"Sa-sakit. Tolong pelan sedikit", terdengar suara wanita dari dalam UKS.
"Iya. Ini sudah sangat pelan. Kau saja yang terlalu cengeng", balas lawan bicara wanita itu yang ternyata adalah seorang pria.
"Ta-tapi memang benar-benar sakit. Ka-kan yang merasakannya aku", jawab wanita itu balik. Suaranya terdengar sangat tertahan. Rupanya ia memang sedang menahan sakit.
"Iya, iya. Sebentar lagi", sepertinya sang pria sudah di batas kesabarannya. "Kau kan bukan anak bayi lagi. Dasar cengeng!"
"Hiks, maaf", sang wanita mulai menangis, "Kau sudah menolongku. Tapi aku malah cerewet karena luka kecil".
"I-iya, sudah tak apa-apa. Aku juga berlebihan. Maafkan aku, ya" jawabnya sambil mengibaskan kedua tangannya dengan gugup. "Ah, sudah selesai", ujarnya sambil memperlihatkan senyum lima jarinya.
"Oh, te-terimakasih. Terimakasih ka-karena telah menolongku", kata wanita itu sambil tersenyum. Manis sekali
BLUSH
Wajah sang pria langsung saja memerah. Namun sang wanita tidak melihatnya karena ia sedang asyik memperhatikan hasil perbanan si pria yang telah menolongnya itu.
"Hi-Hinata. Hyuuga Hinata", katanya sambil mengulurkan tangan.
Si pria memandang tangan itu sebentar. Lalu, ia pun menyambut uluran tangan si wanita yang ternyata bernama Hyuuga Hinata, "Naruto. Namikaze Naruto", jawabnya dengan disertai cengiran khas-nya itu.
"Nah Hinata. Kau mau disini hingga pulang sekolah atau mau aku antar sampai kelasmu?"
Hinata yang ternyata tadi sedikit terpukau dengan cengiran Naruto langsung tersadar karena namanya disebut.
"I-iya. Aku mau ke kelas. Ta-takutnya nanti ada ulangan dadakan", jawabnya malu-malu. Suaranya sangat kecil, namun Naruto bisa mendengarnya. "Ta-tapi aku tidak mau merepotkan lagi. A-aku ke kelas sendiri saja", katanya sambil beranjak dari tempat tidur.
Namun karena kakinya yang tadi terluka karena kecerobohannya sendiri, ia nampak terhuyung-huyung ketika berdiri. Naruto yang melihatnya langsung sigap menangkap lengan Hinata. Kalau tidak, sudah dipastikan kalau wanita itu akan terjatuh.
"Hey kau ini. Jangan sok kuat", kata Naruto sambil menatap wajah Hinata dengan serius, "Aku tidak mau menolongmu setengah-setengah. Aku akan mengantarmu sampai ke kelas. Kalau perlu nanti pulangnya juga aku antar sampai rumah. Bagaimana?", tawarnya pada Hinata dengan nada menggoda ditambah dengan cengirannya jailnya.
Langsung saja pipi Hinata menunjukkan semburat merah yang makin menambah manis wajahnya yang putih bersih. Ia malu, sekaligus senang. Kepalanya pun tertunduk, poninya menutupi wajahnya. Ia juga memainkan kedua telunjuk tangannya, tanda gugup.
"A-arigatou Naruto", katanya pelan. Hampir tak terdengar.
"Doittashimashite, Hinata", balasnya.
Akhirnya kedua remaja tersebut pergi meninggalkan ruangan UKS. Mereka berdua menuju kelas Hinata yang terletak di lantai dua. Tak banyak percakapan yang mereka lakukan selama menuju kelas. Naruto terlalu sibuk memperhatikan Hinata, sebaliknya Hinata terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Intinya tak ada seorangpun dari mereka yang memulai pembicaraan.
NARUTO FANFICTION
Diclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Warning : Typo and OOC
Pairing: NaruHina maybe SasuHina
goGatsu no kaze present
-I CHOOSE TO LOVE YOU-
Walaupun belum begitu sore, namun langit nampak agak menggelap. Maklum, sedang musim hujan. Mentari sepertinya juga enggan menampakkan sinarnya, dan malah bersembunyi dibalik pekatnya awan hitam. Sang pembawa hujan.
Terlihat seorang pemuda dengan rambut blonde jabrik acak-acakan sedang menuggu seseorang di depan gerbang sekolah. Hal itu bisa kita lihat kalau sesekali pemuda itu celingak-celinguk sambil matanya mencari-cari sesosok yang ia tunggu. Ia harus sedikit bersabar, karena sesekali mendapatkan tatapan genit dari siswi-siswi yang melihatnya. Maklum ia merupakan salah satu most wanted di sekolah itu setelah Sasuke. Yah, Uchiha Sasuke. Sang idol boy di Konoha High School.
