MASK
.
.
.
Kuroko No Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Author – Maji D'tenshi
.
.
.
OOC, TYPO, BAD EYD and AU .-.
.
.
.
Pagi yang tak seperti biasanya. Suasana cerah diluar sana sama sekali tak mencerminkan kecerahan apapun dalam suasana hati Akashi Seijurou. Wajahnya tampak muran dan tertekuk. Didepannya ada meja bundar yang telah diisi oleh beberapa orang petinggi di kepolisisan Jepang sampai saat ini. Sebut saja mereka yang mendapat julukan Kiseki No Sedai. Mereka yang diagung-agungkan sebagai yang terbaik dari yang terbaik yang hanya muncul setiap 10 tahun sekali dan kebetulan mereka dibawah pemerintahannya.
Kise Ryouta model papan atas sekaligus salah satu anggota Kisedai terlihat diam dan lebih banyak menatap berkas yang ada ditangannya. Jika biasanya dia akan bicara ngalor ngidul tentang pekerjaannya sebagai model kini dia tampak diam tak mau untuk sekedar menjadi penghidup suasana.
Disebelahnya ada Kuroko Tetsuya partner sekaligus orang yang paling sering terkena dampak dari kehiperan Kise. Si pendiam yang lebih banyak berfikir dari pada bicara, si mungil yang menjadi bayangan dari semua yang kuat di Kisedai namun tetap saja kekuatannya tak dapat diremehkan. Karena hawa keberadaaanya yang tipis dia bisa dengan sekehendak hatinya menyerang dan bertahan tanpa diketahui oleh musuh.
Didepan Kise dan sebelah kanan Akashi tampak rambut hijau yang menentramkan hati, namun jangan salah dia tetap saja mematikan. Midorima Shintarou namanya, ahli dalam racun dan obat. Cukup dekat dengan Akashi dan tak terlalu pandai bersosialisasi namun jika menyangkut negosiasi dia berdiri paling depan. Si pendiam yang agak tsundere dan yang pasti dia yang selalu melihat ramalan bintang setiap hari sebelum pergi bertugas hanya untuk meyakinkan dirinya jika dia kaan pulang dengan baik-baik saja. Ya dia agak kurang percaya diri memang.
Satu-satunya yang tampak tak perduli akan keadaan sekitar hanya Murasakibara Atsushi. Jika yang lain tampak tegang dia tampak santai sambil memakan kripiknya. Dengan tubuh setinggi 2 meter lebih cukup sebanding dengan kegemarannya makan, baik yang berat maupun yang ringan. Orang awam pada umumnya pasti tak akan percaya jika dia memiliki gerak reflex yang lebih cepat dan stabil dari yang lain jika melihat bertapa besarnya dia. Namun itu hal lain, karena yang menjadi tokoh utama kita bukanlah mereka, tapi…
'brak'
"Hosh…hosh…hosh…maaf telat!"
Semua mata memandangnya tajam seolah berkata 'Kau dari mana saja huh? Sudah diberi tau ada rapat juga!' bahkan Murasakibara pun menatapnya tajam, tapi dasarnya Aomine Daiki itu bebal jadi ya dia tidak perduli dan yelonog masuk saja toh dia tadi sudah minta maaf.
.
.
.
Harum masakkan menguar dari dapur. Sesosok tubuh tinggi nan tegap bercelemek biru tua tampak sedang asik dengan kegiatan masak memasaknya. Jika melihat daripostur tubuhnya mungkin banyak yang takkan percaya jika pria itu merupakan salah satu lulusan pendidik terbaik beberapa tahun lalu.
Berbagai masakkan mulai dari yang berkuah sampai yang berminyak dibuatnya sendirian. Melihat bagaimana bringasnya dia dalam bersantap tentu saja hal itu diperlukan.
"Tampaknya mereka mendatangkan yang lebih buas ke Jepang, Taiga."
Pria bernama lengkap Kagami Taiga itu tak menyahut dia lebih memilih melanjutkan acara masak-memasaknya yang lebih menarik ketimbang pembicaraan yang dibilang tak berguna namun berguna tapi jika dianggap berguna tak terlalu juga.
