"Winter Bird"
VKOOK Fanfiction
Musim dingin berlalu.
Salju terakhir melebur.
Kaki berpijak terpekur.
Tatapan penuh ragu.
"Apa yang kulakukan disini?"
'Selamatkan aku..'
Gumaman itu meraung memenuhi kepala seorang insan.
Menggema memecah hening. Memecah segala. Mengacaukan laju jalan pikirnya.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Ruangan putih dengan aroma kuat yang menyengat. Tak ada bunyi selain dari suara mesin EKG yang terus merekam detakan jantungnya. Sebuah garis yang sanggup bercerita dengan lantang bahwa pemuda yang tengah terbaring masihlah berhidup.
Mata itu terpejam, pandangan mati menggelap.
Lengan itu beku, jemarinya mati pada rasa gerak.
Telinga itu tertutup, membungkam segala bunyi dari seluruh penjuru.
Raga mati namun bukan dengan deru stabil yang terus ia hirup. Dia hidup.
Namun tak hidup dalam dunia. Dunia yang ia hinggapi, dirinya berkelana ke tempat yang lain. Sampai seluruh kesadaran menjamahnya dalam kelembutan pembangkit.
Seluruh indera dan akalnya bangkit.
Seluruh kesadaran menghidupkannya kembali.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Musim semi mengirim tanda.
Namun angin menerpa.
Kuncup-kuncup bunga terlalu malu untuk menerjang beku.
Hanya tertunduk, pada dahan penunggu.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Namun riang tak dapat terelakan. Langkah-langkah berlarian menjejak daratan bersalju yang mulai luruh. Matahari bahkan mengintip bukan lagi dibalik mendung.
Hangat telah menyentuh segala relung.
Senyuman terpancar diwajahnya.
Hidup kembali terasa seperti keajaiban dalam sebuah cerita dongeng. Dan dirinya adalah si buruk rupa yang diselamatkan oleh sentuhan cinta Belle.
Taehyung, jauh di dalam dirinya memang tak akan pernah menyadari. Apa yang ia dapati saat ini bukanlah tak beralasan.
Tersadar dari koma membuatnya kehilangan segala memori dalam pikirannya. Yang ia tahu hanyalah bahagia. Bagai belia menginjak serentetan kebun kamelia.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Bel sekolah berbunyi.
Di sore hari senja menyambut, dan disambut hangat gelakan tawa, gemuruh jejak kaki, deruan hembusan melegakan. Lelah sirna dalam rangkulan kawan.
Hanya saja Taehyung terdiam.
Tak ada hal apapun ia dapati, hingga cukup mampu membuatnya kembali teringat sebagian memori.
Tak ada bahasan apapun, selain tanya akan kondisi yang hanya akan ia jawabi bahwa ia baik, saat ini.
Tak ada topik lain selain cerita kekhawatiran akan tragedi kecelakaan tempo hari.
Tak ada topik lain, topik yang ia harapkan mengapung. Sebuah kisah terlupakan yang tak pernah ia jangkau meski dirinya tahu sesuatu telah hilang. Meninggalkan rongga besar berbentuk hampa.
"Jadi kau tak ingat apapun? Termasuk pada Jeon Jungkook?"
Hingga sebuah nama itu melintasi rongga telinganya. Menuju saraf dan terekam dalam catatan dipikirannya.
Jeon Jungkook.
Akhirnya sebuah nama atau suatu hal yang berasal dari masa lalunya telah ditanyakan dan membuatnya sadar bahwa ia melupakan sesuatu.
Yang dirinya tahu, jika hal ini ditanyakan, maka sosok ini bukanlah hal yang biasa karena dari apapun yang ia dengar dan bicarakan hari ini, hanya Jeon Jungkook lah berupa nama yang ditanyakan oleh kawan-kawannya.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Sebuah tragedi selalu menjadi bagian dari suatu jalinan kisah misteri.
Misteri yang terus berputar. Menyalak dan mendesak untuk ditelusuri.
Sekeras apapun ia memutar dan menggali hingga dasar ingatan, Taehyung hanya akan berakhir dengan memaksakan diri.
"Kenapa tak ada apapun tentang Jungkook.."