Tak lama kemudian sosok yang ia tunggu datang juga. Wanita dengan rambut panjang berponi berwarna indigo. Tubuhnya sangat proporsional dengan ukuran dada yang –ehem- lebih besar dari teman-teman wanita seumurannya. Kulitnya putih tanpa cacat, wajahnya sangat ayu. Hidung mancung serta bibir mungil berwarna peach. Perpaduan yang sangat sempurna dari seseorang bernama Hyuuga Hinata. Hairess dari keluarga Hyuuga.
"Hinata!", Naruto melambaikan tanganya kearah Hinata.
Hinata yang dari tadi kesusahan untuk berjalan mencari-cari asal suara yang memanggilnya.
BLUSH
Wajahnya memerah ketika didapati bahwa Naruto, orang yang tadi membantunya, memanggil namanya sambil melambaikan tangannya dengan senyum riang. Langkahnya pun langsung terhenti. Naruto langsung berlari ke arahnya. Jantungya berdetak tidak menentu. Bukan karena ia mulai menyukai pemuda itu. Tapi baru kali ini ia dekat dengan seorang pria, kecuali ayah dan kakaknya.
"Na-Naruto. Ke-kenapa masih disini?", tanyanya dengan pipi yang tersipu.
"Bukannya di UKS aku sudah bilang ingin mengantarkanmu pulang?", jawabnya sambil menunjukkan senyum terbaiknya, "Kau sendiri kelihatannya juga kesulitan berjalan. Jadi, lebih baik ada yang mengantarkanmu pulang. Aku tidak mau gadis manis seperti dirimu digoda preman dijalan".
"Ma-manis? Ma-maksudnya aku?", kepalanya langsung tertunduk, ia malu. Nampaknya semburat merah tidak mau meninggalkan pipi mulusnya itu.
"Memangnya ada gadis lain di depanku sekarang?", kata Naruto, "Sudah, jangan menolak. Lagipula akhir-akhir ini banyak terjadi tindak kejahatan di jalan. Kau mau jadi salah satu korbannya?".
Hinata sejenak berpikir, 'Naruto benar, sudah banyak beritanya di TV. Tapi aku malu sekali. Rumahku jauh, dan Ne-'
"Sudah ayo jalan", sebelum Hinata berpikir lebih lama, Naruto sudah menarik tangannya lembut.
Akhirnya mereka berdua pun berjalan ber-iringan meninggalkan sekolah. Tak jarang Naruto menggoda Hinata yang langsung saja membuat gadis itu tertunduk dengan pipi memerah. Ketika melihatnya Naruto tertawa karena ia pikir bahwa ia telah berhasil menggoda Hinata. Dua remaja yang baru saja berkenalan karena sesuatu yang tidak terduga ini pun sangat akrab. Bahkan kalau mereka yang tidak tau hubungan mereka sebenarnya pasti mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih.
Obrolan mereka berdua mau tidak mau terhenti karena telah sampai di tempat tujuan. Rumah Hinata. Rumah dengan gaya Eropa bercat putih. Tiang-tiang besar menyangga bagian depan rumah tersebut. Tamannya pun di tata apik dengan bunga mawar yang berbeda jenis dan warna. Rumah keluarga Hyuuga memang berbeda. Paling mencolok diantara rumah di daerah kompleksnya. Maklum, keluarga Hyuuga adalah keluarga pemilik perusahaan Hyuuga Corp yang memiliki usaha di berbagai bidang. Hyuuga juga merupakan salah satu marga ningrat di Jepang.
"Na-Naruto, itu rumahku. Ki-kita sudah sampai", katanya sambil tersenyum.
Naruto terpukau dengan besarnya rumah keluarga Hyuuga. Sampa-sampai ia tidak mendengarkan perkataan Hinata. "Wow, rumahmu besar. Bagaimana membersihkannya ya? Pasti butuh waktu berhari-hari kalau aku sendirian yang mengepel rumahmu", ungkapnya takjub.
"Di rumah banyak pelayan. Ja-jadi tidak perlu waktu lama untuk bersih-bersih", jelas Hinata.
"Yosh, tugasku sudah selesai. Kau bisa masuk sekarang. Sampai jumpa besok, Hime", kata Naruto dengan menekankan kata 'Hime '.
"Hi-hime? Aku?", kata Hinata sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya. Kau. Kau memang bagaikan tuan putri. Kau manis dan hidup di dalam rumah sebesar istana. Hehe", jawabnya ditambah dengan cengiran lima jari andalannya.
BLUSH
Wajah Hinata langsung semerah apel, kepalanya juga tertunduk. Malu.