"Taiga ayolah dengarkan aku bicara." Nada permohonan itu hanya berimbal dengusan dari si lawan bicara.
"Ini juga menyangkut tentang keselamatan mu Taiga." Kali ini si wanita berdarah Spanyol yang bersua.
"Kau harus berhenti Taiga, sebelum semuanya terlambat. Aomine Daiki bukanlah sesuatu yang dapat kau lawan sendirian," helaan nafas lelah terdengar.
" Kau tau internasional Cyber-Mafia Jepang? Hanya perlu waktu 1 bulan baginya untuk menangkap Kirisaki Daichi bahkan dia dapat membongkar aliansi Yakuza-Mafia antara Jepang-Rusia dengan mudah. Kau lihat sendiri kan apa yang dilakukannya pada Fukuda Sougou? Belum lagi baru-baru ini dia menangkap Uncrown King kau mengerti apa artinya itu Taiga?" bentakkan dan gebrakkan dipintu dapur tak mendapat respon apapun dari Kagami, membuat Himuro berteriak emosi, "Aku bicara tentang kelompok mafia Eropa yang dapat ditanganinya dengan mudah yang bahkan Europol sudah angkat tangan!" Himuro dengan membabi-buta melempar kertas berisi berkas dan document riwayat hidup pria bernama Aomine Daiki hingga berserakkan dilantai.
Kertas putih tak bersalah itu dipunggut oleh Alexandra Garcia "Yang dikatakan Tatsuya benar Taiga, sekarang kepolisian Jepang sedang mencarimu. Mereka menggunakan anak didiknya yang terbaik yang dulu mereka lempar ke kancah Internasional. Dia lulusan terbaik FBI bahkan dia ditawari menjadi bagian dari Europol. J0K3R takkan bisa berkutik selama dia ada di Jepang."
Tangan kemerahan itu terulur untuk menyendok sedikit sup ayam yang dibuatnya. Dengan perlahan dia seruput kaldunya mencoba merasai apa bumbu yang diberinya sudah pas atau belum. "Kalian terlalu banyak memikirkan hal rumit, fuuu~" hanya itu tanggapannya sebelum dia kembali meniup sendoknya untuk suapan berikutnya. Agaknya satu kali mencincipi tak cukup untuknya.
"Kau yang terlalu menganggap enteng Aomine Daiki, Taiga!" dan sebelum perang mulut mereka semakin panas Alex sudah menarik Himuro keruangan lain. Meninggalkan Kagami dan masakannya yang seolah sedang perayaan untuk menyambut kedatangan seseorang.
"Selamat datang, Daiki." Kagami berucap sambil menyeringai. Tak perlu ada yang tau cukup dia saja, agar semua menjadi abu-abu.
.
.
.
"Aku sangat berharap kalian bisa menjaganya baik-baik." Pria bernama Taichi itu bicara sementara Aomine hanya mengangguk-anggukkan kepala pura-pura perduli.
Anggota Kisedai sudah ditarik dari Jepang melihat kinerja mereka yang dalam menangkap J0K3R tak dapat diandalkan pihak FBI merasa malu sehingga mereka ditarik kembali kemudian menempatkan anak emas mereka Aomine Daiki untuk mengurus J0K3R di Jepang.
"Bisa kau beri tau aku apa yang menarik dari permata itu? Itu terlihat sama saja dengan permata lain." Aomine sedikit melirik kearah permata itu berada. Walau Aomine berkata "-Sama saja dengan yang lain." Sebenarnya tidak benar karena permata tersebut berwarna lebih gelap dan tak begitu bersinar, tampak kusam malahan. Mungkin hanya warna hijaunya yang membuatnya tampak menentramkan hati.
"Namanya 'Virgine Frost' ditemukan 78 tahun lalu oleh penjelajah Portugis di reruntuhan suku Maya. Tepatnya di kedalaman hutan Amazon." Aomine yang mendengar penuturan Taichi hanya bisa bergumam "Wow" ya melihat biasanya batu permata itu siapapun pasti tak megira jika itu barang mahal nan langka.
