Daddy's Little Angels
Part 1
By: 0312_luLuEXOticS
Cast: Luhan, Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Kris, Hye Bin (OC)
Pairings: Temukan sendiri ;)
Genre: Angst, Family
Rate: T
Lenght: Twoshot
Warning: BL, Sad gagal, typo(s) bertebaran, abal, gaje
Yang nunggu 'The One', Liyya bener-bener minta maaf karena sepertinya harus bersabar. Liyya lagi dalam mood bikin Angst, jadi belom bisa nerusin yang itu :( #alasan -_-
Terinspirasi dari satu cerpen yang Liyya baca mungkin sekitar tahun 2000-an, hehehehehe #authortua -_- Judulnya 'BiDadari-biDadari Kecil Papa" dan ceritanya keren banget! Liyya cuma ingat inti ceritanya aja dan kemudian Liyya kembangkan sendiri di sini, jadi cerita ini gak sepenuhnya sama dengan cerpen itu :D
.
HAPPY READING^^
.
~O.O~
"Hei, kau tahu? Katanya Luhan Sunbae diterima di Oxford University loh! Waaaaah, Luhan Sunbae memang keren!"
"Iya, aku juga mendengarnya. Dia bahkan diterima dengan beasiswa penuh di sana. Hahh, seandainya saja aku punya kakak seperti Luhan Sunbae, pasti rasanya menyenangkan."
Baekhyun menutup matanya pelan. Berusaha untuk mengabaikan percakapan beberapa mahasiswi yang sepertinya sedang berada di bilik sebelahnya. Dia sedang berada di perpustakaan untuk istirahat saat tiba-tiba suara itu mengusik gendang telinganya. Bukan suaranya sebenarnya, namun objek pembicaraan mereka. Baekhyun tahu kemana pembicaraan ini akan berlanjut nantinya. Dan dia tidak menyukai itu.
"Eum, betul sekali. Tapi, Luhan Sunbae itu berbeda sekali dengan kembarannya ya? Well, selain wajah yang benar-benar mirip, mereka itu sama sekali tidak ada kesamaan."
"Benar juga. Kalau dipikir-pikir memang berbeda. Luhan Sunbae itu ramah, baik, pintar. Bukannya aku berkata kalau kembarannya itu tidak pintar. Habisnya, dia tidak ramah seperti Luhan Sunbae, jadi aku tidak terlalu mengenalnya."
"Ne, aku bahkan tidak tahu siapa namanya. Tch! Kenapa dua orang kembar bisa begitu berbeda ya? Sepertinya dia juga tidak menyukai Luhan Sunbae. Aku sering melihatnya membentak Luhan Sunbae. Padahal kan mereka saudara. Kembar pula!"
"Mungkin karena dia tidak sesukses dan sepintar Luhan Sunbae, makanya dia tidak menyukainya. Mungkin dia iri pada Luhan Sunbae."
"Cih! Saudara macam apa itu! Seharusnya kan saudara itu saling mendukung! Bukannya malah iri seperti itu!"
"Betul itu! Tapi walaupun begitu, Luhan Sunbae tidak pernah marah pada saudara kembarnya. Luhan Sunbae itu terlalu baik. Kalau aku sih pas—"
BRAKK
Percakapan itu terhenti saat seseorang di sebelah bilik mereka menggebrak meja dengan kasar. Mereka baru saja hendak memarahinya, namun langsung bungkam seribu bahasa begitu melihat siapa yang keluar dari bilik itu. Walaupun mereka tidak mengenalnya, tapi hanya dengan melihat wajahnya saja, mereka sudah tahu itu siapa. Mereka langsung menunduk takut dan berbisik pelan saat orang itu melewati mereka.
Si pelaku, Baekhyun, hanya memandang mereka datar sebelum melenggang pergi. Kesal karena istirahat siangnya harus terganggu. Kesal karena harus kembali mendengarkan percakapan yang bisa dikatakan sama selama beberapa hari, bahkan mungkin beberapa tahun, ini. Sekali lagi, bukan pembicaraannya sebenarnya, namun objek pembicaraan mereka.
Luhan.
Wu Luhan.
Mimpi terburuknya.
Kakak kembarnya.
Baekhyun melangkah pelan menuju gerbang kampus. Lebih baik dia bolos saja untuk sisa pelajaran hari ini. Mood nya sedang buruk. Toh paling-paling, nanti dia juga akan mendengarkan hal yang sama di kelasnya. Baekhyun sendiri juga tidak paham mengapa semua orang bisa mengenal Luhan. Mungkin benar seperti apa yang dikatakan gadis-gadis itu. Luhan terlalu pintar dan ramah. Dan itu membuatnya muak.
"Baekkie-ya!" Langkahnya terhenti sejenak mendengar panggilan itu. Hanya 5 detik sebelum kemudian dia kembali melanjutkan langkahnya.
"Baekkie-ya! Tunggu!" Memilih untuk berpura-pura tidak mendengarnya, Baekhyun pun mempercepat langkahnya. Dia tahu suara itu. Suara yang selalu didengarnya setiap hari. Di rumah, di kampus, dimana pun. Suara yang membuatnya muak. Dan hanya dia yang memanggilnya dengan panggilan 'menjijikkan' itu.
GREBB
Lingkaran telapak tangan mungil di lengan kirinya menghentikan langkah Baekhyun. Dengan malas, dia membalikkan badannya menghadap namja mungil yang memiliki wajah yang sama persis sama seperti miliknya itu dan menatapnya dingin.
