SUGAR KITTEN

By: psyco-sg

Pairing: Park Jimin X Min Yoongi

Rated M

WARNING: OOC, Mature content, Dom!Jimin Sub!Yoongi, TYPO

.

.

.

.

.

Matahari sudah berada hampir di atas kepala. Panasnya membuat penghuni planet bumi merasa seperti terbakar. Namun tidak bagi sosok bersurai merah muda yang masih bergelung didalam selimut bergambar tokoh kartun Rillakuma itu. Sudah menjadi resikonya sebagai seorang penulis untuk mendapat jatah tidur hanya 4 jam kurang karena kejaran Deadline.

Bel yang memekakan telinga membuatnya menggeliat gusar. Ia menyibak selimutnya dengan kasar kemudian berjalan kearah pintu. Sambil mengutuk siapa saja yang tega mengganggu tidur tampannya.

"Apartemen Tuan Park Jimin ?" petugas pos itu meringis saat mendapati si pemilik apartemen dalam keadaan yang sedikit 'mengenaskan'. Jimin, si pria bersurai merah muda itu menatap petugas pos dengan mata yang setengah terbuka.

"Ya, ada apa ?"

Petugas pos itu mendorong troli yang terdapat sebuah kardus besar diatasnya.

"Ada kiriman dari ibu anda. Silahkan tanda tangan disini. Dan maaf jika saya mengganggu waktu istirahat anda" ucap si petugas sembari menyerahkan kertas tanda terima. Jimin menandatangani kertas itu dengan malas. Setelah si petugas pergi, Jimin mendorong kardus itu masuk ke apartemennya. Apa ibu memberikanku batu ? Kenapa berat sekali, batinnya.

Ia membuka kardus itu dan hampir meloncat terkaget saat melihat sesosok manusia dengan ekor dan telinga kucing meringkuk didalam kardus.

Tunggu, -ekor ?!

Sosok itu mendongak dan menatap Jimin. Ia berdiri dan meloncat keluar dari kardus. Ia kemudian memeluk Jimin dan terisak. Jimin masih tidak bisa mengeluarkan suaranya karna syok.

"Hiks, Yoongi lapar" Jimin menatap sosok yang menyebut dirinya sendiri sebagai Yoongi itu. Surai hitam yang jatuh menutupi keningnya, netra biru yang kini tengah berkaca-kaca, kulit yang putih mulus tanpa cacat, dan Jimin baru sadar jika sosok itu berada dalam keadaan telanjang, catat, TELANJANG. Jimin meneguk ludah dengan kasar.

"Uh, jadi namamu Yoongi ?" tanya Jimin ragu. Yoongi mengangguk lemah. Sepertinya ia benar-benar kelaparan.

"Kau lapar ? I-ingin makan apa ?" suara Jimin bergetar saat Yoongi melepaskan pelukannya dan itu membuat tubuhnya terekspose.

"Yoongi ingin minum susu" pintanya.

Sebelum ia beranjak ke dapur, sudut matanya menagkap bayangan sebuah kertas di dasar kardus. Ia mengambilnya.

Dear Jimin,Eomma tahu, hidup sendiri rasanya menyedihkan. Dan kau pasti kesepian. Makanya, eomma belikan kau peliharaan. Rawat dia baik-baik, ya.Salam, Eomma.

Jimin meremas kertas itu dan membuangnya ketempat sampah. Ia kemudian berjalan menuju dapur dan mengambilkan segelas susu untuk Yoongi. Setelah memberikannya pada Yoongi, ia bergegas kekamarnya dan mengambil sehelai kemeja putih miliknya.

"Yoongi, kenapa kau kesini dalam keadaan, uhm, telanjang ?" tanya Jimin sembari memakaikan kemeja itu pada tubuh mungil Yoongi.

"Entahlah, perawat Yoongi tidak memberikan Yoongi baju saat Yoongi dikirim kesini. Oh iya, nama hyung siapa ?" tanya Yoongi setelah meletakan gelas berukuran sedang yang sudah kosong.