"Ah, apa kau tau apa motif J0K3R ingin mencuri barang tersebut?"
"Tidak, namun J0K3R selalu mengincar barang-barang mahal yang dimikili oleh pegawai pemerintahan. Permata ini bukanlah milik salah satu anggota pemerintahan namun…"
"Namun apa?" Aomine bertanya menyelidik.
"Namun permata ini rencananya akn dibeli oleh salah satu kolektor dari pemerintahan. Tepatnya pemerintah Snegal yang bernama 'PAPA MBAYE SIKI' kau tau? Dia adalah anggota pemerintahan yang kaya raya dengan gaya hidup penuh kemewahan."
Aomine manggut-manggut mengerti, nampaknya si J0K3R ini tipe yang benci orang-orang besar terutama yang suka membesarkan perutnya dan memeras rakyat. Namun itu beda cerita, fokusnya adalah menangkap atau menggagalkan aksi J0K3R sebagai tugas pertama di kampung halamannya.
Taichi kembali meletakkan Virgine Frost ditempatnya sebelum mengajak Aomine berjalan-jalan berkeliling bankernya. Yang dikatakan 101% aman.
'Kling….'
Aomine dan Taichi melotot melihat permata Virgine Frost yang harusnya dijaga di tempat penyimpanan malah menggelinding melewati bawah kaki mereka dengan lembat.
"Aaaaaaahhhhhhh~… aset kuuuuuu~…" Taichi segera berlari untuk mengejar permata tersebut begitu pun dengan Aomine dan para penjaga yang berdiri disekitar mereka.
"Bagimana bisa begini huh? Kenapa kalian tidak menjaganya dengan benar?" Aomine membentak beberapa penjaga dikanan dan kirinya yang juga ikut berlari.
'Hup'
"Hah…syukurlah tak ada hal buruk yang terjadi. Coba permata ini hilang, melayang sudah uang ku."
Aomine sendiri juga ikut bernafas lega melihat permata tersebut sudah kembali ketangan pemiliknya Taichi.
"A-are?"
"Ada apa?" Aomine bertanya saat melihat wajah Taichi yang pucat. "I-ini lebih ringan dan tampak lebih bersinar dari Virgine Frost." Taichi menoleh kearah Aomine dengan wajah pucat.
"Shit!" maki Aomine sebelum dia berlari ke ruang penyimpanan.
'Tap'
Aomine terpaku ditempatnya berrdiri. Dengan segera diambilnya pistol miliknya dan diarahkan pada seorang pria yang sedang duduk diatas tatakan permata. Pria itu tampak lebih muda atau mungkin seumuran dengannya. Kedua kakinya ditumpuk dan dia menatap Aomine dengan santai. Seolah polisi yang menyabet banyak penghargaan itu tak ada artinya dimatanya.
Para penjaga disekitar tempat penyimpanan pingsan, menurut dugaan Aomine itu dikarenkan gas beracun. Aomine dapat melihat adanya kabut tipis disekitar pria tersebut. Pria yang sudah pasti J0K3R itu tampak menggunkaan topeng yang menutupi ½ wajahnya, bajunya adalah setelan jas berwarna putih polos dengan spatu fantofel yang mengkilat. Ditangan kanannya terdapat setangkai mawar berwarna merah kehitaman.
Pria itu tampak tersenyum kearah Aomine yang entah bagaimana caranya mampu membuat Aomine sedikit merasa jika dia pernah melihat senyum itu sebelumnya namun ia lupa dimana. Saat Aomine kembali tersadar pria itu sudah berlari kearahnya dan melewati samping tubuhnya begitu saja.
Iris Aomie melebar, dia tak dapat bergerak seolah kakinya telah terpaku dibumi. Pria itu bukan hanya membawa permata Virgine Frost tapi juga membawa sesuatu yang sangat berharga, tapi Aomine tak tau itu apa.
Aomine merasa adanya aroma nostalgia yang dirindukannya, yang bercampur dengan aroma lain. Memikat namun juga mengikat. Aomine terjatuh diatas lantai, perang pertama malam itu dimenangkan J0K3R secara telak.