"Baekkie-ya! Aku memanggilmu dari tadi. Kau tidak mendengarnya?" tanya Luhan.
"..."
"Hhhhhh..." Luhan mendesah pelan. "Lalu Baekkie mau kemana? Bukankah kau masih ada dua kelas hari ini?" tanyanya lagi.
"..."
"Apa kau tidak enak badan? Are you sick?" Luhan mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Baekhyun yang langsung ditepis kasar olehnya.
"None of your concern, Luhan!" jawabnya dingin kemudian kembali berbalik dan meninggalkan Luhan di sana.
Luhan kembali mendesah pelan. Selalu begini. Semakin hari, Baekhyun semakin jauh darinya. Luhan tidak tahu dimana letak kesalahannya. Kapan semua ini dimulai. Saat dia sadar, Baekhyun sudah sangat jauh. Tidak ada lagi Baekhyun yang suka bermanja padanya. Tidak ada lagi Baekhyun yang memanggilnya 'Hyungie' atau 'Lulu Hyung'. Semua panggilan sayang itu menguap seiring sikap Baekhyun yang semakin dingin padanya. Luhan ingin berbicara, bertanya, mecoba untuk menggapai Baekhyun kembali. Namun Baekhyun seperti membangun dinding tak kasat mata di antara mereka yang membuat semuanya semakin sulit. Luhan ingat sekali. Baekhyun dulu tidak seperti ini. Bahkan saat awal masuk SMA mereka masih saudara kembar yang tak terpisahkan. Dimana ada Baekhyun, pasti di situ juga ada Luhan. Seperti kembar siam.
Kerutan di wajah Luhan saat memikirkan Baekhyun langsung berubah menjadi senyuman manis saat dua tangan panjang melingkar posesif di pinggangnya. Seorang namja jangkung tiba-tiba memeluk erat tubuhnya dari belakang. Luhan mengenal aroma tubuh ini. Luhan mengenal pelukan ini.
"Hai manis!" sapa suara berat itu tepat di telinga Luhan, membuatnya sedikit bergidik geli. Refleks, Luhan menyandarkan tubuhnya dan menyamankan posisinya dalam pelukan namja jangkung itu. Pelukan kekasihnya. Membuat sang kekasih terkekeh geli.
"Mengapa kau langsung menyandarkan tubuhmu? Kau bahkan tidak melihat siapa yang memelukmu. Bagaimana jika itu orang lain dan bukan aku? Bagaimana jika itu namja mesum yang ingin berbuat jahat padamu?" tanyanya.
Luhan tertawa kecil dan membalikkan badannya menghadap namjachingunya. "Karena aku tahu kalau itu bukan orang lain, makanya aku menyandarkan tubuhku," jawabnya sambil tersenyum manis.
"Aigooooo! Jangan tersenyum semanis itu, Lu! Atau kau akan membuatku terserang penyakit gula darah karenanya. Kau juga membuatku ingin merasakan bibir itu di sini," ucapnya menggoda Luhan, karena dia tahu kalau Luhan tidak suka dicium di depan umum.
"Yaaaaah!" Luhan mencubit lengan kekasihnya pelan. "Kalau ada namja mesum di sini, itu adalah kau sendiri, Park Chanyeol!" ucap Luhan mem-pout-kan bibirnya. Namun sedetik kemudian keningnya kembali berkerut.
Chu~
"Memikirkan Baekhyun lagi?" tanya Chanyeol setelah mencuri ciuman di kening Luhan sekilas. Luhan menatap Chanyeol dan menganggukkan kepalanya pelan. Mengapa Chanyeol selalu tahu apa yang sedang mengganggu pikirannya?
"Aku merasa kalau Baekhyun semakin jauh dariku," ucapnya pelan. "Chanyeol-ah. Apakah aku menyebalkan?"
Chanyeol melepaskan satu tangannya dari pinggang Luhan dan mengetuk-ngetuk dagunya pelan. Membuat pose berfikir sebelum menjawab pertanyaan Luhan. "Menyebalkan? Hmmmmm, menurutku sih begitu," jawabnya dengan tampang sok serius. "Jeongmal?"
"Eum!" Chanyeol mengangguk. "Wajah ini selalu mengusik tidurku. Mata ini membuatku jatuh lagi dan lagi ke dalamnya. Bibir ini membuatku kecanduan. Dan tubuh ini membuatku ingin selalu menenggelamkannya dalam pelukanku. Berada di dekatmu membuat jantungku berdetak tak karuan. Kau juga membuatku tidak bisa memikirkan hal lain selain dirimu, Wu Luhan! Bukankah itu sangat menyebalkan?" lanjutnya membuat pipi Luhan merona sempurna.
"Chanyeol-aaaaaaah!" rengek Luhan manja. Menyembunyikan wajah meronanya di Dada bidang Chanyeol. "Aku serius!"
"Kekekekekeke. Aniyo. Tentu saja kau tidak menyebalkan. Sama sekali tidak. Mungkin Baekhyun hanya sedang tidak ingin diganggu."
"Tapi aku merindukannya, Channie. Sepertinya dia sedang menanggung beban yang sangat berat. Aku hanya ingin dia membaginya padaku." Perlahan tapi pasti, airmata itu mulai menganak sungai di mata indahnya. Hanya butuh sepersekian detik sebelum liquid bening itu keluar dari tempat persembunyiannya.
"Shhhhhh. Gwaenchanna, Lu. Mungkin dia butuh waktu. Dia pasti akan menceritakannya padamu nanti," ucap Chanyeol seraya mengusap punggung Luhan sayang.
