Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Genre : Romance, Hurt/Comfort, Drama.

Pair : Naruto U., Hinata H., Menma U., Hanabi H.

Rated : T [15+]

Warning : Standart Warning Used. OOC, Typo(s)

Basedon 'Critical Eleven'

yamanakavidi Present

"Cold"

Semuanya datang dengan setelan terbaik mereka, dengan senyum terbaik mereka, serta dengan perasaan terbaik mereka. Mereka yang memintanya, setelah acara pernikahan yang benar-benar khas Hyugga, mereka ingin resepsi ini benar-benar terasa seperti anak muda. Mereka memilih ruang lapang, tidak ada sekat antar ruang dan tidak ada panggung untuk pengantinnya, hanya ingin berbaur.

"Hinata, selamat akan pernikahannya."

Teman-teman satu tim, teman-teman Naruto, para guru, sampai para Kage menyalami dengan penuh rasa bahagia dan Hinata menanggapinya hanya dengan senyum, mau bagaimana lagi dia sudah cukup menangis kemarin dan sekarang tidak akan membuat air mata itu jatuh lagi, Hinata akan tersenyum.

Matanya menatap kearah pria yang tengah bercanda dengan Kazekage, walaupun hanya ditanggapi sederhana oleh pria merah itu. Hinata mengagumi setiap garis wajahnya, bagaimana cara dia tersenyum, membelalakkan mata dan cemberut kesal karena ejekan teman-temannya.

"Wah, aku tidak percaya kalian mendahului kami semua." Kiba berceletuk ketika dia datang mendekati Naruto setelah acara salaman selesai. Dia dan Shino, teman dan rekan satu tim Hinata.

"Tentu saja. Kalian juga harus mulai mencari calon istri, agar bisa menyusul kami." Naruto menjawabnya riang, sebelah tangannya dia gunakan untuk merangkul istrinya.

Dan, wajah Hinata memerah.

"Hinata, kamu sudah jadi istri Naruto. Jangan sering malu seperti itu." Ino datang dan menimpali.

"Jangan menggodanya. Aku menyukai Hinata, bahkan rona merah wajahnya lah yang membuatku mencintainya."

Semuanya tertawa karena jawaban nyeleneh Naruto, dan sebuah kecupan hadir di kening Hinata, pelan dan lama. Naruto tersenyum lembut saat melihat Hinata mencoba untuk tidak memerahkan lagi wajahnya.

"Aku mencintaimu, Naruto-kun." Ujar Hinata pelan.

Naruto tersenyum dan mengelus lembut rambut Hinata, "Aku tahu."

Rasanya, Hinata sudah terbang ke langit tanpa mengeluarkan jurus apapun yang dia punyai.

"Ah, kalian ini." Kiba menyadarkan mereka, mengembalikan jiwa Hinata yang tadi tengah bermain entah dimana. Celetukan temannya itu menyadarkannya bahwa mereka bukanlah pemilik dunia sehingga bisa bermesraan tanpa melihat teman mereka yang lain.

"Biarlah. Ini pernikahanku." Naruto mengeratkan rangkulannya membuat Kiba dan Ino mengerutkan wajah, mereka pergi dari hadapan sepasang pengantin itu dan membuat Naruto beserta Hinata tertawa riang.

"Naruto-kun, jangan begitu."

"Tak apa." Naruto mengeratkan kembali pelukannya, "Aku mencintaimu." Tambahnya.

Hinata menyembunyikan wajah mungilnya di dada Naruto, membuat suaminya itu semakin tertawa karena berhasil membuatnya malu di depan umum seperti ini.

Pria itu segalanya bagi Hinata.


Salju datang lebih cepat seminggu dari perkiraan, membuat beberapa orang berdatangan ke pasar untuk membeli kebutuhan kayu bakar yang sudah mulai menipis. Beberapa diantara mereka mampir ke toko baju, mempersiapkan baju hangat karena menurut perkiraan badai salju akan datang tahun ini. Intinya, pasar ramai hari ini dan itu adalah alasan kenapa Hinata pulang terlambat malam ini.

Untuk mencari syal dan jaket berwarna krem yang sekarang sudah ada di dalam tas belanjaannya.

Dia semakin mengeratkan pelukan pada dirinya sendiri, udara semakin dingin dan jalan menuju rumahnya masih jauh. Matanya menatap sekeliling, melihat interaksi para penjual dan pembeli di sekitarnya, menatap beberapa orang dan beberapa gedung yang sudah mulai dibangun untuk mengejar ketertinggalan desa karena perang dunia dulu.

Perang dunia.

Hal yang mengubah semuanya, mengubah peradaban menjadi lebih beradab. Anak-anak tidak dipaksa lagi untuk berlatih kunai untuk berperang, tapi untuk menjaga dirinya sendiri. Mereka tidak dipaksa untuk belajar bertahan hidup, tapi belajar untuk menambah ilmu.

Hinata tersenyum menatap beberapa pekerja dari Suna yang membantu pembangunan tenaga listrik Konoha.