.
.
.
"Jangan karena kau lolos kau bisa berbangga diri Taiga. Ingat kepolisian Jepang masih mencari mu."
"Ya Tatsuya, aku mengerti."
Kagami sedang main PS diapartement mereka sekarang. Sejujurnya jika boleh memilih, Kagami akan dengan senang hati berkeliaran dipusat kota dari pada didalam rumah. Tapi karena Himuro memaksanya tetap tinggal ya mau bagaimana lagi.
"Jangan kemana-mana!"
"Ya-ya aku mengerti."
Bunyi pintu tertutup menjadi akhir pembicaraan mereka berdua.
"Apa yang kau rencanakan Taiga?" Kagami tak menjawab pertanyaan Alex yang baru saja keluar dari kamar mandi dan hanya berbalut selembar handuk.
"Tak ada, hanya mencuri seperti biasanya." Jawaban santai Kagami mengundang dengusan lelah Alex. "Terserah, lanjutkan saja permainan mu namun ingat. Jangan sampai tertangkap!" Kagami mengangguk namun matanya tetap fokus pada permainan didepannya.
.
.
.
Momoi menatap pria didepannya dalam diam. Semenjak kegagalan Aomine Daiki dalam menangkap J0K3R masyarakat terutama kaum borjuis yang selama ini menjadi incaran J0K3R merasa tak puas. Aomine bahkan sampai harus mengunggsi kerumah Momoi karena diapartementnya sudah penuh oleh wartawan yang mencari informasi. Sebenarnya Momoi juga salah satu jurnalis di penerbitan lokal namun Momoi tak setega itu untuk menambah panas pemberitaan tentang teman kecilnya tersebut.
"Dai-chan" panggilan darinya cukup membuat Aomine mengarahkan pandangannya yang tadi menerawang menjadi menatap Momoi. "Ada apa?" Aomine membalas Momoi dengan tatapan polos. "Jika kau butuh bantuan aku siap membantu." Momoi tau Aomine sedang stres walau wajah dimnya terlihat santai.
Mendengar penuturan Momoi kening Aomine sedikit berkerut. Tak ada dosanya dia minta tolong pada teman semasa kecilnya kan. "Kau tau toko parfum terbaik dikota ini?" pertanyaan Aomine hanya berbuah kebenggongan Momoi.
'Ya Tuhan, jika dia mau membeli parfum dia tak harus terlihat semenyedihkan itu kan.'
Dan pada akhirnya Momoi hanya dapat menganggukkan kepala menanggapi Aomine.
.
.
.
"Kau yakin ini yang terbaik?" Aomine menatap bangunan didepannya menyelidik.
Sebuah toko bernama 'W Mode' terlihat. Bangunan bernuansa asri berhiaskan vertikal garden yang nampak sejuk sekaligus mengundang decak kagum tiap orang yang melewatinya.
"Entah, yang jelas ini adalah toko tempat ku biasa beli parfum dan yang terbesar didaerah ini." Aomine melotot kearah Momoi berarti toko ini tak bisa 100% dipercaya dong.
Melihat Momoi yang tampak acuh dan langsung menyelonong masuk membuat Aomine tak punya pilihan lain selain ikut masuk.
.
.
.
"Jadi? Parfum seperti apa yang Anda cari?"
Pria berdarah China bertanya pada mereka. Sementara Aomine binggung mau bilang apa Momoi sudah menyerobot bicara, "Aku mau yang seperti biasa cherry blossom kalau bisa tolong beri aroma vanilla sedikit." Momoi berujar sambil tersenyum sementara pria China tersebut mengangguk faham.
"Tunggu apa maksud mu dengan 'tolong beri aroma vanilla sedikit'? bukankah parfum itu sudah dikemas per botol ya." Aomine berwajah binggung menatap Momoi dan pria China itu bergantian.
"Begini, parfum yang dijual dipasaran kebanyakan memang dikemas perbotol dan dengan wangi yang sudah diatur oleh pabrik. Namun jika Anda membeli sendiri dalam kasus ini ditoko, Anda dapat memilih dan mencampur 2-3 bahkan sampai beberapa aroma untuk membuat wewangian Anda berbeda."
