Semua berawal dari kebosanan para personil STARISH dan Quartet Night saat libur di pertengahan musim panas. Kesebelas cowok tampan itu tak tahu harus berbuat apa untuk menghilangkan kebosanan yang ada. Hingga...
Reiji: Ne... minna san, aku punya ide untuk menghilangkan kebosanan saat ini. Apa ada yang penasaran dengan ideku?
Ai: Tidak."
Ranmaru: Siapa peduli.
Camus: Kau pikir kau siapa, huh?
Secara kompak dan seperti biasanya, ketiga cowok tampan nan tua #slap eh salah maksudnya kece ini menjawab pertanyaan Reiji dengan jawabn yang sama dan tak lupa pakai nada yang ketus.
Reiji: Hidoi yo, Ran-Ran, Ai-Ai, Myu chan.
Ai: Berisik.
Ranmaru: Diam kau.
Camus: Tutup mulutmu, dasar rendah.
Seketika Reiji langsung terdiam tanpa bahasa *Bang Reiji masih hidup?* *masih dong Ren-Ren* *tabok Reiji pake balok* *mati*.
Otoya: Memang idemu apa, Rei chan? Aku penasaran.
Cecil: Aku juga penasaran, Kotobuki senpai.
Yang lain hanya bisa sweatdrop saat kedua kakak beradik nan polos ini malah penasaran dengan ide Reiji yang entah kenapa membawa firasat buruk bagi mereka saat ini minus Otoya dan Cecil yang kepo akan ide Reiji.
Reiji: Sebenarnya ide ku ini sangat simpel sekali sekaligus membuat kita bernostalgia dengan masa kecil kita.
Otoya: Bernostalgia?
Reiji: Iya. Banyak orang memainkannya karena permainannya sangat mudah untuk dilakukan.
Ranmaru: Jadi intinya kau mau memberitahu atau tidak?. Kau membuatku kesal.
Reiji: Wah ternyata Ran-Ran penasaran juga. Tunggu sebentar ya aku mau ambil sesuatu dulu.
Reiji pun pergi ke suatu tempat. Entah apa yang di persiapkan olehnya. Yang lain berharap semoga permainan Reiji bukanlah permainan yang aneh-aneh.
.
.
.
.
.
Setelah 10 menit, Reiji pun kembali bersama dengan yang lainnya sambil membawa sebuah gelas kecil yang di tutupi oleh plastik dan di ikat oleh karet. Yang lain mulai penasaran dengan sesuatu yang ada di dalam gelas tersebut.
Reiji: Silahkan bergantian untuk mengeluarkan kertas yang ada di dalam gelas tersebut. Jangan di buka sampai semua memegang kertas. Di mulai dari aku dulu.
Sebuah kertas pun keluar saat Reiji mengocoknya. Setelah itu yang lain saling bergantian untuk mengeluarkan kertas yang ada di dalam gelas itu. Setelah semua telah mendapat kertas, barulah mereka mengetahui apa yang terdapat dalam kertas itu.
Reiji: Tolong sebutkan apa yang tertulis dalam kertas yang kalian pegang. Di mulai dari sisi kiriku.
Ranmaru: Kakek.
Camus: Anak pertama.
Ai: Anak ketiga.
Natsuki: Anak kedua.
Syo: Adik bayi.
Ren: Papa.
Masato: Mama pertama.
Tokiya: Mama kedua.
Otoya: Paman.
Cecil: Bibi.
Reiji: Aku dapat peran nenek.
Seketika mereka semua minus Reiji menyadari bahwa mereka akan bermain rumah-rumahan.
Reiji: Ran-Ran, kamu akan berpasangan denganku.
Ranmaru: Cih...
Reiji: Hidoi Ran-Ran *pura-pura nangis*
Ranmaru: Diam kau
Tokiya: Kenapa ada peran 2 mama disini?
Masato: Iya, benar. Kenapa peran mamanya ada 2?
Reiji: Kalau satu kan gak asyik. Biar seru makanya jadi 2. Kebetulan yang dapat itu Ren jadinya pas deh.
