Roy tentu membenci hujan, sebuah kegiatan alam yang dapat memadamkan pesonanya itu. Tapi...! Inspirated by Tohru Ohkawa ft Michiko Neya - Ame no Hi wa No Thank You. Just RnR!
Rainy Day? Thanks!
Fullmetal Alchemist by Hiromu Arakawa
Fanfiction by BlackKiss'Valentine
Hujan turun dimalam itu ketika Roy baru saja (berhasil) menyelesaikan tumpukan paperworknya. Bayangkan,jarang-jarang dia secepat hari ini. Biasanya lebih lambat, sampai gerbang depan East HQ ditutup dan dijaga oleh sekawanan prajurit piket serta beberapa anjing ganas. Ah, dia sangat kesal. Lantas, buat apa dia bekerja lebih giat 2 jam terakhir jika ia tetap tidak bisa pulang untuk mandi, berdandan, dan berkencan dengan gadis yang ia temui di dekat bar kemarin malam? Ini sia-sia, ini hopeless! Arrrgghh!
"Hujan brengsek!" gerutunya sambil menggebuk meja kerja. Dikantor hanya tertinggal dirinya yang marah-marah, dan seorang malaikat yang berhasil menemaninya dengan Beretta menempel di pelipis.
"Jangan memarahi hujan, kolonel." ucap malaikat itu, yang tak lain adalah letnan Riza Hawkeye.
"Hujan itu jenis bencana alam yang paling kubenci. Memadamkan api-lah, menyebabkan pilek-lah. Sekarang, membatalkan kencan! Tidak bisa ditolerir!"
"Hujan bukan bencana alam. Kalau berkolaborasi dengan petir dan angin ribut, barulah bisa disebut bencana alam." sanggah Hawkeye.
"Aduh, letnan. Bayangkan saja kalau dia membasahi tubuhmu sampai baju dalammu tercetak dengan jelas tan-..." sebuah file holder tahunan melayang kearah wajah kolonel yang terbilang cukup tampan.
"Andai saja anda menggantikan waktu bermain anda untuk menyelesaikan pekerjaan anda! Coba hitung, anda bisa menyelesaikan paperwork tadi hanya dalam 2 jam. Jika anda bisa melakukannya setelah makan siang, yaitu 5 jam sebelumnya, pasti sebelum hujan anda bisa pulang, berdandan, membeli bunga dan berkencan dengan Magdalena, Anne, Kate atau siapapun itu!" marah Hawkeye. Roy mengusap-usap hidung tampannya yang memerah, sambil mengeluarkan sedikit airmata karena rasa sakitnya. Tapi ia sedikit tertawa dan berkata,
"Kamu cemburu?"
Hawkeye hampir melempar sofa.
"Oke,ampun, Hawkeye. Aku mengaku salah," kata Roy. "Tapi hujannya bakal awet, nih. Gimana?"
"Apanya?" tanya Hawkeye.
"Bagaimana caranya kamu pulang, maksudku."
Hawkeye menghela napas, "Apa boleh buat. Itu artinya saya akan pulang sangat terlambat."
"Maaf." ucap Roy, mengeluarkan wajah memelas seperti Black Hayate ketika meminta jatah makannya. Roy tahu ini semua salahnya.
" Tidak perlu. Anda bicara seakan-akan ini yang pertama kalinya." jawab Hawkeye, teringat Hayate yang ada dirumahnya. Ia merapikan meja dan mengambil kain lap dari lacinya, mulai merawat senjata kesayangannya. Roy duduk dalam pose favoritnya dan memperhatikan letnan cantiknya itu. "Ada apa?" tanya Hawkeye, sadar jika dirinya diperhatikan.
"Aku kedinginan." kata Roy. Beberapa saat kemudian ia membuka laci mejanya dan mengambil sebotol wine merah. "Anda menyimpan alkohol di kantor, sir?" tanya Hawkeye kaget.
"Belum pernah diminum, tahu? Ini hadiah dari pesta militer yang lalu!" jawabnya sambil membuka botol itu. Ia mengambil cangkir kopi yang ada diatas troli disudut ruangan. Wine dalam cangkir kopi? Kenapa tidak? Siapa peduli pada etika dan kebiasaan ketika dingin menyengat kulit. "Mau, Hawkeye? Enak lho. Ayolah, berpesta sedikit di hari yang menyedihkan ini. Memang bukan sampanye sih..."
Hawkeye sudah akan menolak sebelum ia berpikir bahwa hal itu tidak ada salahnya. Tapi jangan sampai ia minum terlalu banyak, pikirnya. Ia pun mendekati Roy dan ikut duduk diatas sofa.
Mereka mendentingkan ujung cangkir mereka, melakukan toast, dan menenggak wine untuk sedikit mengusir dingin. "Hawkeye, aku berpikir tentang masalah kemiliteran yang..." dan meluncurlah pembicaraan hangat diantara keduanya...