"Park Jimin. Panggil saja Jimin" Yoongi menjilat tangannya kemudian mengusapkan kewajahnya seperti yang biasa kucing lakukan. Dan itu membuat Jimin ingin 'memakan' Yoongi saat itu juga. Ditambah dengan kemeja kebesaran yang menutupi setengah dari paha mulus Yoongi. Ia membayangkan jika mulutnya membuat tanda kepemilikan dibagian paha dalam Yoongi, kemudian lehernya, dadanya, perutnya. Jimin menggelengkan kepalanya, mengusir semua pikiran jorok yang bersarang diotaknya.

"Yoongi, aku akan mengerjakan novelku. Jika butuh sesuatu, aku ada dikamarku. Anggap saja ini rumahmu sendiri" ucap Jimin kemudian melangkah menuju kamarnya. Tinggalah Yoongi yang sendirian di ruang tengah. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling apartemen. Dan matanya tertuju pada sebuah Dream Catcher yang tergantung didepan pintu kamar Jimin. Yoongi suka sekali dengan bulu-bulu. Ia mencoba meraih Dream Catcher itu, namun tidak sampai karna tinggi badannya yang tidak mendukung.

Ia mencoba meraihnya dengan melompat. Saat ia sudah memegang Dream Catcher tersebut, tali Dream Catcher tersebut putus. Yoongi pun terjatuh dan menimbulkan bunyi yang keras. Jimin pun segera membuka pintu kamarnya dan mendapati Yoongi yang terduduk didepan pintu. Ia menatap Dream Catcher yang sudah rontok bulunya. Ia kemudian menatap Jimin dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ada apa, Yoongi ?" pertanyaan Jimin membuat tangis Yoongi pecah. Jimin terkejut dan tak tahu harus melakukan apa. Ia menangkup wajah Yoongi dan menghapus airmatanya.

"Ada apa, Yoongi ?" tanya Jimin sekali lagi.

"Hiks, Yoongi ingin bermain dengan bulu ini, tapi saat Yoongi menariknya, Hiks, Yoongi terjatuh" isak Yoongi. Ingin rasanya Jimin mencubit kedua pipi kenyal Yoongi. Tingkahnya benar-benar seperti anak kucing sungguhan.

"Apa kau baik-baik saja ? Tak apa, nanti akan ku belikan mainan bulu untukmu" hibur Jimin. Yoongi masih terisak. Jimin pun menggendongnya dan membaringkannya di ranjangnya.

"Istirahatlah, aku akan melanjutkan ceritaku" ucap Jimin sembari mengambil laptop yang tergeletak diatas kasur. Yoongi berbaring di sebelah Jimin. Jimin mulai fokus mengetik kelanjutan ceritanya. Yoongi mencoba untuk tertidur namun matanya tak kunjung tertutup. Ia mengusap-usapkan wajahnya ke lengan kekar milik Jimin.

"Ada apa, Yoongi ? Aku sedang bekerja, diam dulu sebentar" ucap Jimin dengan nada tegas. Namun Yoongi tak menyerah. Ia memainkan ujung kaus Jimin dengan menarik-nariknya. Jimin mendesis agar Yoongi berhenti, namun Yoongi tetap melakukan aksinya. Hingga membuat Jimin hampir ingin menamparnya.

"Yoongi, aku sedang bekerja. Apa maumu ?" nada Jimin meninggi membuat Yoongi meringkuk ketakutan. Jimin menghela nafas. Membentak Yoongi terasa seperti membentak anak kecil umur 5 tahun. Ia mengusap surai hitam Yoongi.

"Kau mau apa Yoongi ?" tanya Jimin, kali ini dengan nada yang lembut.

"Aku ingin Jimin hyung mengusap perutku. Aku suka jika seseorang mengusap perutku. Maka aku akan tertidur" ucap Yoongi pelan. Jimim pun menuruti permintaan Yoongi agar ia dapat melanjutkan ceritanya dengan cepat. Ia mengusap perut Yoongi dengan lembut, membuat Yoongi meringkuk nyaman di sebelahnya.