"Oh begitu, aku baru tau." Momoi terkikik melihat teman dimnya.
"Ah, Momoi-san ini parfum Anda." Sebuah botol kecil berwarna cream terlihat, botol tersebut dibalut oleh box bening dengan bulu-bulu angsa didasarnya.
"Ah itu apa kau tau seseorang yang memiliki wangi jasmine atau mungkin bukan ya, lalu aroma buah berry-berry begitu dan apa ya….ah aku binggung pokoknya itu!" Aomine mengacak rambutnya sebal. Tak tau harus bicara dan mulai dari mana dia benci itu.
Pria bermata sipit itu tampak binggung sebelum berujar, " Didunia ini banyak yang memiliki wangi seperti itu Tuan."
"Tapi pasti ada yang…yang berbeda maksut ku ah….aku pusing."
"Tunggu-tunggu Dai-chan biar aku yang coba urus. Pertama tolong beritau kriterianya bagaimana?"
Aomine mencoba berfikir, ingatannya kembali membawanya pada kejadian beberapa hari lalu. Saat J0K3R dengan cepat melewatinya saat itulah dia mencium baunya. "Itu tercium seperti aroma…jasmine tapi tak seperti biasanya ada wangi yang sangat menghentak namun juga lembut….lalu aroma berry yang sangat manis dan entah aku binggung menjelaskannya namun itu seperti aroma yang misterius lalu ad aroma lain yang mengikuti tapi aku tak tau apa." Hanya itu yang mampu dijabarkan oleh Aomine. Kebodohannya saat sekolah dulu masih ada rupannya.
"Bagaimana dengan yang ini?" pria bermata sipit itu menyodorkan sebuah taseter pada Aomine. Sebuah entah apa yang berwarna putih dan panjang namun berbau seperti parfum. Melihat benda itu disodorkan Aomine segera mendekat untuk mencoba menghirupnya.
"Ah ya benar yang ini!" serunya bahagia.
Pria China itu tersenyum singkat sebelumberujar, " Ini campuran 3 aroma yang berbeda. Red jasmine, canberry dan minyak amber. Campuran antara daya pikat, dan kemisteriusan serta aroma sensual yang menggoda. Aroma yang cocok untuk menarik perhatian" Aomine dan Momoi manggut-manggut mendengar penjelasan tersebut.
"Sebenarnya aku sedang mencari orang yang memiliki aroma seperti itu. Apa kau tau?"
"Seperti yang ku katakan sebelumnya Tuan. Di kota ini ada banyak sekali yang memiliki aroma yang hampir serupa." Pundak Aomine sudah jatuh mendengar penuturan tersebut.
"Namun, jika yang akhir-akhir ini membeli mungkin aku tau."
Kilat cerah terlihat dimata Aomine. "Siapa? Dimana aku bisa menemukannya?" tanyanya dengan nada menuntut.
"Mayuzumi Chihiro dia yang terakhir memesan di toko ku, dia host di 'Taiger Pumpkin' kau bisa mencarinya dipusat kota. Semua orang tau tempat itu bahkan mungkin Momoi-san." Yang disebut hanya diam dengan pipi merona tipis. Sekarang Aomine sadar jika teman kecilnya ternyata suka menyewa pemuda-pemuda cantik.
"Oh baiklah terima kasih infonya. Itu ngomong-ngomong terakhir yang Anda maksud itu…sudah berapa lama waktunya?"
"Sekitar 1 atau 2 bulanan."
Aomine segera pamitan dan pergi keluar bersama Momoi.
"Dai-chan kau mau pergi ke Taiger Pumpkin? Aku ikut ya~"
"Tidak" Aomine menanggapi setengah dongkol. Mungkin karena dia merasa dibohongi oleh Momoi. Bayangkan wajah polos seperti itu ternyata mainannya pemuda cantik seperti itu! Hell apa kabar coba pria macho macam dia. Menyedihkan sekali mungkin jawabannya.