Ren: Punya istri 2 modelnya kayak Hijirikawa sama Icchi rasanya menyeramkan *bergumam*
Masato: Kau bilang apa, Jinguji? *dengan tatapan tajam*
Ren: Aku tidak bilang apa-apa *menatap ke arah lain*
Otoya: Oh, ya, skenarionya mau seperti apa?
Reiji: Di mulai dari Ren meminta izin pada Masato untuk menikah dengan Tokiya, bagaimana?
Seketika Ren, Masato, dan Tokiya facepalm mendengar usulan dari Reiji. Sementara yang lain hanya bisa menahan tawa membayangkan adegan tersebut.
Ren: Baiklah. Ayo segera di mulai saja. Anggap saja kita sedang latihan akting.
.
.
.
.
Pada suatu hari hiduplah sebuah keluarga kecil yang damai. Keluarga kecil itu terdiri dari seorang ayah yang memiliki wajah tampan nan rupawan dan seorang ibu yang cantik jelita seperti putri yang di karunai 2 putra yang berwajah rupawan.
Putra pertama bernama Camus. Dia tumbuh menjadi sosok pemuda yang tampan dan dia memiliki rambut panjang yang indah. Tapi, sayangnya dia bersifat sedikit angkuh dan dingin. Putra kedua bernama Natsuki. Dia tumbuh menjadi sosok pemuda yang tampan seperti Camus dengan rambut pendek nan ikal. Berbeda dengan Camus, Natsuki sangat hangat dan lembut pada siapa saja.
Setiap harinya mereka selalu bahagia dan hidup dengan damai. Tapi, semua itu berubah saat sang ayah meminta izin pada istrinya untuk menikah lagi.
Ren: Masato...
Masato: Ada apa, Ren?
Ren: Aku ingin membicarakan sesuatu padamu. Maukah kamu mendengarnya?
Masato: Tentu. Tentang apa, Ren?
Ren mengambil nafas dalam-dalam sebelum dia menjawab pertanyaan Masato.
Ren: Maukah kamu mengizinkanku untuk menikah lagi?
Seketika Masato menampilkan ekspresi terkejut lalu berubah menjadi sedih ala-ala sinetron *ditabok bang Masa*.
Masato: Apakah aku tidak cukup untukmu, Ren? Apa aku masih kurang untukmu?
Seketika yang lain terpana akan akting Masato yang tampaknya sudah terbawa suasana cerita yang ada.
Ren: Bagiku kamu tidak ada kurangnya, Masato. Sudah lebih dari cukup. Aku menikah dengannya karena aku tak tega melihatnya hidup bersama kedua anaknya.
Masato: Alasanmu hanya itu?
Ren: Tidak. Aku juga mencintainya seperti aku mencintaimu, Masato.
Masato: Kamu jahat, Ren. Padahal dulu kamu berjanji di depan Kami sama dan yang lain untuk setia sehidup semati bersamaku. Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi?
Ren: Maafkan aku, Masato. Aku masih mencintaimu, lebih dari diriku sendiri. Tapi, disisi lain aku tidak bisa meninggalkan dirinya. Ku mohon izinkan aku untuk menikahinya. Aku berjanji untuk berlaku adil.
Masato pun memasang ekspresi berpikir. Pada akhirnya dia membuat sebuah keputusan.
Masato: Baiklah. Aku mengizinkanmu untuk menikah lagi tapi dengan satu syarat.
Ren: Apa syaratnya?
Masato: Kamu harus bisa bersikap adil padaku dan anak-anak jika kamu sudah menikah dengan dirinya. Oh, ya, siapa yang menjadi calonmu?
Ren: Kamu pasti mengenalnya, Masato.
Masato: Siapa?
Ren: Tunggu hingga saatnya tiba kamu akan tahu siapa dia.
Yang lain terpana akan akting Masato dan Ren yang tampak sangat menghayati peran yang di berikan. Berikutnya Tokiya, Ai, dan Syo yang akan menunjukkan kebolehannya dalam berakting.
.
.
.
.
.