Sekarang, mereka tidak bermusuhan dan lebih sering bekerja sama untuk saling membangun dan membantu. Yah, lebih baik begini. Daripada berperang seperti dulu lagi.

Wanita itu menghentikan langkahnya saat menyadari dia sudah ada di depan rumah. Gerbang besi rumahnya dibuka menghasilkan suara decit, langkahnya mulai melemah. Tangannya mulai berat menyangga tas belanjaannya, dia butuh

"Darimana?"

Hinata menatap pria itu yang berkaos putih dan tengah menatapnya menunggu jawaban. Naruto berjalan mendekati Hinata yang masih terpaku di depan pintu, wanita itu tidak berkata apapun hanya rasa dingin yang menguar darinya. Tidak ada yang lain.

"Hinata?" suara Naruto mulai bergema di telinganya. Langkah pria itu semakin dekat dan cepat, dia ingin segera mencapai istrinya, ingin mendekap Hinata yang sudah dia tinggalkan pergi untuk misi.

"Tolong. Jangan mendekat." Hinata berucap tanpa menatap, dia menunduk.

Naruto berhenti, tangannya sudah berusaha meraih pundak wanita itu, ingin mendekap namun urung dia lakukan. Pria itu hanya diam, takut jika satu kalimat saja darinya bisa membuat Hinata jatuh seperti kemarin.

"Aku baru dari pasar. Beli buah." Hinata menjawab, dia berjalan pergi menuju dapur dan menyimpan semangka dan apel yang tadi dia beli. Bibirnya bergetar melihat beberapa kotak susu yang masih tersimpan rapi di samping lemari es, tangannya mengepal tanpa sadar. Dia benci ini.

"Hinata. Besok aku akan membuangnya." Naruto tahu keresahan istrinya, dia mencoba untuk membuat Hinata menatapnya hari ini, mencoba membuat Hinata merasa nyaman didekatnya.

"Kenapa?" tanya Hinata tanpa menatap, matanya masih senang tersakiti denga kotak susu itu.

"Hah?" Naruto bingung ingin menjawab, bukan itu yang ingin dia dengar dari bibir Hinata setelah dia menawarkan.

Hinata menghela nafas, dia tahu hubungan mereka sedang dalam masalah dan dengan bicara hubungan mereka akan menjadi lebih bermasalah. "Naruto-kun?" panggilnya pelan.

"Ya?" Naruto mendekat, karena merasa Hinata saat ini membutuhkannya.

"Kamar kita,"

Wanitanya mulai kembali lagi, dia berharap malam ini adalah malam yang baik untuk memulai hubungannya. Naruto mulai berangan lebih saat Hinata mulai bicara.

"Kamu mau aku menggantikan seprai? Atau kasurnya harus kujemur besok?" Naruto sekali lagi menawarkan bantuan.

Hinata menghela nafas seraya menggeleng,

"Aku ingin keluar dari sana."


.

.

.

.

Semua hubungan diawali dengan rasa percaya, kemudian dengan rasa percaya datanglah rasa nyaman, lalu munculah rasa egois ingin memiliki, dan rasa-rasa mengejutkan lainnya. Kita hadir dan tumbuh dengan lingkungan yang kacau, para anak kecil dipaksa untuk terus bertarung dan mengikis rasa percaya dalam diri mereka, berfikir bahwa tidak ada yang bisa dipercayai selain orang-orang dari desa.

Dan kamu datang dengan senyum bodoh yang bodohnya lagi bisa membuatku jatuh sedalam-dalamnya kepadamu, kamu datang dengan impianmu berteriak sekeliling desa menyuarakannya. Aku iri saat itu, sangat iri karena aku tidak bisa mengatakan apa yang aku ingin katakan. Aku terkurung, tapi kamu membebaskanku.

Pria kuning itu, yang sekarang tengah menatapku diam, yang tengah berdiri dihadapanku dan terdiam menungguku bicara.

Naruto,

Aku membencimu.

TO BE CONTINUED

June 17, 2018


Hallo, Vidi balik dengan rasa yang sangat amat kangen dengan ffn. jadi, ini sebenarnya adalah janji vidi karena Vidi menghilang memang untuk Wattpad dan karena disana setelah beberapa bulan Vidi sadar itu bukan dunia yang Vidi mau sehingga Vidi mencoba buat naskah untuk dikirim ke penerbit dan yah emang belum rezeki sehingga belum tembus penerbit. T-T

Dan, mungkin ini karma ya dari para reader yang sakit hati aku gak kada. *smirk sumpah, setelah ninggalin ffn, dunia kepenulisanku jadi berantakan dan aku selalu gak bisa fokus kalau nulis. Karena itu aku kembali, aku kembali untuk para pembaca yang aku khianati. Mulai sekarang, aku akan mencoba untuk berkarya lebih baik lagi dan tidak akan bersikap seperti pecundang yang pergi tanpa penjelasan yang masuk akal. Aku mohon bantuan dari kalian semua.

Ini karya comeback dan aku harap kalian suka.

Btw, ini inspirasi dari Critical Eleven dan lagunya Maroon 5 yang judulnya 'Cold'.

P.S. Ini belum di cek, jadi maaf typo.