"Eh? Kenapa? Lagi pula aku tau tempatnya! Dai-chan kan tidak." Pinta Momoi lebih keras.
Aomine sedikit mendesah sebelum berucap pada Momoi, "Aku tak memerlukan bantuan mu Satsuki. Aku sudah dapat petanya dari Sakurai jadi aku akan mengantar mu pulang. Dan satu lagi, sebaiknya kau mencari pria yang benar bukan mainan yang akan menguras uang mu. Pekerjaan mu gajinya kecil faham." Momoi mengerutu namun tak melawan. Bagaimana pun dia tau jika 'Dai-chan'nya tak ingin hal buruk terjadi padanya.
.
.
.
Aomine menatap bangunan didepannya dengan tampang datar.
"Jadi ini Taiger Pumpkin? Terlihat seperti Butler café." Dengan wajah dongkol Aomine melangkah memasuki tempat tersebut.
Aomine dapat melihat begitu banyak lelaki cantik yang bertebaran disekitar 'café' tersebut.
Aomine binggung harus memulai dari mana, jadi dengan wajah kikuk karena dipandangi pengunjung dan pegawai tempat itu Aomine melangkah dengan kecapat kearah kasir.
"Uh itu bisa aku bicara dengan Mayuzumi Cihihiro? Aku Aomine Daiki dari kepolisian Jepang ingn mengajukan beberapa pertanyaan padanya."
Pegawai kasir yang bertag name 'Izuki Shun' tersebut tampak membelalakkan mata sebelum mengangguk singkat dan menelfon seseorang.
"Ano~ Aomine-san, Mayuzumi-san bilang jika Anda ditunggu di room nomor 35. Mari saya antar." Aomine tak bereaksi dan hanya mengikuti penjaga kasir yang juga berwajah cantik itu melangkah.
Aomine masih dongkol jika kalian mau tau. Dia merasa harkat dan martabat pria macho berotot dan berwajah gahar diluar sana telah tergusur oleh pemuda-pemuda cantik yang lebih mirip wanita.
Sakitnya tuh disini ni~ *tunjuk liver*
.
.
.
Aomine menatap room 35 dengan tatapan datar. Dia sudah mempersiapkan diri sejak dalam mobil kalau-kalau pemuda tersebut adalah J0K3R yang dia cari.
'Cklek'
Room itu terlihat luas, hanya ada beberapa perabot saja yang menyapa mata Aomine. Sofa panjang berwarna hitam pekat dengan bantal bermotif macan, sesuai dengan nama tempat ini 'Taiger'. Lantainya terbuat dari kayu sedang dindingnya berwarna cream polos. Terdapat penyejuk ruangan disudut dan pot tanaman dibawahnya, serta sebutir(?) TV disebelah pot tersebut. Tak ada karaoke set sehingga Aomine berasumsi jika ini hanya tempat mengobrol.
"Selamat sore Aomine-san. Maaf jika saya tidak berbenah diri, saya tidak tau jika akan seberuntung ini mendapatkan kunjungan dari Anda." Pemuda cantik yang kelihatannya lebih tua -mungkin darinya tampak berojigi.
Jika ini Amerika, Aomine takkan susah-susah untuk membungkuk karena disana memang tak ada tradisi seperti itu. Sayangnya ini Jepang, ini negaranya. Negara dimana yang namanya berojigi itu hukumnya 'WAJIB' gak memandang gender.
"Terima kasih juga karena sudah mau meluangkan sedikit waktu untuk saya." Aomine balas berojigi walau dalam hati ogah-ogahan dia lakukan.
"Mari silahkan duduk." Pemuda cantik itu mendaratkan pantatnya disofa.
Dari wajahnya Aomine dapat menaksir jika pemuda itu sudah lulus kuliah sehingga sudah pantas disebut 'PRIA' tapi karena wajahnya masih cute ya begitulah jadinya. Namun tetap saja beberapa kerutan halus diwajahnya tak bisa menyembunyikan usianya selamanya.