"Tapi kapan? Ini sudah bertahun-tahun, Channie. Dan Baekhyun semakin jauh dari jangkauanku. Dia seperti membenciku!" suara Luhan berubah menjadi sangat lirih saat mengucapkan kalimat terakhir itu.
Chanyeol tidak bisa menjawab. Karena dia sendiri juga tidak tahu jawabannya. Dia tidak tahu mengapa Baekhyun bersikap seperti itu. Padahal seingatnya dulu, saat pertama kali Chanyeol mengenal mereka, Luhan dan Baekhyun sangat dekat. Bahkan dia hampir tidak memiliki celah untuk masuk ke dalam hubungan mereka.
"Hei! Sudahlah. Jangan terlalu dipikirkan dan jangan menangis lagi. Kau tahu? Kau terlihat sangat jelek jika menangis seperti ini!"
"Yaaaaaahhh! Mengapa kau mengatakan namja chingumu sendiri jelek?" Luhan mem-pout-kan bibirnya. "Kekekekeke. Karena itu jangan menangis, Lu! Semua pasti akan baik-baik saja kalau sudah waktunya."
Luhan menganggukkan kepalanya. Masih di dalam pelukan hangat Chanyeol. "Chanyeol-ah!" panggilnya. "Hmm?" Luhan melepaskan pelukan Chanyeol. "Mau berjanji satu hal padaku?" tanyanya. Chanyeol mencium puncak kepala Luhan kemudian mengangguk pasti.
"Kau ingin aku berjanji apa?" tanya Chanyeol.
"Saat aku pergi nanti, bisakah kau menjaga Baekhyun untukku?" pintanya. Chanyeol mengerutkan keningnya tak suka. Bukan karena kekasihnya memintanya untuk menjaga adik kembarnya. Tapi entah mengapa, feelingnya tidak enak. Luhan mengatakan hal itu seolah dia akan pergi sangat jauh sekali. Padahal kan dia hanya akan ke Inggris.
"Saat aku tidak lagi di sini nanti, bisakah aku menitipkan dan mempercayakan Baekhyun dalam pengawasanmu? Baekhyunnie, walaupun usia kami sama, tapi dia tetap masih terlalu muda. Kadang suka melakukan kesalahan tanpa disadarinya. Meskipun dia terlihat tegar dan sedikit kasar di luar, tapi aku tahu, hatinya sangat lembut. Dia sangat rapuh. Jika kau tidak bisa mendekatinya, bisakah kau setidaknya mengawasi dan menjaganya dari jauh? Untukku?" pinta Luhan lagi sambil terus menatap Chanyeol.
Chanyeol menelan ludahnya berat saat Luhan menatapnya. "Arrasseo! Aku akan menjaganya untukmu. Aku akan menggantikanmu untuk menjaganya!" jawab Chanyeol mantap kemudian membawa Luhan kembali dalam pelukannya. Jantungnya berdetak cepat. Tiba-tiba saja dia merasa takut. Kata-kata Luhan, mengapa dia merasa kalau Luhan akan meninggalkannya untuk waktu yang sangat lama? Mengapa dia merasa kalau dia akan kehilangan Luhan?
"Aku berjanji, Luhannie! Aku berjanji!" ucapnya mengeratkan pelukannya. Sangat erat. Seolah jika dia melonggarkannya sedikit saja, Luhan akan benar-benar menghilang dari sisinya.
'Ya Tuhan! Semoga ini hanya perasaanku saja. Semoga tidak terjadi apa-apa.'
~O.O~
Baekhyun menatap tak suka melihat kedua insan yang sedang berpelukan di sana. "Tch! Dasar tidak tahu tempat!" desisnya sebelum benar-benar meninggalkan kampusnya. Lebih baik dia tidur di rumah, pikirnya.
Cklekk
Begitu masuk ke dalam rumahnya, Baekhyun langsung disuguhi pemandangan tak sedap Mommy-nya bersama dengan teman-temannya yang sedang berkumpul di ruang tamu. Well, untuk ukuran orang Korea, memang aneh jika memanggil ibunya dengan sebutan 'Mommy'. Tapi itu tidak akan aneh jika kau mempunyai seorang ayah berdarah China-Canada yang kau panggil 'Daddy'. Ditambah lagi kau tmbuh di Canada sampai SMP. Bahkan, Baekhyun dan Luhan masih sering berbincang dengan orang tua mereka dengan memakai bahasa Inggris.
"Aigooo! Luhan hebat sekali bisa mendapatkan beasiswa itu. Kata anak saya, banyak loh yang ikut ujian itu. tapi yang diterima hanya Luhan," ucap salah seorang teman Mommy nya.
"Aaahh, biasa saja kok. Itu kan buah dari kerja kerasnya," jawab Mommy-nya.
Hhhh. Baekhyun menghela nafasnya. Sepertinya, Hye Bin, Mommy Baekhyun, sedang memamerkan prestasi Luhan pada teman-teman arisannya. Bukan pemandangan yang baru di mata Baekhyun. Dia sendiri hanya menatap malas sekumpulan wanita tukang gosip itu dan berjalan acuh.
"Loh? Baekhyun-ah? Kau sudah pulang? Apa kau tidak enak badan?" tanya Hye Bin saat menyadari kedatangan Baekhyun. Hanya bertanya, tapi tidak menghampirinya. Respon yang akan sangat berbeda sekali jika saat ini Luhan lah yang sedang berjalan di depannya, menurutnya.