Hari demi hari pun berlalu, kini tibalah hari berbahagia untuk Ren dan calon istrinya yang kedua. Dengan tuxedo putih Ren tampak terlihat gagah dan tampan. Sementara itu Masato sedang menunggu kehadiran calon istri baru Ren di ruang tunggu. Tak lama sosok yang di tunggunya pun muncul di hadapannya. Sosok yang dikenalnya sejak lama, bisa di bilang sahabat dekat Masato. Masato menampilkan ekspresi tak percaya sekaligus kecewa. Sosok itu memakai gaun pengantin berwarna putih gading tanpa lengan dengan model sederhana. Rambutnya di sanggul ke atas dan sudah di lengkapi tudung pernikahan. Sepasang heels dan sebuket mawar putih melengkapi penampilannya sebagai Queen of today.
Masato: Lama tak jumpa, Ichinose.
Tokiya: Lama tak jumpa juga, Hijirikawa.
Masato: Tak ku sangka calon istri dari suamiku adalah kamu.
Tokiya: Apa maksudmu?
Masato: Kamu akan menikah dengan laki-laki bernama Jinguji Ren, kan?. Dia adalah suamiku.
Seketika ekspresi wajah Tokiya menampilkan rasa bersalah dan memucat. Tak di sangka jika dia akan menikah dengan suami sahabatnya sendiri.
Tokiya: Maafkan aku, Masato. Sungguh aku tidak tahu jika Ren adalah suamimu.
Masato: Tak apa-apa. Kamu mencintainya, bukan?
Tokiya: Ya, aku mencintainya. Tapi, apakah tidak apa-apa untukmu, Masato?
Masato: Tidak apa-apa. Ren telah berjanji untuk adil.
Tokiya: Terima kasih, Masato.
Keduanya pun berpelukan satu sama lain. Tiba-tiba Reiji dan Ranmaru datang dengan dandan ala orang tua usia lanjut. Keduanya tampak menampilkan ekspresi yang berbeda, terlihat dari Ranmaru yang memasang ekspresi ogah-ogahan.
Reiji: Oh, menantu-menantu ku kalian tampak cantik hari ini. Bagaimana menurutmu suamiku? *pakai suara dan gaya bicara nenek-nenek*
Ranmaru: Diam kau.
Reiji: Kamu kok jahat sih?
Ranmaru: Bodo. Memangnya kau siapaku?
Reiji: Apa kamu telah lupa dengan pernikahan kita 25 tahun yang lalu?
Ranmaru: Aku tidak merasa pernah menikah denganmu.
Reiji: Lalu selama ini apa arti diriku untukmu?
Ranmaru: Hanya angin lalu jika kau mau tahu jawabannya.
Seketika Reiji pundung di pojokan sambil mainan sama semut di dinding. Seketika tawa meledak setelah pasangan kakek dan nenek ini malah berakhir dengan sang nenek di bully oleh suaminya sendiri.
Reiji: Ne, Masato, Tokiya, maafkan Ren, ya. Okaa san harap kalian bisa akur satu sama lain ya.
Masato: Baiklah, okaa sama.
Tokiya: Aku mengerti, okaa san.
Reiji: Tokiya... sudah waktunya untuk ke altar.
Tokiya: Ya.
Setelah itu mereka berempat pun pergi ke altar untuk menyaksikan pernikahan Ren dan Tokiya.
.
.
.
.
Bagaimana kelanjutan kisah keluarga ini? Nantikan di chapter berikutnya ya.
.
.
.
.
Hello minna san, kembali lagi dengan Riren nih. Oh, ya, kali ini Riren mencoba membuat cerita yang agak unik dan rada gaje kayak gini. Buat iseng aja sih sebelum uts dimulai sekaligus buat refresh otak ngehadapin tugas yang gak ada abisnya *curhat ceritanya*
Riren mohon maaf jika ceritanya agak kurang gaje dan berasa garing kayak kerupuk kulit *laper*. Jika ada yang di sampaikan, bisa di tuliskan di review ya.
Berhubung sudah malam, Riren mau bobo dulu, ya. Jaa ne minna san (*^_^*)
