Disclaimer is Adachi Toka
.
.
.
*Stop*
"Yato,"
"Kita hentikan ini Bishamon."
Dewa malapetaka itu menyampirkan yukata putih tipis di tubuh polos dewi keberuntungan di depannya. Iris biru bercahayanya menatap sosok itu dengan tatapan dalam. Mengisyaratkan hal yang sudah sepantasnya mereka lakukan sejak dulu. Yato tau hal ini salah tapi menolak sang dewi juga merupakan kesalahan. Ini semua kesalahan yang besar. Sangat besar.
Tidak.
Para dewa dan dewi tidak pernah salah.
Semua yang dilakukannya adalah kebenaran.
Bishamon menggigit bibir bawahnya. Jemarinya mendekap yukata yang melindungi tubuh polosnya. Matanya terasa panas. Air mata menggenang di pelupuk matanya. Ruangan dengan pencahayaan minim ini beruntung menyembunyikan semuanya. Hatinya ngilu. Adakah shinki yang menyengatnya, siapa? Atau karena pemuda di hadapannya ini? Kenapa Bishamon bisa luluh lantah di hadapannya? Bahkan untuk sekedar berkutik menyerang pemuda itu di atas ranjang saja Bishamon tidak ada tenaga.
Harus 'kah semuanya berakhir?
Sejak kapan semua permainan memabukan ini membuatnya pasrah? Sejak kapan permainan itu terus menerus lagi dan lagi tidak pernah berhenti? Kepala dia menikmati segala sensasi yang dari sentuhan itu? Itu terlalu memabukan. Bahkan lebih daripada sekedar sake yang sering dibelikan Kazuma. Itu terlalu nikmat. Tidak ada yang senikmat itu. Bishamon ingin lagi. Lagi dan lagi. Tanpa henti seolah memenjarakan pemuda itu agar hanya untuknya.
Hanya untuknya.
Bishamon menatap pemuda di depannya dalam-dalam. Mencari celah dari tatapan yang lelah itu.
Apa yang berhenti?
Apa yang dimaksud dengan berhenti itu?
Jendela dibiarkan terbuka, membuat helaian pirang miliknya menari pelan akibat angin yang masuk. Dewa Yato memeluk Bishamon erat. Membawa tubuh dewi itu ke dalam pelukannya. Erat, begitu erat sampai rasanya tidak ingin melepaskan walau hanya sedetikpun. Lihat, bahkan air mata berlinang yang menjatuhkan martabat seorang dewi 'pun tercucur. Bishamon lemah saat ini.
Jemari kurus Bishamon balas menarik tubuh Yato dalam pelukannya. Rasanya hangat, namun tidak sehangat malam sebelumnya.
Yato menggertakan giginya. Dia menutup matanya rapat.
Bila berbaikan dengan Bishamon akan membuatnya seperti sekarang, Yato harap dia tidak akan pernah berbaikan dengan wanita di pelukannya ini.
Mereka melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan.
Mereka tidak seharusnya menghabiskan malam-malam panas bersama. Tidak seharusnya saling bercumbu bertukar saliva. Tidak seharusnya saling menyentuh dan saling memuaskan. Mereka tidak seharusnya seperti ini. Ini salah. Rasa yang mereka rasakan setiap malam, segala kenikmatan tidak terhingga bahkan saat puncak di mana semuanya menjadi dosa. Mereka tidak seharusnya seperti itu.
Atasan dari surga tidak akan memaafkan mereka.
Yato harus menghentikan ini.
"Jangan…" Bishamon merintih pelan. "Kumohon jangan Yato…"
"Tidak."
"Jangan pergi."
Thank's for reading-,