Baekhyun tidak menjawab dan masih melanjutkan langkahnya. "Wu Baekhyun! I'm talking to you! Where is your respect towards your Mom!" Kali ini Baekhyun menghentikan langkahnya dan kembali menatap Mommy nya, yang saat ini sudah berdiri, dengan tatapan malas.
"What?" tanyanya malas.
Hye Bin menghela nafasnya pelan. Sepertinya dia sudah melakukan kesalahan. Seharusnya dia tidak berteriak pada Baekhyun. "Maaf. Mommy tidak bermaksud untuk membentakmu," ucapnya.
"It's okay! Lagipula aku sudah terbiasa!" jawab Baekhyun enteng.
"Baekhyun-ah! You know I didn't mean it!" ucap Hye Bin. Baekhyun tidak menjawab. "Hhhhh. Anyways, dimana Luhan? Mengapa kalian tidak pulang bersama?" tanyanya.
"Dan mengapa kami harus pulang bersama? Aku tidak perduli dia ada dimana!" jawab Baekhyun malas.
"Baekhyun-ah! Kau tidak seharusnya berkata seperti itu! Dia itu 'Hyung' mu!"
"EXACTLY MOM! Dia itu 'Hyung' di antara kami berdua. It should be HIM who has the reponsibility in taking care of me! NOT the other way around!" sentak Baekhyun kesal. "Dia sudah besar, Mom. Berhenti untuk terlalu mengkhawatirkannya. Dia bahkan sudah mempunyai kekasih yang selalu siap untuk menjaganya. Dia bisa mengurus dirinya sendiri!" Baekhyun membalikkan badannya meninggalkan Mommy nya yang masih terpaku di tempatnya dan teman-teman Mommy yang menatapnya dengan tatapan meremehkan.
"Aigoooo! Bagaimana mungkin seorang anak bisa membentak orang tuanya seperti itu!"
"Benar-benar berbeda dengan Luhan yang tidak hanya sopan dan ramah tapi juga sangat pintar!"
Samar-samar, Baekhyun masih bisa mendengar semua bisik-bisik yang dilontarkan oleh teman-teman Hye Bin. Selalu begini. Selalu Luhan yang dipuji. Selalu dia yang dihina dan dicibir. Selalu dia yang disalahkan. Mengapa harus selalu Luhan? Mengapa mereka tidak pernah melihat keberadaannya?
BLAMM
Baekhyun membanting pintu kamarnya, melampiaskan semua kekesalannya. Melemparkan tasnya ke sembarang arah kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasurnya. Dia merasa kesal. Sangat kesal. Dia merasa sangat membenci Luhan. Entah sejak kapan. Baekhyun sendiri tidak tahu.
Mungkin, saat pertama kali Luhan memenangkan lomba cerdas cermat tunggal waktu mereka masih duduk di bangku kelas 2 SMP dan orang tua mereka membelikan Luhan sepeda baru. Saat itu, mereka baru di Korea dan keadaan ekonomi mereka tidak sebaik sekarang. Dan Kris, Daddy mereka, bukan tipe orang yang suka membuang uangnya untuk hal yang menurutnya tidak penting. Karena itulah, saat Luhan mendapatkan sepeda yang entah sudah berapa kali Baekhyun merengek pada Daddy untuk membelikannya, dia merasa sangat kesal. Walaupun Luhan selalu meminjamkannya padanya. Walaupun Luhan berkata kalau Baekhyun bisa memiliki sepeda barunya, karena Luhan tahu betul kalau Baekhyun menginginkan sepeda itu.
Luhan tidak pernah meminta apapun tapi mengapa dia yang selalu mendapatkan semuanya?
Mungkin juga, saat Luhan mulai sering terlibat dalam berbagai macam perlombaan dan sering diutus sebagai wakil dari sekolah mereka. Saat Luhan dengan semua kemenangannya berhasil merebut hampir seluruh perhatian orang tua mereka. Membuat Baekhyun semakin terlupakan.
Atau mungkin, saat dia mendapatkan juara 1 dalam lomba menyanyi yang di adakan sekolah dan orang tua mereka hanya tersenyum saat dia menunjukkannya pada mereka. Reaksi yang benar-benar berbeda ketika keesokan harinya karya tulis ilmiah milik Luhan tembus sebagai juara 2 dalam lomba yang juga diadakan oleh sekolahnya. Baekhyun ingat sekali bagaimana Daddy tersenyum bangga dan merangkul Luhan. Sebuah pelukan yang bahkan dia tidak bisa mengingat kapan terakhir kalinya dia merasakannya. Bahkan dia mendapat peringkat yang lebih baik dari Luhan, tapi mengapa Luhan mendapat respon yang berbeda?
Dan begitulah, kemudian dunia seolah berputar hanya di sekitar Luhan. Luhan begini. Luhan begitu. Luhan yang hebat. Luhan yang sopan. Luhan yang ramah. Luhan yang pintar. Luhan yang baik hati. Luhan yang selalu membanggakan orang tuanya. Luhan, Luhan, Luhan.
Namun begitu, Baekhyun tidak pernah benar-benar membenci Luhan. Karena bagaimanapun perlakuan orang-orang yang memandangnya sebelah mata, Luhan selalu ada di sana untuk menenangkannya. Luhan tidak pernah meninggalkannya dan selalu memberikannya semangat. Sampai suatu hari pemuda itu masuk ke dalam hubungan mereka. Mereka duduk di bangku SMA saat itu. Pemuda tampan bernama Park Chanyeol. Seorang murid pindahan dari Osaka yang berkata ingin berteman dengannya dan Luhan. Pemuda yang diam-diam disukainya. Pemuda yang ternyata mencintai Luhan. Dan kebencian itu memuncak saat Luhan mengatakan kalau dia dan Chanyeol telah resmi berpacaran.