Tak lama, terdengar dengkuran halus yang menandakan bahwa Yoongi sudah berlayar ke negeri mimpinya. Jimin terpaku melihat wajah Yoongi yang menurutnya sangat cantik. Fitur wajahnya sangat sempurna. Netranya yang kini bersembunyi dibalik kelopak dengan bulu mata yang lentik. Hidung bangirnya. Pipi chubby yang sangat kenyal. Kemudian bibir pink yang sangat menggoda. Jimin mengusap lembut bibir Yoongi dengan ibu jarinya. Merasakan halus dan kenyalnya bibir cherry itu. Ia merasakan desiran aneh didadanya. Ia tak pernah merasakan perasaan seperti itu sebelumnya. Ia menggelengkan kepalanya dan menjauhkan kepalanya dari wajah Yoongi. Ia mencoba untuk kembali menulis cerita hingga kelopak matanya mulai terasa berat. Ia pun tertidur disebelah Yoongi setelah menyimpan data di laptopnya.

Jimin mulai membuka kelopak matanya saat ia merasa aneh dengan tubuhnya. Pandangannya langsung terarah pada Yoongi yang kini tengah menghisap kejantanannya yang setengah menegang.

"Yoongi! Apa yang kau lakukan ?!" Jimin berusaha untuk bangkit namun tubuhnya terasa sangat lemas karena rangsangan tiba-tiba yang diberikan oleh Yoongi.

"Aku ingin berterima kasih kepada Hyung karena sudah mengusap perutku dan membuatku tertidur" ucap Yoongi sembari menjilati batang yang mulai mengeras itu. Jimin meremas surai hitam Yoongi untuk menyalurkan kenikmatan yang ia rasakan. Yoongi menghisapnya dengan penuh semangat sehingga membuat Jimin tidak dapat berkata-kata bahkan untuk sekedar memarahi Yoongi yang sedikit 'lancang'.

"Khh- Yoongi!" cairannya memenuhi rongga mulut Yoongi. Ia menelannya dengan senang hati. Ia menatap Jimin dengan senyum manisnya. Matanya melebar saat Jimin tiba-tiba menariknya dan menindihnya. Netra birunya bertubrukan dengan netra coklat milik Jimin.

"Kau sudah membangunkan monster didalam diriku, Yoongi. Dan sekarang kau harus bertanggung jawab" ucap Jimin kemudian segera menyambar bibir yang sedari tadi ingin ia cicipi itu. Ia menyesapnya dan merasakan betapa manisnya bibir kenyal itu. Yoongi membuka mulutnya dan mengajak organ tak bertulang milik Jimin untuk bergulat dengan miliknya.

Tangan Jimin tak tinggal diam. Tangannya menggerayangi tubuh mungil Yoongi. Ia melepas kancing kemeja kebesaran yang dipakai Yoongi namun tak melepaskannya. Membuat Yoongi terlihat lebih seksi. Tautan bibir mereka terlepas karena keduanya membutuhkan oxygen. Namun bibir Jimin pindah dan menggerayangi leher mulus Yoongi. Membuat bercak keunguan yang akan memakan waktu hingga seminggu untuk hilang.

Tangan Jimin tak sengaja mengusap ekor Yoongi dan respon yang diberikan sangat luar biasa.

"Aahh~ Nyaahh~" erangan Yoongi terdengar sangat erotis. Jimin menyeringai. Ia kembali mengusap ekor Yoongi, kali ini dari pangkal hingga ujungnya. Begitu terus hingga berkali-kali. Desahan Yoongi menenuhi kamar Jimin yang kini hanya diterangi oleh cahaya rembulan.

"Nyahh~ Jimin hyunghh… Yoongi- AHH!" cairan kental berwarna putih itu mengotori kaus Jimin. Ia menyeringai melihat Yoongi yang kini terengah.

"Kau keluar hanya dengan aku mengusap ekormu ? Dasar pelacur" Jimin menjilat bibirnya. Ia menggoda Yoongi dengan menjilati nipple nya.

"Yoongi.. Bukanhh… Ahh- pelacur!" Jimin tersenyum mendengar omelan 'peliharaan' nya itu. Ia terus menggoda Yoongi, kali ini dengan menghisap kejantanan mungilnya. Yoongi meremas pundak Jimin dan meninggalkan beberapa bekas kuku.

