Udah ada di kepala, akirnya ditulis...eh...gatel juga nih tangan...di-aplod dahh...
Judulnya adalah ciri khas dongeng feiri tel alias...eh...dongeng tuh feiri tel ding yahh... Sudahlahh... Silahkan menikmatiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii...:D
Once upon a time…
Di sebuah kerajaan bernama Bulan Merah or Red Moon, alias Aka-Tsuki…(what ever..), Raja Pein dan Ratu Konan mengadakan sebuah pesta penyambutan untuk putri mereka yang baru lahir. Setelah sekian lama mereka menginginkan seorang anak, akhirnya keinginan mereka tercapai. Mereka tidak henti-hentinya menebarkan senyum untuk para tamu saat mereka memuji-muji putri mereka yang cantik, mulus, kiyut dan tersenyum bahagia di pelukan Ratu Konan. Putri kecil dengan rambut pirang dan kulit putih bersih, sungguh secantik ibunda dan se….modis ayahandanya :D Mereka menamakan putri mereka Dei-Dei. Diantara para tamu undangan tersebut, hadir juga tiga orang peri kerajaan Bulan Merah yang terkenal karena mejik (ilmu sihir maksutnyah..) mereka yang ampuh. Mereka datang dan berniat memberikan putri Dei-Dei hadiah.
Peri pertama dengan rambut spike dan berwarna biru muda menghampiri Ratu Konan sambil berputar ala ballerina dengan sayapnya yang berkilauan diterpa cahaya matahari yang bersinar memasuki jendela.
"Hamba peri Kisame, peri kesehatan dan kekuatan. Hamba akan memberikan hadiah kesehatan dan kekuatan untuk Putri Dei-Dei…"
"Terima kasih peri Kisame", Ratu Konan melemparkan senyum menyandranya (menawan) pada Kisame yang kemudian berputar-putar lagi duduk di bangku VIP-nya. Setelah duduk, Jiraiya yang duduk di belakang bangku Kisame mengipasinya dan memberikan segelas air setelah melihat Kisame pucat pasi akibat aksi berputarnya yang over dosis.
Kemudian dengan mata berbinar-binar, seorang peri lain bangkit dari kubur… eh kursinya menuju Ratu Konan. Dia mengepakkan sayapnya dengan tenang setelah melihat efek sok aksi Kisame yang berakibat fatal, dia lebih memilih santai.
"Hamba peri Kakuzu, peri kemakmuran dan kekayaan. Hamba akan memberikan hadiah kemakmuran dan kekayaan untuk Putri Dei-Dei agar kelak Putri Dei-Dei dapat menuntaskan masalah pajak…."kata-kata terakhir Kakuzu terbungkam penutup mulutnya sehingga Raja dan Ratu tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Tapi toh Ratu tersenyum juga dan mengucapkan terima kasih juga padanya.
Setelah Kakuzu duduk di bangkunya, seorang peri hiperaktif berdiri dan bersiap terbang menuju Ratu Konan ketika...
BRAKKKKKKKKK...!!
pintu masuk dibanting dengan suara keras memekakan telinga membuat semua hadirin dan hadirat tersentak menatap pintu masuk dengan pandangan mengutuk. Tetapi kemudian pandangan mereka luluh menatap seseorang dengan jubah hitam panjang berkilauan nan seksi, kontras dengan pemilik body tersebut yang pucat dan berambut putih.
"Wah...wah... Ada pesta rupanya... Tetapi, aku tidak diundang... Mengapa begitu Ratu Konan?!"
Ratu Konan dan Raja Pein mundur selangkah saat sang penyihir berambut putih mendekati mereka. Mereka mencoba menyembunyikan Dei-Dei dari pandangan sang penyihir tetapi... TERLAMBATT..!!
"Ah..Bukan begitu Penyihir Hidan... Kami pikir engkau terlalu sibuk belakangan ini, jadi kami tidak mau merepotkanmu..." Ratu Konan berusaha menyunggingkan senyum manisnya mengatasi speechlessnya Raja Pein gara-gara tindikan baru di lidahnya.
"Oooh...begitu ya..?? Tidak...tidak merepotkan...lagipula aku sudah di sini, aku juga ingin memberikan hadiah pada Putri kecil ini... " penyihir Hidan menatap Dei-Dei sambil tersenyum manis...
"Kedua peri sudah memberimu kesehatan dan kemakmuran, aku akan memberikan kecantikan untukmu wahai putri kecil..." mendengarnya Ratu Konan dan Raja Pein terkejut dan tersenyum, mereka tidak menyangka penyihir Hidan yang narsis memberikan kecantikan pada putri mereka.
"Kau akan tumbuh menjadi gadis yang cantik, bijaksana sehingga semua menyayangimu dan saat usiamu 17 tahun... jarimu akan tertusuk jarum pintal dan kau akan mati...HA..HA..HA..HA...!!"
"TIDAAAAAAAAK...!!"
seisi ruangan geger...bukan karena kutukan penyihir Hidan, tetapi karena tawa penyihir Hidan yang memekakan telinga dan memecahkan kaca-kaca, gelas, piring, mangkuk, vas...dan juga keheningan... Ditengah kekacauan para undangan yang berusaha bersembunyi di bawah kursi menghindari pecahan kaca, penyihir Hidan melenggang pergi...
"Aw..!! Sialan!", maki penyihir Hidan saat menginjak kaca.
TAMADH..
hehe...nggak ding... soale cuma iseng ni... karena jalan ceritanya uda jelas, mo dilanjutin juga pastinya uda bisa ditebak kann...:D Habisnya kebayang sajah, acem mana jadinya kalo Dei-Dei (diperankan oleh Deidara) jadi tuan putri cantik yang diperebutkan para pangeran en dia menuntut dibikinin 1000 candi...eh? Itu Roro Jonggrang kah?
tapi kalo banyak yg minta dilanjutin yaaa...akan ai lanjutkann... Tapi... moga-moga gada yang mengutuk en menyumpah yahh...soalnya yg jadi peri kok serem-serem yakk...tapi peri ke-3 masih belum kluar yakk..??