Bukan karena Chanyeol lebih memilih Luhan. Bukan karena itu. Karena Baekhyun sudah memperkirakannya. Karena dia sudah terbiasa dengan hal itu. Semua orang selalu memilih Luhan. Teman, guru, bahkan orang tua mereka selalu memilih Luhan.
Baekhyun membenci Luhan yang meninggalkannya. Dia membenci Chanyeol yang membuat Luhan melupakannya. Ya! Semenjak mereka jadian, Baekhyun semakin sendiri. Tidak ada Luhan yang menemaninya. Tidak ada Luhan yang berjanji untuk tidak meninggalkannya. Luhan terlalu sibuk dengan semua kencannya dengan Chanyeol.
Setelah itu, dia berusaha mati-matian untuk menjadi seperti Luhan. Belajar sampai larut malam, bangun pagi-pagi sekali, mengikuti beberapa kelas tambahan, melupakan minat musiknya. Apapun dilakukannya agar bisa seperti Luhan. Agar orang-orang tidak memandangnya sebelah mata. Agar dia pantas menjadi saudara kembar seorang Wu Luhan yang selalu dielu-elukan. Dan yang terpenting, agar kedua orang tuanya juga melihatnya dan menyadari keberadaannya.
Namun apapun yang dia lakukan, pada kenyataannya dia tidak pernah bisa menyamai Luhan. Pada kenyataannya, dia semakin jauh tertinggal oleh Luhan. Apapun yang diusahakannya, kedua orang tuanya tetap menomorsatukan Luhan dan dia tetap nomor dua. Apapun prestasi yang didapatkannya, meski hanya prestasi kecil, dia tidak pernah melihat Daddy yang tersenyum bangga padanya.
Dan Baekhyun pun berhenti untuk berusaha. Dia lelah dan menyerah untuk menarik perhatian orang tuanya dengan cara menjadi seperti Luhan. Lalu dia menemukan cara lain untuk mendapatkan perhatian itu, dengan bersikap dingin. Dengan selalu melawan orang tuanya. Dengan membenci Luhan. Dan pada akhirnya dia mendapatkan perhatian itu. Meskipun perhatian yang didapatkannya jauh berbeda dengan perhatian yang dia impikan, tapi setidaknya, kedua orang tuanya sekarang menyadari keberadaannya.
Dia benci Luhan yang sangat sempurna hingga dia sendiri terlihat penuh dengan kecacatan.
Baekhyun menghela nafasnya dan menatap ke sekeliling kamarnya yang terlihat sepi semenjak Luhan pindah kamar. Ya! Baekhyun yang meminta dan memaksa orang tua mereka untuk pisah kamar dengan Luhan. Tentu saja Luhan tidak mau saat itu. Dia memang paling suka menghabiskan waktu dengan Baekhyun meskipun adik kembarnya itu selalu mengacuhkannya. Tapi Baekhyun tidak kehabisan akal. Dia berhasil membujuk orang tua mereka. Mengatakan bahwa dia terganggu dengan kehadiran Luhan di kamar mereka. Dia tidak sepintar Luhan, jadi dia butuh ketenangan untuk konsentrasi saat belajar. Tapi Luhan terlalu berisik karena dia selalu memutar musik saat belajar. Alasan klise, tapi Luhan menerimanya dan akhirnya pindah dari kamar mereka.
Alasan sebenarnya?
Bukan karena musik itu. Karena sebenarnya Baekhyun sendiri adalah pecinta musik. Dia hanya tidak suka melihat semua trophy Luhan yang berjejer manis di rak buku kamar mereka. Dia tidak suka melihat semua piagam yang bergantung cantik di dinding kamar mereka. Dia tidak suka. Dia benci. Karena saat melihat itu semua, dia seolah mendengar cibiran dan ejekan yang ditujukan padanya dari benda-benda mati tersebut. Karena dengan melihatnya, dia jadi bisa melihat dengan jelas seberapa bodohnya dirinya dan seberapa sempurnanya Luhan. Karena dengan melihatnya, dia jadi mengingat semua cemo'oh orang-orang yang selalu membanding-bandingkan Luhan dengannya. Karena dengan melihatnya, Dada kirinya akan berdenyut sakit. Sangat sakit.
Hhhhh. Baekhyun kembali menghembuskan nafasnya berat lalu memiringkan posisi tidurnya dan memeluk erat boneka 'rusa' miliknya. Hadiah ulang tahun dari Luhan saat mereka masih SD dulu. Meskipun Baekhyun -sepertinya- membenci Luhan, namun dia sangat menyayangi boneka itu. Boneka yang dibeli Luhan dengan duitnya sendiri. Bukan duit dari Daddy mereka. Baekhyun memejamkan matanya untuk tidur dan memori itu masuk ke dalam ingatannya.