"Na-Naruto bisa saja. A-aku tidak seperti itu", katanya malu-malu. "Ka-kalau begitu aku masuk dulu. Terimakasih karena sudah mengantarku sampai rumah. A-arigatou", lanjutnya sambil membungkukkan badannya.
"Iya, sama-sama. Lagipula rumah kita searah. Aku baru tahu", Naruto membungkukkan badannya juga, membalas ucapan Hinata. "Kalau begitu aku pulang dulu ya. Jaa ne", katanya sambil melambaikan tangan.
"Ha-hati-hati dijalan", balas Hinata.
Naruto pun beranjak pergi dari depan rumah Hinata. Sebelum ia berbelok, ia menghentikan langkahnya dan melihat sebentar ke belakang. Ke arah rumah Hinata. 'Hari yang menyenangkan. Best day ever!' pikirnya. Pemuda itu melanjutkan langkahnya lagi, pulang kerumahnya.
-I CHOOSE TO LOVE YOU-
Dengan langkah yang hati-hati Hinata memasuki rumahnya. Ia takut kalau ada orang rumah yang mengetahui kondisinya sekarang. Jalan terpincang-pincang dengan kaki diperban. Pelayan yang melihatnya pasti langsung histeris, dan yah sudah dipastikan kalau kondisinya ini akan diketahui semua orang rumah dengan sekejap.
"Hina- hah! Kenapa kau!? Bagaimana bisa seperti ini? Kenapa kakimu diperban? Apa yang terjadi?kenapa kau tidak bisa-"
"Kak, jangan kencang-kencang. Sst, nanti yang lain tahu", potong Hinata. Ia tahu kalau pertanyaan kakaknya tidak dipotong seperti itu, pasti makin banyak saja yang ditanyakannya. Dan hasilnya para pelayan datang dan otomatis mengetahui kondisinya.
"Tapi...Kau...Kakimu...", ucapnya tak beraturan sambil menunjuk perban yang kini bersarang di adik tercintanya itu.
"Ayo ikut aku ke kamar. Nanti aku ceritakan disana", jawabnya. "Sekarang bantu aku kak, susah nih".
Neji, kakak Hinata yang usianya lebih tua 4 tahun, membantu adiknya tanpa bersuara. Ia membopong lengan Hinata dengan lembut. Ia membawa Hinata sampai ke kamarnya dan mendudukkan Hinata ke atas ranjang.
Setelah membantu Hinata, Neji pun mulai membuka pembicaraan.
"Hinata, sebelum bertanya tentang luka di kakimu aku ingin menanyakan sesuatu", tampangnya kini sangat serius. Matanya memandang Hinata lekat-lekat. "Siapa pria yang tadi ada di depan rumah?"
Hinata yang dari tadi mengelus-elus kakinya yang terluka, kini mulai fokus ke pertanyaan kakaknya. Mukanya panas, pipinya memerah. Ia tertunduk malu.
"Kenapa kau seperti itu? Tingkahmu aneh. Siapa dia? Apa dia kekasihmu?", menyadari perubahan raut wajah adiknya ia makin yakin kalau pria yang tadi di depan rumahnya itu punya hubungan dengan adiknya.
Hinata pun mulai bersuara, "Di-dia hanya kenalan kak. Dia yang menolongku membalut luka ini".
"Apa perkataanmu bisa ku percaya?", tanya Neji curiga.
"Iya kak, dia hanya kenalan yang menolongku di sekolah hari ini", balasnya meyakinkan kakak semata wayangnya ini.
Melihat kesungguhan Hinata menjawab pertanyaannya, Neji mau tak mau mempercayainya. "Oke aku percaya padamu".
"Arigatou nii-san. Aku tidak akan pernah berani berbohong dengan nii-san. Kau harus mempercayaiku", kata Hinata dengan mantap.
"Hinata, kau memang masih muda. 16 tahun. Tapi kau harus ingat, kau sudah bersuami"
-I CHOOSE TO LOVE YOU-
To Be Continue
Waaw, ini fic pertama aku di FanFiction loh.
Aku debut, eits jangan salah sebut ya debut pake 'T' gak pake 'S', kalo debus mah kesenian asal Banten. Hehe.
Judul dari fic ini aku ambil dari judul lagu yang dinyanyiin Hyorin-nya Sistar. Lagunya enak banget, apalagi kalo liat MV-nya. Hehe #loh kok jadi promosi?
Makasih buat yang udah baca fic ini. Kritik dan sarannya Kaze tunggu di kotak review.
Lanjutan fic akan di update secepatnya, tergantung respon dari para readers. Hehe
Akhir kata, salam cium buat semuanyaaaaaahhh! *tebar-tebar ciuman*
Reader: "Kabooorrr!".
*Kaze pundung di pojokan*