Jika ditilik lagi pria (Aomine tak mau menyebut pemuda lagi) itu memang cantik nan rupawan. Surai berwarna silver yang mengkilat dan iris hitam keabu-abuan dengan sedikit siluit warna biru tua. Raut wajah kalem cenderung datar (membuatnya ingat Kuroko) dan yang pasti bibir berwarna soft pink, ya kalian tidak salah baca kok. Dengan kemeja yang tampak awut-awutan dan wajah lelah seperti habis melakukan 'itu' Aomine jadi merinding sendiri saat membayangkan yang dilayani oleh pria tersebut adalah Momoi.
"Ehem, sudah puas menilai saya?" nada congak terdengar diudara, membuat surai biru tua terkaget sejenak sebelum kembali berwajah masam.
Hallo, pria cantik. Anda membuat ku sakit hati dengan wajahmu!
Inginnya Aomine teriak begitu tapi tak jadi.
"Maaf bisa saya mulai wawancaranya?"
"Uh, wawancara? Saya kira Anda menyewa saya untuk hal lain." Satu senyum dikibarkan, Aomine hanya diam dengan dahi berkerut. "Hal lain bagaimana?" pria itu tersenyum lembut namun tak dapat menusuk hati Aomine yang sekeras baja hitam.
"Apa karena tempat yang mungil ini Anda mengurungkan niatan Anda? Padahal saya dengar jika Anda sedang butuh hiburan." Pria yang awalnya duduk berhadapan dengan Aomine itu pindah disebelah Aomine sekarang.
"Tu-tunggu dulu. Aku kemari untuk wawancara mengenai masalah kasus kriminal bukan untuk melakukan hal yang aneh-aneh dengan mu." satu tangan yang hampir mengelus dagunya ditangkis oleh Aomine. Dengan sigap Aomine berpindah posisi hingga dia sekarang duduk disebrang, ditempat duduk Mayuzumi tadi.
"Eh benarkah? Padahal kukira kau akan melakukan sesuatu pada ku." Tangan Mayuzumi terulur untuk mengambil remot TV sebelum menyalakannya.
Aomine melotot melihat pemberitaan diTV yang menyatakan jika dia butuh hiburan lantaran setres masalah J0K3R di 'Taiger Pumpkin'.
"Benar kok aku melihatnya sendiri dengan mata-kepala ku. Dia berjalan ke kasir dengan malu-malu lalu bilang mau Mayuzumi Cihihiro." Seorang gadis yang ditaksir Aomine berusia 17 tahunan yang diwawancarai berkata lancar dengan wajah memerah menahan malu. Semantara Aomine berwajah pucat menahan boxer.
'Zlap'
TV tersebut dimatikan oleh Mayuzumi saat melihat wajah Aomine yang berubah menjadi aneh. "Ba-" perkataannya terputus saat ada suara ketukkan sebanyak 3 kali dari pintu.
"YA, MASUK!" Mazuzumi cengo melihat Aomine melotot sambil berteriak. Dalam hati dia tertawa, ternyata memang benar anggota FBI pun juga manusia buktinya Aomine. Walau berbadan kekar tetap saja dia risih digoda sesama pria terutama yang tidak dikehendakki.
'Cklek'
"Maaf mengganggu." Aomine menoleh saat mendengar suara dari pintu. Sesosok pria -lagi terlihat mengenakan pakaian ala bartender, berkulit kemerahan dengan wajah sangar namun tetap lembut. Rambutnya merah dengan gradasi hitam dipucuknya, mata crimson dan alis belah. Ya alisnya belah, Aomine juga hampir berteriak histeris namun masih tau diri.
Dengan cekatan pria itu berjalan kearah meja diantara Aomine dan Mayuzumi, kemudian meletakkan teko, cangkir teh dan sepiring mochi.
"Ginger." Tanpa sadar Aomine berucap saat pria itu berada dekat dalam jangkauannya sehingga membuat aroma tubuhnya tercium diindranya.
"Eh?" suara Mayuzumi mengudara, sementara pria berambut gradasi itu hanya diam dengan pipi merona tipis sebelum cepat-cepat bangit dan pamit undur diri.
'Blam'
"Apa aku salah bicara?" Aomine bertanya polos pada Mayuzumi. Sementara yang ditanya hanya menatap maklum kearahnya.