Waktu itu mereka kelas 5 SD. Beberapa hari sebelum ulang tahunnya, Luhan sering menyuruh Baekhyun untuk pulang duluan. Awalnya Baekhyun tidak mau, tapi dengan 'Deer Eyes' yang ditunjukkan Luhan, akhirnya Baekhyun menurut. Untungnya rumah mereka tidak begitu jauh dari sekolah. Baekhyun selalu bertanya apa yang dilakukan Luhan sepulang sekolah, tapi Luhan hanya tersenyum menjawabnya. Setelah mengikuti Luhan, baru Baekhyun tahu kalau Luhan ikut membantu seorang Nenek yang tinggal di dekat sekolah mereka untuk membersihkan halaman rumahnya dengan imbalan beberapa Dollar. Tentu saja Baekhyun heran. Uang segitu, jika Luhan memintanya, pasti Daddy akan memberikannya lebih dari itu. Dan di hari ulang tahunnya, saat Luhan memberikan boneka itu padanya, baru Baekhyun tahu mengapa Luhan mau bersusah payah mendapatkan uang itu. Semua itu untuknya. Untuk adik kembar yang paling disayanginya.
~O.O~
"Jadi, besok jam berapa pesawatmu akan berangkat sayang?" tanya Hye Bin saat mereka makan malam.
"Pesawatnya akan berangkat jam 5 sore, Mom!" jawab Luhan ceria kemudian beralih menatap Kris. "So, Daddy, since the plane will takeoff at 5, may I spend the day with my friends? As a 'good bye' thing?" pinta Luhan.
Baekhyun menatap Luhan sekilas saat dia menyebutkan kata 'good bye'. Well, dia mungkin tidak sepintar Luhan, tapi kalau hanya bahasa Inggris, dia bahkan berbicara dengan bahasa itu saat masih berusia 3 tahun. Dia tahu seharusnya Luhan mengucapkan 'see you' karena mereka akan bertemu lagi saat Luhan liburan. Lalu, mengapa Luhan berkata 'good bye'? Seolah dia tidak akan kembali?
"Will Chanyeol be there with you?" Kris balik bertanya.
"Eum," Luhan menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu, tentu saja kau boleh," jawab Kris kemudian.
"Really?" Kris mengangguk. "Thank you Daddy! You are the best!" ucap Luhan beranjak dari kursinya untuk memeluk Daddy yang hanya tersenyum menanggapi dan mengacak sayang rambut anaknya. Tidak menyadari tatapan penuh luka dari Baekhyun saat melihatnya.
"Asal tidak lupa waktu dan akhirnya terlambat," imbuh Kris kemudian.
"Believe me, I won't!" jawab Luhan mantap.
"Ah! And I believe Baekhyun would be there too, right?" Kris bertanya pada Baekhyun, yang sama sekali tidak bersuara sejak tadi, begitu Luhan kembali ke tempat duduknya. Well, Baekhyun memang selalu memakan makanannya dalam diam. Meskipun mereka bertiga sering bercanda saat makan bersama, tapi Baekhyun tidak pernah ambil bagian. Kris tidak tahu alasannya. Namun begitu, dia selalu mencoba memulai pembicaraan dengan Baekhyun. Meskipun Baekhyun tidak meresponnya dengan baik, dia tetap mencoba. Karena setelah kesibukannya di kantor seharian, saat seperti ini lah dia bisa berinteraksi dengan keluarganya.
"Baekkie-ya! Dad is talking to you," ucap Luhan pelan saat Baekhyun tidak menjawab. Tapi Baekhyun tetap bungkam dan fokus untuk menghabiskan makanannya. "Baekkie-ya!" ucap Luhan lagi. Dia tahu bagaimana akhirnya jika Baekhyun tetap seperti ini. Dan dia tidak ingin itu terjadi.
"Baek—"
"Aku sudah selesai!" Baekhyun memotong kalimat Luhan kemudian berdiri dan membungkukkan badannya. Berbalik untuk meninggalkan dapur dan kembali ke kamarnya.
"BAEKHYUN! Get back to your seat!" bentak Kris membuat Hye Bin dan Luhan menghentikan makan mereka. Baekhyun urung melangkahkan kakinya dan kembali menghadap meja makan, namun tidak kembali ke tempat duduknya. Kris sudah cukup sabar menghadapi kelakuan Baekhyun yang semakin hari semakin tidak bisa diatur. Dia lelah setelah seharian dipusingkan dengan berkas-berkas di kantornya, dan hal terakhir yang diinginkannya adalah menghadapi sikap tidak sopan Baekhyun yang menambah tingkat kelelahannya.
"Daddy hanya bertanya hal kecil. Mengapa kau bersikap seperti itu? Apa salahnya dengan menjawabnya?" tanya nya mencoba untuk menahan emosinya.
"What's the point, Dad? Tidak perlu bertanya jika Daddy sudah tahu jawabannya! Why would I be there with his friends? I am not event his friend!" jawab Baekhyun menunjuk ke arah Luhan.
Kris langsung berdiri dari kursinya begitu mendengar jawaban Baekhyun. "What's your problem, Wu Baekhyun?! What's wrong with you?!" Luhan memejamkan matanya saat mendengar Kris bertanya dengan nada tingginya. Kris tidak pernah memanggil anaknya dengan nama lengkap mereka kecuali saat dia marah. Dia tidak pernah memarahi anaknya dengan bahasa 'Ibu' nya kecuali saat dia benar-benar marah. Baekhyun dan Daddy sama-sama keras kepala. Jika tidak ada yang mengalah, maka pertengkaran yang baru saja akan dimulai ini tidak akan selesai.
"Apa yang salah padaku?" Baekhyun berucap sinis. "Well, let me tell you, Dad! Semuanya salah jika sudah berhubungan denganku! Karena di mata kalian, apapun yang aku lakukan tidak ada yang benar. Iya kan?"
