=========== 30 Days With You===========
Disclaimer: Naruto bukan punya saya lho yang punya itu Om Masashi Kishimoto.
Warning: gaje,AC, OOC, typo(s) bertebaran, abal-abal , alur cepat hehe,
.
.
.
.
Gadis bermata lavender itu larut dalam kegiatan membaca. Gadis itu duduk sendiri dikantin. Sendiri. Ya, sendiri, Apa ada yang salah dengan kata-kata sendiri? Gadis itu memang memutuskan untuk melakukan semuanya sendiri. Tanpa teman, tanpa sahabat, ehm tanpa kekasih, mungkin hanya keluarga yang ia percaya. Dulu, gadis itu adalah gadis yang ceria. Tapi sejak di vonis dokter mengidap kanker dan hidupnya akan tersisa beberapa bulan lagi, dia mendadak menjadi gadis yang pemurung dan pendiam. Sejak kapan dokter yang menentukan hidup matinya seseorang?
Pria itu. Pria berambut berbentuk seperti durian berwarna kuning. Duduk sambil memperhatikan gadis itu. Wajahnya yang ceria sepertinya berbanding terbalik dengan gadis itu.
"Kalau kau bisa mendekatinya. Aku akan mengatakan keseluruh kampus bahkan seluruh dunia, kalau kau lebih hebat dariku." Pria berambut raven menatang pria berambut blonde.
"Maksudmu apa teme?"
"Ayolah Dobe, kau tidak tau reputasi dia sebagai orang pendiam yang aneh dikampus kita?" Pria berambut raven itu mendengus kesal mendengar pertanyaan bodoh yang dilontarkan temannya itu.
"Kudengar dia juga pemakai obat-obat terlarang. Mengerikan." Kali ini pria dengan tatto segitiga berwarna merah dipipinya mengeluarkan suara.
"Hn."
"Kalian bercanda mana mungkin dia seperti itu."
"Makanya kau dekati dia. Lagian reputasimu sebagai playboy dan orang terkaya dikampus akan mempermudahmu."
"Aku tidak tertarik kepadanya, Teme." Pria itu terus-terusan menolak permintaan temannya.
"Sejak kapan playboy sepertimu menolak wanita, Naruto." Pria yang dipanggil Naruto itu mendesis pelan.
"Diamlah, Kiba." Naruto menatap pria yang bernama Kiba itu tajam. Kiba hanya menatap mengejek sama seperti pria berambut raven.
"Naruto mencoba setia yaa. Hm bagus..bagus."
"Kau benar, Sasuke."
"Diamlah kalian berdua. Baiklah.. Baiklah. Aku akan mendekatinya. Puas?"
Naruto menyerah dan menyanggupi tantangan kedua temannya yang gila itu. Kiba dan Sasuke hanya mengangguk puas. Naruto melangkahkan kakinya menuju kearah gadis yang masih tenggelam membaca bukunya itu.
"Sendiri?" tanya Naruto setibanya dibangku gadis itu.
Gadis itu hanya mengangguk kecil, sambil tetap membaca tanpa menatap Naruto sedikitpun.
"Aku Naruto." Naruto memberikan senyuman terbaiknya.
"A-A-Aku sudah tau." Jawaban gadis itu membuat senyuman Naruto luntur seketika. Baru kali ini ada gadis yang menjawab sedingin ini, biasanya gadis-gadis akan bersikap manis dihadapannya karena status orang terkaya yang disandangnya.
"Namamu?"
"Hyuuga. H-Hyuuga Hinata." Jawab gadis itu singkat.
"Oh, kalau tidak salah kita sekelas."
"O-O-h ya?"
"Ya, dikelas Psikologi." Naruto tersenyum sambil menatap Hinata.
"Oh."
'Oh saja? Ini kelihatannya akan sulit' batin Naruto sambil menatap Sasuke dan Kiba yang menatap remeh kearahnya.
"Boleh aku minta nomor ponselmu?" Naruto bertanya tanpa basa-basi. Gadis itu hanya menatapnya kemudian kembali membaca buku.
"Buat apa?" tanyanya tajam.
"Menanyakan tugas," ucap Naruto polos.
Naruto menyodorkan sebuah kertas dan pulpen kepada gadis itu. Gadis itu menulis nomor teleponnya dikertas itu kemudian menyodorkan kembali kepada Naruto.
"Baiklah, nanti akan aku hubungi. Byee Hinata."
Naruto kembali kebangkunya kemudian melaporkan semuanya kepada temannya.
"Bagaimana?" tanya Sasuke tajam.
"Beres." Naruto tersenyum sambil menatap Sasuke tajam.
Kring..Kring..
"Halooo Shion sayang. Aduh maaf ya tidak memberi kabar. Aku sibuk hehehe. Sudah ya."
Kring...Kring..
Hp Naruto yang kedua berbunyi.
"Halo Temari sayang. Kenapa? Jemput? Aduh aku ada kelas nih."
Belum sempat Naruto mematikan teleponnya ternyata ada telepon masuk lagi.
Kring...Kring..
Naruto mematikan sambungan teleponnya dengan Temari kemudian membiarkan semua hpnya berbunyi tanpa berniat untuk menjawab.
"Semua pacarmu menelepon?" Naruto hanya mengangguk mendengar pertanyaan mengejek dari Kiba. Sungguh, mempunyai banyak pacar sangat merepotkan.
