.

"Who are you?"

.

"I'm 7X"

.

"Huaaahh! Lelah sekali hari ini." Ujar seorang namja cantik yang menyandang gelar Ulzzang itu. Ia memijit pelan leher jenjangnya. Mecoba meredakan rasa pegal yang menggerogoti tubuhnya. Kim Himchan –namja itu- mendudukan dirinya di sofa empukyang ada di ruang make up. Merilekskan tubuhnya yang kaku akibat terlalu lama berpose didepan kamera. Ia mengibaskan-ngibaskan tanganya didepan wajahnya. Sesekali ia tersenyum untuk membalas sapaan para crew pemotretan yang lewat.

Himchan memejamkan matanya sambil memijit pelipisnya. Belakangan ini banyak sekali tawaran job seperti pemotretan dan menjadi pembawa acara. Jadwalnya padat. Kemarin ia pemotretan untuk majalah remaja, siangnya membawakan acara music, pagi tadi ia sudah harus ada di lokasi pemotretan dan baru selesai sekarang, besok ia masih ada pekerjaan, menjadi model di video klip duet Song Jieun dan Bang Yongguk yang mungkin akan memakan waktu seharian.

"hyung." Seseorang menepuk bahunya, menyadarkan Himchan dari keluhan-keluhan frustasi yang justru membuat Himchan tambah frustasi.

"waeyo, Daehyunnie?" tanya Himchan dengan suara lelahnya.

"kau mau langsung pulang? Atau makan malam dulu? Bahan makanan di apartement sudah habis." Ucap Daehyun.

"hmm... aku mau pulang saja. Lelah sekali hari ini." Keluh Himchan sambil mengerucutkan bibirnya. Imut sekali namja ini.

"hyung, kau minta kucium, ya?" goda Daehyun.

"tadinya aku mau membelikanmu cheese cake. Tapi kau bicara begitu, tidak jadi saja deh." Himchan balik menggoda Daehyun.

"jangan begitulah, Himchanie hyung." Tingkah manja Daehyun membuat Himchan yang melihatnya terkekeh. Lalu ia mengusak surai cokelat namja yang 3 tahun lebih muda darinya itu.

"ayo, pulang. Aku lelah." Entah sudah berapa kali Himchan mengeluh kelelahan.

"aku masih ada urusan dengan Jung Hyorim, hyung. Kau ke mobil duluan saja."

"heuhh.. baiklah. Tidak lama 'kan?"

"hanya sebentar, hanya bertemu dengan editornya saja."

"yasudah aku duluan ya." Himchan pun meninggalkan ruang make up dengan menenteng tas kecilnya. Tidak sedikit orang yang menyapanya selama perjalanan ke tempat parkir. Seperti biasa, Himchan membalasnya denga senyuman sambil bergumam "kamsahamnida."

"Himchan -sunbaenim!" panggil sebuah suara.

Himchan menoleh lalu mendapati seorang pemuda berkulit putih sedang berlari kecil kearahnya. Kalau Himchan tidak salah namanya–

"Oh Sehun." Ujar pemuda itu sambil menyodorkan telapak tangan seputih salju kearah Himchan.

"Kau model yang akan di foto bersamaku untuk edisi majalah minggu depan, benar?" Himchan menyabut uluran tangan pemuda itu.

Senyum simpul tercetak di wajah datar Sehun. Sang idola mengingatnya.

"tenyata kau mengingatku, Himchan-sunbaenim."

"tentu saja. Oh, satu lagi. Panggil saja Himchan hyung. Kurasa sunbae terlalu formal." Ujar Himchan sambil tersenyum lembut. Membuat si pemuda dihadapannya lagi-lagi terpesona akan kecantikan sang idola.

"n-ne, kau sudah mau pulang, h-hyung?" Sehun sedikit berdebar saat mengucapkan kata hyung.

"iya, tapi managerku masih ada urusan di dalam."

"aku antar ya, hyung?" Sehun menawarkan.

"tidak perlu, Sehunnie. Nanti kau repot."

"tidak, hyung. Aku bersedia mengantarmu, bahkan sampai keujung bumi."

"bumi bulat, Sehunnie. Tidak berujung." Himchan sedikit terkekeh mendengar pernyataan pemuda yang 4 tahun lebih muda darinya itu.

"i-itu tadi, hanya perumpamaan, hyung." Sehun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sementara Himchan hanya terkekeh.

"oh, iya, hyu–"

"OH SEHOON!" kalimat Sehun terputus oleh teriakan seseorang. Seorang pemuda berwajah malaikat menghampiri mereka berdua.

"oh, annyeong, Himchan hyung." Sapa pemuda yang baru tiba itu.

"annyeong, Junma." Himchan menyapa balik.

"ada apa sih, hyung?" tanya Sehun malas.

"pemotretanmu sudah mau dimulai, bodoh!" geram pemuda yang dipanggil Junma tadi. Kim Junmyun.

"tapi hyung –"

"ayo Sehuna.. kami permisi dulu, hyung." Ucap Junmyun lalu menyeret Sehun. Ia tersenyum lembut kepada Himchan. Senyum yang indah. Menenangkan. Guardian angel. Seperti nama panggilannya. Suho.