"Baekkie-ya!" Kali ini Luhan mencoba untuk menghentikan Baekhyun saja. Namun Baekhyun jelas mengacuhkannya.
"Daddy mau tahu lagi apa yang salah?" tanya nya. Kris diam, karena jika dia membuka mulutnya, dia takut emosinya tidak semakin tersulut. "Being a part of this family! Itulah yang salah!" ucapnya lagi, masih dengan nada sinisnya.
"Baekhyun-ah! Wae geurae? Kau tidak seperti ini dulu!" Hye Bin angkat suara. Baekhyun adalah anak yang sangat manis dan manja dulu. Mengapa jadi begini?
"Well, that Baekhyun is dead. Jika kalian tidak suka, you can disown me! Lagi pula, apa gunanya aku berada di sini, kalian tidak pernah melihatku. Aku akan dengan senang hati pergi dari kehidupan kalian!"
"WU BAEKHYUN!" Kris nyaris menampar Baekhyun jika saja Luhan tidak berdiri di antara mereka dan merentangkan tangannya. Menggeleng pelan padanya, menghalanginya agar tidak meneruskan apa yang akan dilakukannya.
"Daddy, no! Stop it, please!" ucapnya. Mata berkaca-kaca dan memohon padanya agar tidak menyakiti adiknya. Membuatnya berhenti dan menyadari kesalahan yang nyaris dilakukannya. Membuat Baekhyun semakin menatap Luhan benci. Bahkan Kris langsung bungkam saat Luhan yang memintanya, pikirnya.
"Tidak perlu melindungiku, Luhan! Kau bahkan tidak tahu apa kesalahan selanjutnya dalam hidupku!" ucap Baekhyun dingin, dan Luhan memutar tubuhnya menatap adik kembarnya itu.
"Baek—"
"YOU!" ketus Baekhyun memotong ucapan Luhan. "Kesalahan terbesar dalam hidupku adalah karena menjadi KEMBARANMU!" Ketiga orang di dalam ruangan itu membelalakkan mata mereka, menatap Baekhyun tak percaya.
Tes
Terbesit sedikit rasa bersalah dalam benak Baekhyun saat melihat air mata yang berhasil lolos dari mata indah Luhan. Tapi dia terlalu lelah untuk perduli. "Kau tahu?! Aku membencimu, Wu Luhan! Geuronikka, TAK BISA KAH KAU ENYAH DARI HIDUPKU?! Bukankah kau bilang kebahagiaan ku adalah yang paling penting? Kalau begitu aku mohon! PERGILAH DARI HIDUPKU SELAMANYA! I BEG YOU!" teriaknya kemudian berlari menuju kamarnya, dengan air mata yang sudah membasahi wajah manisnya. Meninggalkan ketiga orang yang masih shock atas ledakan Baekhyun. Terutama Luhan, yang terlihat sangat terpukul.
Grebb
Hye Bin langsung menangkap tubuh mungil Luhan dan membawanya dalam pelukannya saat melihat Luhan yang hampir ambruk. Pandangan matanya kosong, tapi kristal bening itu terus mengalir dari sana.
"M-Mommy! Baekkie hates me! He said he hates me, Mom! Dia... membenciku. Dia..." Luhan bahkan tidak bisa melanjutkan ucapannya. Tenggorokannya tercekat. Matanya panas. Dan Dadanya terasa sangat sakit. Baekhyun, adik kembarnya, orang yang paling dicintainya, membencinya.
"Luhannie! Gwaenchanna. Baekhyun sedang emosi, sayang. Dia pasti tidak bermaksud seperti itu. Kau tahu sendiri kalau dia sangat menyangimu, kan?"
Kris terpaku di tempatnya, menatap istrinya yang masih mencoba untuk menenangkan Luhan. memijit pengkal hidungnya pelan. Keluarganya, sejak kapan keluarga kecilnya jadi berantakan seperti ini? What happens to his Little Angels? Sejak kapan malaikat-malaikat kecilnya jadi seperti ini? Luhan dan Baekhyun. Anugerah terbesar dalam hidupnya. Dua malaikat kecilnya yang dulu selalu bersama. Yang saling menyayangi. Yang selalu bermanja padanya. Mengapa semuanya jadi begini tanpa disadarinya? Apakah dia telah gagal sebagai orang tua?
Kris lalu beranjak menuju kamarnya. Ingin menenangkan pikirannya. Baekhyun, dia harus berbicara baik-baik dengan Baekhyun besok. Setelah semuanya lebih tenang. Dia harus menyelesaikan -entah apapun itu- masalah yang ada di dalam keluarganya.
"Istirahatlah! Kau harus menyimpan tenagamu untuk besok. Jangan tidur larut malam, arrachi!" ujar Hye Bin saat Luhan terlihat lebih tenang. Luhan hanya mengangguk pelan sebagai jawaban dan melepaskan pelukan Ibu nya. "Jangan terlalu dipikirkan. Semuanya pasti akan baik-baik saja, okay!?" Luhan kembali menganggukkan kepalanya dan meninggalkan dapur.
Langkah Luhan terhenti dengan sendirinya saat dia melewati kamar Baekhyun. Matanya kembali memanas. Dia berjalan mendekati mantan kamarnya itu dan menempelkan telapak tangannya dengan pintu kamar tersebut.
"Baekkie-ya!" lirihnya. Samar-samar dia bisa mendengar isakan Baekhyun dari dalam kamar. Membuat Dadanya terasa semakin sesak. "Baekkie!" lirihnya lagi.