Ah anak muda, Mayuzumi bahkan sampai lupa rasanya bercinta. Berbagi kasih, sayang dan kebahagiaan dalam balutan cinta panas yang menggelora.
"Bukan salah, hanya kurang tepat. Mana ada orang mengajak berkenalan dengan mengendus lehernya dan mengatakan bau parumnya." Mayuzumi terkekeh pelan.
"Namanya Kagami Taiga, pemilik 'Taiger Pumpkin'." Aomine manggut-manggut akan dia cari tau nanti. "Nah bisa kau beri tau apa yang ingin kau ketahui dari ku?" melihat lawan bicaranya serius Aomine merubah haluan menjadi mode pac-man eh salah panther maksudnya.
"Ku dengar dari Liu Wei pemilik toko parfum 'W Model' jika beberapa bulan yang lalu kau membeli parfum di tempatnya. Apa benar?"
"Ya, ada masalah dengan itu?"
"Seharusnya tidak ada, namun sayang sekali hal dalam hal ini menjadi masalah karena kau membeli dengan aroma red jasmine, canberry dan minyak amber."
Mayuzumi menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, dia tidak membantah maupun berkata apapun. Kelihatannya dia pasrah akan apa yang terjadi.
"Aku memang membelinya namun bukan untuk ku sendiri." Dasi yang mencekiknya dilonggarkan begitu juga dengan beberapa kancing kemejanya.
"Lalu kau beli untuk siapa?"
"Mibuchi Reo, kau tau dia?"
"Ah, dia pemain kabuki yang tekenal itu kan?"
"Ya, dia berulang tahun beberapa bulan lalu jadi aku memberinya parfum itu. Dia adik kelas ku dulu semasa kuliah." Aomine hanya menatap Mazuyumi datar ketika asumsinya jika Mayuzumi tua itu terbukti 1001% benar.
"Kiranya dimana aku bisa menemuinya?"
"Akan susah bertemu dengannya jika kau tak memiliki undangan secara resmi atau janji, dia cukup sibuk."
"Apa tak ada cara?" Mayuzumi mendengus sebelum berujar, "Bahkan para Yakuza pun harus membuat izin jika mau bertemu dengannya tau." Aomine mengerucutkan bibir jengah. Agaknya si Mibuchi ini cukup terkenal –dudinia kriminal.
Mayuzumi melihat jam yang melingkar ditangan kirinya "Maih ada waktu kurasa, jika kau cukup beruntung mungkin kau bisa bertemu tanpa harus membuat janji dulu. Dia ada di sanggarnya sekarang. Dua blok dari sini, namanya 'Perfecto'." Mayzumi melempar sebuah kartu nama pada Aomine.
"Ini?"
"Tunjukkan itu pada resepsionis. Mereka akan membiarkan mu masuk. Disana sedang dilaksanakan teater kabuki untuk menyambut tamu dari Snegal." Aomine menelan ludah pahit ketika negara itu disebut. Masih teringat akan permata yang tak mampu diselamatkannya dahulu.
"Trima kasih, akan ku traktir bir kapan-kapan." Secepat kilat Aomine berlari keluar room.
Mayuzumi hanya memandang datar pintu yang tertutup kembali kembali tersebut.
'Zruuup~'
Suara the yang diseruput dengan cangkir kramik terdengar, Mayuzumi menatap pria didepannya dengan wajah ingin tau.
"Apa yang kau rencanakan J0K3R?"
Tak ada sahutan terdengar, malah sebuah mochi dengan isi kacang merah dimakannya dalam diam.
"J0K3R?" tanya Mayuzumi sekali lagi.
"Tak ada, aku hanya ingin mengambil apa yang menjadi milikku."
Mayuzumi diam setelah mendengar pernyataan barusan. Takkan ada gunanya dia bertanya lebih jauh J0K3R takkan memberi tau, jadi percuma saja. Toh dia sudah mendapat apa yang diinginkannya, sensasi yang dinamakan dengan…
…KETENARAN.
.
.
.
TBC / maybe .-.
.
.
.
