itu," ucap Eri dengan nada tidak suka.

"Uhm, yah...," ucap Ran.

"Sayang, kenapa kau masih saja mengharapkan laki-laki tidak berguna itu? Dia sudah pergi selama hampir 4 tahun, meninggalkanmu hanya demi kasus. Masih banyak laki-laki lain di luar sana yang lebih baik daripada dia," ucap Eri.

"Tapi dia bilang hari ini dia akan datang. Lagipula kami saling mencintai, makanya aku percaya padanya dan aku akan menunggunya," gumam Ran. "Aku tidak ingin hubunganku dengan Shinichi berakhir seperti Ibu dan Ayah. Aku tidak ingin menjadi seperti Ibu yang meninggalkan Ayah," ucapnya dalam hati.

Eri sudah akan mendebat ucapan putrinya itu, tapi belum sempat dia mengatakan sesuatu, mereka mendengar seruan Heiji sehingga dia dan juga Ran menoleh dan menemukan Shinichi berdiri di pintu masuk.

"Aku belum terlambat untuk acara potong kue kan?" tanya Shinichi sambil nyengir ke Ran.

"Dasar Shinichi bodoh!" ucap Ran dengan mata berkaca-kaca. Dia sudah bersiap menghambur ke pelukan Shinichi ketika seorang wanita muncul dari belakang Shinichi dan menggamit lengan Shinichi sehingga dia langsung membeku di tempat.

Para tamu pesta yang mengetahui tentang Ran dan Shinichi pun juga membeku di tempat. Mata mereka memandang Shinichi dan wanita itu dengan terpana sementara Shinichi dan wanita itu melangkah menghampiri Ran.

"Selamat ulang tahun, Ran," ucap Shinichi sambil tersenyum sesampainya di depan Ran.

Ran tidak menjawab dan hanya menatap Shinichi dan wanita di sebelah Shinichi dengan tatapan tidak percaya, terluka dan penuh kemarahan.

Melihat Ran yang diam saja dan hanya menatapnya, hati Shinichi langsung terasa sakit karena dia tahu pasti saat ini Ran terluka melihatnya. Dalam hati, dia terus berkata pada dirinya sendiri bahwa semua ini demi kebahagiaan Ran, dan mungkin juga demi dirinya sendiri, karena itu dia harus tetap pada rencana. Ketika dia merasa sudah berhasil mengendalikan emosinya, dia pun kembali membuka mulutnya.

"Oh iya, perkenalkan, ini Shiho Miyazawa. Dia... adalah kekasihku," ucap Shinichi.

Bersambung...