"H-hyung… Masuki Yoongi sekarang" erang Yoongi. Ia menggodanya dengan memainkan lubang pink yang sudah meminta untuk diisi oleh kejantanan panjang milik Jimin. Membuat si pria bersurai merah muda itu menyeringai. Ia memutar posisinya hingga sekarang, Yoongi yang berada di atasnya.

"Ride me, Yoongi-ya" suara Bariton Jimin menggelitik pendengaran Yoongi. Perlahan, ia mulai memasukan kejantanan Jimin yang menegang ke dalam lubangnya. Keduanya menutup mata saat merasakan sensasi memabukkan yang menjalari tubuh mereka. Helaan nafas lega memenuhi kamar saat keduanya sudah benar-benar bersatu. Netra biru Yoongi bercahaya, membuat Jimin semakin jatuh kedalam pesona si kucing. Yoongi mulai menggerakan tubuhnya naik turun secara perlahan. Membuat Jimin menggeram pelan. Yoongi pun mempercepat gerakan tubuhnya. Jimin membantunya dengan memegangi pinggang rampingnya dan menaik-turunkannya secara seirama.

"Hmmh… Deeperhh.." pinta Yoongi sembari menaik-turunkan tubuhnya. Jimin akhirnya membalik posisi mereka menjadi Yoongi yang dibawah. Ia menggenjot lubang Yoongi dengan kekuatan penuh. Membuat Yoongi menjerit-jerit keenakan. Jimin menggeram saat Yoongi mengetatkan lubangnya dan menjepit kejantanannya.

"Jangan menjepitku, sayang" Jimin menyambar bibir Yoongi yang sudah membengkak. Ia mengobrak-abrik isi mulut Yoongi sembari terus menggenjot lubangnya. Ekor Yoongi melilit paha Jimin, menandakan ia akan segera datang. Jimin melepas tautan bibirnya dan memfokuskan dirinya di tubuh bagian bawah Yoongi. Merasa dirinya dekat, Jimin mempercepat genjotannya.

"Arrghhh… Hyungh.. Yoongi dekathh"

"Bersama, Yoongi"

"Jimin hyung!"

"Yoongi-ya!"

.

.

.

.

.

.

BYUUURR!!

Jimin terlonjak dari kasurnya dan menyadari bahwa dirinya basah kuyup. Ia menatap sosok yang tengah memegang ember dihadapannya. Wajahnya menyiratkan kejengkelan yang luar biasa. Sosok yang baru saja menghampiri mimpinya.

"Apa yang ada di mimpimu sampai kau mendesahkan namaku dengan keras, huh ?! Dan lihat! Kau bahkan menegang! Dasar mesum!" omelan sosok itu membuat Jimin tersadar dari lamunannya. Ia menoleh kebelakang sosok itu dan memastikan bahwa tidak ada ekor yang mecuat dari bokong si kekasih.

"Yoongi hyung, kau tidak berubah menjadi seekor kucing, kan ?" tanya Jimin memastikan. Yoongi, sosok bernetra hazel itu menatapnya dengan tatapan bingung.

"Apa maksudmu ? Apa otakmu error setelah kusiram dengan air ? Sudahlah, bersihkan dirimu dan segera turun. Aku sudah menyiapkan sarapan" ucap Yoongi kemudian berlalu dari kamar bercat biru itu. Meninggalkan Jimin yang masih belum sepenuhnya sadar. Ia menatap sekelilingnya.

"Jadi itu semua hanya mimpi ?"

THE END!!

Mic test hana, dul, set, ahem! Hola everybody!! My name is Psyco-SG, and this is my first ff in fanficnet! Sebenernya udah sering bikin ff, tapi dipost di wattpad, dan ini pertama kalinya diriku menginjakan kaki di dunia fanficnet :))

Ku mau minta saran aja, menurut kalian, ff ini mau ada kelanjutan/sequel gitu gak?

Anyway, kutunggu review kalian, and semoga aku bisa post ff yang lainnya :D

Sekali lagi, salam kenal and Peace Out!

p.s ini udah di edit buat space nya, tapi ga bisa ke save gitu :'( jadi udah di edit sampe 100x pun hasilnya tetep kayak gitu :(( maapkeun *bow*