"hyung! Mari kapan-kapan kita makan siang bersama!" ujar Sehun yang diseret oleh Junmyun.

Himchan hanya bisa tersenyum. "ne, Sehunnie."

Himchan melirik arlojinya. 05:28 pm. Himchan memandang langit kota Seoul yang mulai gelap. untung saja di pelataran parkir berdiri kokoh beberapa alat penerangan, hasil penemuan dari seorang jenius bernama Thomas Alva Edison. Ia dengam mudah menemukan mobilnya. Kekehan leganya berubah menjadi umpatan-umpatan kecil saat ia menyadari bahwa ia lupa meminta kunci mobil kepada Managernya tadi.

Himchan menyenderkan tubuhnya ke pintu mobilnya. Ia mengeluarkan smartphonenya berniat menghubungi Daehyun agar keluar lebih cepat. Saat jemari lentiknya hendak menekan tombol virtual berwarna hijau, ponselnya justru bergetar. Sebuah telepon masuk dari–

.

.

.

.

"Privat number"

Himchan memandang resah layar ponselnya. Privat number? Ia menimang-nimang, haruskah ia menjawab panggilan ini? Ia menyapu pandang ke penjuru lapangan parkir. Berharap Daehyun tengah berjalan kearahnya. Namun nihil. Bahkan mungkin hanya Himchan yang berada disini. Sendirian dengan ponsel yang terus bergetar. Privat number sialan! Bahkan ia sekarang mulai merasa khawatir. Ia menarik nafas. Menghembuskannya. Dilakukan berulang kali. Mencoba tenang. Setelah sedikit tenang. Karena ia merasa suaranya cukup berat, ia memutuskan untuk menerima panggilan itu. mungkin setelah mendengarnya bersuara, si privat number ini akan mematikan sambungannya lalu tak akan menggangunya lagi. Kemungkinan berhasil 80%.

Himchan mengarahkan jemari putihnya untuk menekan tombol virtual berwarna hijau di layar ponselnya. Lalu ia mendekatkan benda berlayar 5.0 inches itu ketelinganya.

"yeoboseyo?" Himchan sengaja membuat suaranya terdengar seberat mungkin.

Tak ada sahutan.

"eung, nugu?"

Masih tak ada sahutan.

Himchan sedikit kesal. Dihentakan kakinya ke lantai aspal. "halo! Ada orang tidak? Mau apa meneleponku?" ucap Himchan. Nada suaranya mulai meninggi.

Hening.

"kalau masih diam saja, akan kututup."

Himchan sudah hendak memutuskan sambungan teleponnya ketika sebuah suara terdengar.

"tu-tunggu dulu!" suara ini –

"Kim Himchan? Benarkan?" –berbeda.

.

.

.

.

Sialan! Penyaring suara!

"benar. Ada apa?" tanyanya sarkatis.

"ahh.. tidak perlu bernada sarkatis begitu."

Oh ayolah. Daehyun cepatlah!

"haruskah aku bernada lembut untuk seseorang yang menelepon menggunakan privat number dan penyaring suara?"

Terdengar kekehan dari suara robot diseberang sana.

"aku meneleponmu bukan untuk bercanda, Hime-ya."

HIME?!

"lalu kau mau apa meneleponku?" nadanya suaranya meninggi.

"hanya ingin memberi tahu saja. Jangan dekati Sehun! Karena kau milikku! Aku kesal melihatnya menggombalimu!" ujar suara robot itu.

Apa katanya?

Himchan miliknya?

"YAK! SIAPA INI?!" geram Himchan.

"kau tidak perlu tau, sayang. Yang harus kau lakukan adalah, menjauhinya. Oh Sehun brengsek itu. Tak tahukah kau dia mengincarmu?"

"mengincarku? Maksudmu apa?!" suara Himchan meninggi.

"dia menyukaimu."

"hah?! Lalu apa urusannya denganmu?"

"tentu saja, Hime-ya. Sudah kukatakan kau milikku."

"yak siapa ini? Berhenti beromong kosong, brengsek!"

"aku tidak mungkin memberitahukan identitasku sekarang. Apa? Brengsek? Ahh.. panggilan sayangmu untukku, ya?"

Sudah cukup!

"Kau ini!"

"sabarlah. Tidak baik namja cantik marah-marah. Kalau kau mau, kau bisa memanggilku–"

"Himchan hyung. Wae gurae?"

" –7X(seven ekseu)"

"hah? Seulpo eks(seulpo= sad?)?"

"seven, sayang. Bahasa inggris dari tujuh."

Oh. Tujuh X.

X? Begitu?

"nah, kalau kau masih berdekatan dengan Sehun, kau akan menyesal. Karena aku tidak mau kau menyesal, makanya jauhi bocah ingusan itu!"

PIP

DIMATIKAN?!

"hyung~"

Himchan menoleh dengan cepat. Ia mendapati Daehyun yang sedang metapanya bingung.

"kau kenapa?" tanya manager mudanya itu khawatir.

"ahh,, aniyo."

"yah, maaf membuatmu menunggu. Ayo pulang." Daehyun memberikan kunci mobil kepada Himchan.

"ya, kita pulang."