Brukk
Tubuhnya langsung merosot, Luhan terduduk di depan pintu kamar Baekhyun dengan tangan yang masih menyentuh daun pintu. Seolah mencoba untuk merasakan apa yang dirasakan Baekhyun saat itu. Air mata Luhan kembali tumpah seiring dengan isakan Baekhyun yang semakin terdengar pilu di telinganya.
Luhan masih bertahan di depan kamar Baekhyun sampai suara isak tangis adik kembarnya benar-benar tak terdengar lagi di telinganya. Sepertinya Baekhyun sudah tertidur, pikirnya. Dengan mata sembab dan beberapa tetes air mata masih mengalir di pipi chubby nya, Luhan mencoba memutar knop pintu kamar Baekhyun.
'Tidak dikunci,' batin Luhan.
"Baekkie-ya!" panggilnya pelan, namun tidak ada jawaban. Dengan langkah pelan dan sedikit ragu, Luhan membuka pintu dan melihat ke dalam. Baekhyun benar-benar sudah tertidur, dengan posisi tertelungkup. Luhan segera melangkah masuk dan membenarkan posisi tidur adiknya. Kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuh Baekhyun hingga sebatas bahunya. Dengan sayang, diusapnya kepala Baekhyun lembut. Sangat lembut agar tidurnya tidak terganggu. Luhan lalu mencondongkan wajahnya dan mencium sayang kening Baekhyun. Luhan ingat, dulu, Baekhyun bahkan tidak akan pernah bisa tidur jika Luhan tidak mencium keningnya.
Setelah puas mencium kening Baekhyun berkali-kali, Luhan mengusap pipi Baekhyun. Menghapus sisa-sisa air mata di sana. Dia baru saja akan pergi dari kamar Baekhyun saat matanya menangkap sesuatu yang tersembul dari bawah bantal Baekhyun. Selembar kertas, atau sebuah foto?
Penasaran, Luhan meraih foto tersebut dengan hati-hati. Bibirnya membentuk sebuah senyum saat melihat foto tersebut. Luhan ingat sekali, foto itu diambil waktu mereka duduk di bangku SMA. Saat mereka baru kenal dengan Chanyeol, sang murid pindahan yang tampan. Sedikit rasa haru langsung terbesit di hatinya saat mengetahui kalau Baekhyun masih menyimpan foto itu. Dan kenyataan kalau Baekhyun meletakkannya di bawah bantalnya membuat Luhan semakin senang. Berarti Baekhyun tidak benar-benar membencinya. Namun, matanya langsung terbelalak kaget saat melihat tulisan di balik foto tersebut. Satu tangannya sontak menutup mulutnya agar Baekhyun tidak mendengar isakannya.
Luhan segera meletakkan kembali foto itu pada tempatnya dan berlari keluar dari kamar Baekhyun. Menutup pintu pelan dan kembali berlari menuju kamarnya. Luhan meraih salah satu foto yang terletak di meja belajarnya dan duduk di pinggir kasurnya. Foto yang sama dengan foto yang dilihatnya di kamar adik kembarnya barusan. Air mata kembali mengalir di pipinya. Luhan merebahkan tubuhnya dan memeluk foto tersebut seerat mungkin.
"Baekkie-ya! I am sorry. Hyung is really sorry, Baekkie! Maafkan aku. Maaf karena aku tidak tahu. I was so stupid that I didn't know your feeling. Hyung tidak menyadarinya! Maafkan aku, Baekkie! I am sorry, I am sorry!" ucapnya berkali-kali. Isakannya semakin tak terkendali saat dia mengingat kalimat yang tertulis di belakang foto yang dilihatnya tadi.
Me(Wu Baekhyun) with My Beloved Hyung (Wu Luhan) and My Love (Yeollie) ^^
"Baekkie-ya! Hyung is sorry, Baekkie! I am sorry."
Dan malam itu, Luhan berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan memperbaiki semuanya. Just like what Baekyun said, bagi Luhan, kebahagian Baekhyun adalah segalanya. Besok dia akan pergi dari kehidupan Baekhyun. Dan kalau memang Baekhyun bahagia bersama Chanyeol, then let it be. Meskipun itu berarti dia harus mengorbankan kebahagiaannya sendiri. Meskipun itu berarti dia harus menyakiti dirinya sendiri. Walaupun Chanyeol juga harus tersakiti karena perbuatannya. Dan walaupun Chanyeol akan membencinya karena ini. Asalkan Baekhyun bahagia. Maka semua sudah cukup baginya. Lagipula, wajah mereka sama persis dan Luhan akan meninggalkan Chanyeol untuk waktu yang sangat lama. Pasti tidak akan sulit untuk Chanyeol mencintai Baekhyun. Iya kan?
Luhan hanya bisa berharap semoga semuanya akan baik-baik saja setelah itu. Semoga semuanya akan kembali seperti dulu lagi.
~O.O~
TeBeCe
A/N:
Annyeooooong :D
Author gaje bernama Liyya kembali lagi . Setelah bermanis-manis bareng HunHan, Liyya kembali membawa ff SAD super gaje -_- Seperti yang Liyya bilang tadi, ff ini terinspirasi dari sebuah cerpen, jadi kalau ada yang merasa pernah baca n mirip, Liyya harap dimaklumi :D
Anyways, makasih banget buat yang nyempetin mampir n baca :D Liyya pengen tahu gimana pendapat Eonnie, Oppa, Chingu, n Saeng semua setelah membacanya. Boleh minta jejaknya?
#Kiss N Hug reader satu-satu ^_^
