Vocaloid © Crypton Corp.
What Are You Doing If I'm Disappear?
© khiikikurohoshi
―
Aku menggenggam kedua tangan mereka dengan erat. Mereka juga balas menggenggam tanganku. Aku yang berada di tengah-tengah mereka, tersenyum. Mereka juga ikut tersenyum. Selalu seperti itu. Kapan aku sedih, mereka juga ikut sedih. Kapan aku kesal, mereka juga ikut kesal.
Aku, Rin.
Mereka, Luka dan Miku.
Kami, sahabat baik sejak SD kelas 5.
Dan aku percaya, kalau kami akan terus bersahabat baik sampai kapan pun juga.
.
Itu pikirku.
Tapi…
.
Ketika aku tersadar kembali, aku tidak mampu tersenyum dan tertawa lagi dengan mereka.
.
Sebaliknya, aku hanya mampu menatap punggung mereka dengan sinis.
Di SMP kelas 3, kurasakan siluet bayanganku semakin menghilang diantara mereka. Cuma aku seorang.
.
Entah sejak kapan, selera kami berbeda. Tidak. Cuma aku yang berbeda.
Mereka suka fashion style.
Aku suka musik.
Mereka suka ensiklopedia.
Aku suka komik dan novel.
Mereka suka kopi hitam.
Aku suka kopi susu tambah gula.
Mereka suka pancake.
Aku suka roti panggang.
Mereka suka Kaito Shion, si ketua kelas berkacamata gagang biru yang pintar dan tampannya setengah mati.
Aku suka Kagamine Len, si teman sekelas yang populer dan jago olahraga.
Semua selera kami bertolak belakang. Tidak. Cuma aku seorang .
.
Di SMA kelas 1, siluet bayanganku benar-benar menghilang diantara mereka. Aku memilih sekolah negeri. Mereka memilih sekolah swasta. Mengikuti pangeran berkuda putih, Kaito Shion. Sementara aku, tidak mengikuti siapapun.
'Bukankah kalian sudah berjanji akan satu SMA denganku!'
'Maaf, tapi…'
'Kami terpaksa. Maaf, Rin.'
Aku menampakkan wajah seakan-akan telah ditampar oleh ucapan mereka. Ini bohong. Tidak. Ini nyata.
.
Aku dan mereka…
Bukan apa-apa lagi.
Saat bel pulang berbunyi, kuputuskan untuk merobek tiap lembar diary-ku.
.
Di saat kelulusan SMA, setelah menerima telepon dari seseorang, aku tersenyum puas. Tuhan ternyata sedang baik padaku.
.
Di saat upacara kelulusan SMA usai, aku dan seseorang itu mendatangi sekolah swasta yang berada di kota sebelah. Di depan ruang masuk sekolah itu, ada pagar warna kuning bergaris hitam bertuliskan 'Do Not Cross'.
Aku melongokkan kepala, tersenyum ketika melihat dua orang dengan genangan darah di sekitar mereka. Pokoknya keren. Namun, belum sempat aku puas melihat dua orang itu, seseorang menarikku dan memasukkan diriku ke dalam pelukannya. Dia berbisik padaku.
'Jangan lihat! Kau… pasti terguncang…'
Aku memegang lengan yang melingkar di leherku. Perlahan, aku menundukkan kepala.
'Aku… tidak menyangka hal ini akan terjadi…'
Kukatan begitu, tapi aku bersorak dalam hati. Kukatakan…
'Selamat tinggal, Luka dan Miku. Ini pasti pembalasan dendam karena kalian meninggalkanku sendirian.'
'Kalian satu sekolah dengan pangeran berkuda putih itu. Tapi karena kalian berdua posesif, kalian pasti akan berakhir tragis seperti ini.'
'Perkelahian antar teman itu ironis sekali, bukan?'
'Syukurlah kalian berkelahi di atap sekolah. Jadi, kalian saling dorong, tergelincir dan mati bersama-sama. Meninggalkanku…'
Meninggalkanku… lagi. Sendirian. Cuma aku. Sendirian.
Saat tersadar, aku menangis.
Bohong. Kenapa aku menangis? Kenapa sekarang… aku malah… mengingat kenangan manis kami? Tidak. Aku seharusnya tidak menangis. Bodoh. Tidak, mereka pantas mendapatkannya.
Seseorang itu, Len, memelukku semakin erat ketika menyadari aku mulai menangis hingga meraung. Kenapa aku menangis sampai seperti ini?
Kenapa… cuma aku lagi yang mereka tinggalkan?
What Are You Doing If I'm Disappear?
/End.
© 2011