Erangan tak dapat disangkal. Bahwa prosesnya mengingat cukup lamban.
Baik Jimin, Yoongi, Hoseok ataupun Seokjin, mengingat mereka pun sulit dimula ia temui.
Lalu semakin menemui ketidakmungkinan, tanpa harapan. Saat ia menggali segala hal tentang Jungkook, ia tak punya satupun petunjuk.
Bahkan wujud sosok itupun tak dijumpai kedua netranya.
Lalu apakah Jeon Jungkook bukanlah berarti?
Namun seluruhnya bungkam. Tak ada yang melanjutkan percakapan perihal Jungkook saat ia bertanya.
Taehyung dibiarkan tersesat tanpa seorangpun menyadari bahwa dirinya berusaha keras merengkuh segala ingatannya tentang Jungkook.
Tanpa seorangpun menyadari, karena mereka mengira Taehyung tak akan peduli.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Senja menuju gelap,
Gelap membelokan lajumu.
Namun gelap tidak selalu begitu.
Gelap mampu menunjukan jalan dan membuka harapmu.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Sore dimana Kim Taehyung menuju perjalanannya pulang.
Jalanan beraspal,
Jalanan bersalju tipis,
Jalanan tanah dengan hijau samar timbul,
Menanjak dan berkelok,
Segala bentuk hal yang tak ia indahkan.
Bahkan pada sosok hitam yang menghadang.
Langkah kakinya baru terpaku saat raganya menembus. Sebuah rasa asing.
Dingin dan perih menyayat kulit berbalut almamater sekolahnya.
Keningnya berkerut begitu ia tolehkan pandangannya. Dalam lingkar bola matanya ia dapati sosok gelap dalam senyuman.
Gelap dalam tatapan hangat. Seolah menyapa dalam bentuk salam perkenalan.
"Kim Taehyung?"
Baritone yang dengan tanpa ragu mengonfirmasi.
Gelap yang penuh percaya diri.
Gelap yang bahkan sadar bahwa dirinya asing akan apa yang ia tatapi saat ini namun seolah kawan jauh.
"Iya, aku. Dan kau.."
"Tak ingat apapun tentang Jeon Jungkook?"
Sebuah interupsi yang melenyapkan segala peduli. Bagi Taehyung, nama Jungkook sudah menjadi begitu sakral.
Siapapun, dimanapun dan apapun yang menyuarakan Jeon Jungkook, maka ia akan menajamkan segala indera untuk menangkap segala hal. Karena demi apapun, segalanya seolah menjauhkan dirinya dari segala hal tentang si marga Jeon.
"Ah, tentu saja bukan aku si Jeon Jungkook itu.."
"Tapi dengar dan perhatikan apapun yang akan kusampaikan."
Nada bicaranya begitu datar. Taehyung tak bisa menjangkau dalam terkaannya. Apakah ini sebuah kabar baik ataukah sebaliknya. Apakah sosok dalam kegelapan ini akan memberikan sebuah jalan menuju terang mengenai misteri yang menghantuinya?
Maka ia kendalikan diri. Apapun demi mendapatkan sebuah petunjuk walau itu kecil.
"Aku punya sesuatu yang akan sangat berharga untukmu, dengarkan. Baca dan kau akan lihat segalanya, tapi jangan lakukan apapun atau kau akan mengubah hal sekecil apapun yang sangat berarti."
Kerutan dibaluti sejuta tanya masih tak memudar dari air mukanya. Taehyung tak menangkap segala maksud hingga dihadapannya tergeletak sebuah buku dengan sampul kuning pudar.
Maka saat dengan ragu jemarinya meraih, tatapan tanya hendak ia layangkan sekali lagi namun sosok gelap itu telah lenyap. Sirna tanpa jejak. Tanpa ada hal lain terucap entah itu penjelasan lain atau hanya sekedar berpamitan.
Dan gelap baru saja membuka sebuah harapan untuknya
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
- akhir untuk bagian pertama -
Ini hanyalah sebuah hadiah. Aku harap bisa menyelesaikannya sebelum tanggal 25 bulan 3.
Terima kasih untuk yang sudah menyempatkan membaca sampai pada baris kalimat ini.
Mind to review?
Regards,
Pyrhos's