Dari jauh Hinata hanya tertawa. Dia sudah tau. Dia sudah tau dengan reputasi Naruto sebagai playboy dan hobi bergonta-ganti wanita.
.
.
.
.
Naruto memberanikan diri untuk menelepon Hinata. Sebenarnya dia sedikit tertarik dengan sifat Hinata yang dingin kepadanya.
"Hai Hinata." Ucap Naruto saat mendengar nada yang menandakan telepon sudah diangkat.
"Sibuk?" tanya Naruto berbasa basi.
"Besok pergi bareng yuk."
"Ayolah. Aku jemput. Dimana rumahmu?"
"Kalau kau tidak mau, aku akan tetap datang. Sangat mudah sekali menemukan rumahmu."
.
.
.
Hinata kaget saat melihat nomor asing yang menelepon ke hpnya. Dengan ragu Hinata mengangkat telepon itu.
'Ternyata Naruto' batin Hinata saat mendengar suara Naruto diujung sana.
"Ya." Hinata menjawabnya dengan nada dingin seperti bisa.
"T-T-Tidak," jawabnya singkat lagi.
"Eh? Aku tidak bisa." Hinata buru-buru menolak saat Naruto mengajaknya pergi bersama.
"..." Hinata memutuskan teleponnya. Apa Naruto akan memegang omongannya? Kita lihat saja. Matanya menatap kearah meja disudut kamarnya. Ah, obat itu. Obat penahan rasa sakit. Obat itu membuat Hinata melupakan rasa sakitnya sejenak. Ya. Hanya sejenak.
.
.
.
1 November 2011
Ternyata Naruto memang memegang omongannya. Pagi-pagi sekali dia sudah datang menuju ke rumah Hinata. Tidak begitu sulit bagi Naruto untuk mencari rumah Hinata, hanya tinggal menelepon Neji, sepupu Hinata mengingat nama depan kedua orang itu sama. Hinata terlonjak kaget, namun tetap menjaga wajah datarnya, saat melihat Naruto berada disebelah mobilnya dan tersenyum kearahnya.
"Pagi Hinata.." Sapanya lembut. Sementara, Hinata tetap diam.
"Aku bisa naik kendaraan umum." Hinata kemudian melangkahkan kakinya keluar gang dan mudah saja baginya untuk menemukan bis dan masuk. Meninggalkan Naruto yang masih berdiri terpaku.
"Gadis itu membuatku tertantang." Naruto kemudian memasuki mobilnya dan bergegas menuju kampus.
"Hahaha apa?" Tawa Kiba dan Sasuke pecah saat mendengar cerita Naruto yang ditolak mentah-mentah oleh Hinata.
"Diam kalian semua. Aku akan mendapatkannya sebentar lagi, mungkin 29 hari lagi dia sudah menjadi milikku." Naruto tersenyum kecut menatap kedua temannya seolah meminta teman-temannya untuk memegang omongannya.
"Baiklah." Sasuke hanya tersenyum menatap temannya itu karena baru kali ini Naruto ditolak dan dibuat stres oleh seorang wanita. Biasanya hanya perlu bergombal-gombal ria, Naruto bisa mendapatkan seorang gadis dalam waktu kurang dari 24 jam.
Naruto melihat Hinata memasuki kantin dan menuju bangku Hinata.
"Hinata.. Hinata.." Naruto duduk dibangku yang sama dengan Hinata kemudian menggoyang-goyangkan meja.
"A-Apa?" ujar Hinata ketus karena kegiatan Naruto menganggu kegiatan meminum cappucinonya.
"Besok pergi bareng aku ya?" ucap Naruto dengan nada memohon ke Hinata.
"T-Tidak."
Lagi, lagi penolakan. Tapi bukan Naruto namanya, kalau tidak menyerah.
"Harus mau. Ayolah Hinata. Aku mohon." Naruto mengeluarkan puppyeyes andalannya saat merayu wanita, namun wajah Hinata tetap datar-datar saja.
"Baiklah, h-h-hanya sekali." Jawaban Hinata disambut senyuman terlebar Naruto. Selangkah lagi, dia akan dekat dengan Hinata.
2 November 2011
Seperti kemarin Naruto sudah stand-by disamping mobilnya kemudian menunggu Hinata keluar. Naruto dengan riang, mempersilahkan Hinata masuk kemobilnya.
"Hinata, kau tidak capek apa membaca buku terus?"
"T-t-tidak." Jawab Hinata seperti biasa, datar, terbata-bata dan dingin.
"Kau cantik." Pujian Naruto hanya dibalas senyuman kecut dari Hinata tapi kenapa Naruto bisa melihat raut kebahagian Hinata dari matanya.
"Ngomong-ngomong kau baca buku apa sih? Kenapa disampul hitam begitu?" tanya Naruto. "Aku selalu melihatmu membaca buku itu," lanjutnya sambil diiringi senyuman.
Hinata diam. Ternyata ada juga orang yang memperhatikan buku yang selalu dibacanya itu. Hanya Naruto, hanya Naruto pria yang berani mendekatinya sampai rela menjemputnya sepagi ini.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
Huaaaaa. Ini apa? Maaf kalau terlalu singkat hihihi. Adakah yang bersedia review?
