Yaaakk... Hahahaha.. Ginger is back, hehehe.. Ini saya bawa FF boyxboy, jangan diasumsikan boyxboy. Namanya aja yang boyxboy, tapi gendernya saya rubah. Soalnya, masih nggak jago bikin boyxboy. hahahaha. Ini, terinspirasi dari film Ai to Makoto. Udah ada yang pernah lihat? Hahaha, Ginger pikir sih, itu si Makoto sangat amat Kai banget. Sedangkan Ai itu Kyungsoo abis. Kalo belum liat, liat dulu aja.. hehehehe :)

Oh iya, mau kasih tahu, di cerita ini, point of viewnya bakal banyak ke Yixing atau 3rd person. Jadi, jangan kaget. Okelah, langsung sikat aja, oke oke?! :)

p.s : silahkan tunggu kelanjutan Galaksi, Monster, dan How I Get Her. Hahaha.. On the way! :D

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Title : Do for Kai

Cast :

- Do Kyungsoo (women),

- Zhang Yixing as Do Yixing (women)

Support Cast :

- Wu Yi Fan as Do Yi Fan (men)

- Huang Zi Tao as Do Zi Tao (women)

- Park Chanyeol (men)

Genre :

Romantic, Family, Drama

Rating :

T, amanlah pokoknya

Disclaimer :

Kita semua punya Tuhan. Tuhan punya kita. Cerita punya saya, dan Tuhan. #plak

.

.

- Do For Kai -

.

.

Sebelum aku memulai ceritaku, kenalkan, namaku Do Yixing. Aku anak keluarga Do, tentu saja, siapa bilang aku anak keluarga Kim? Aku punya sepasang orang tua, Do Yifan dan Do Zitao. Aku juga punya kakak perempuan, unnie imut setahun lebih tua daripadaku, Do Kyungsoo. Kami keluarga ras Kanada-China, baru pindah ke Korea baru beberapa tahun yang lalu.

Perkenankan aku menceritakan sedikit soal keluarga. Intinya, appa itu pebisnis ulung dan umma adalah women behind the succes man. Aku sih tidak pernah melihat umma berkutat dengan bisnis atau apapun, yang kutahu, umma selalu punya caranya sendiri untuk mendapatkan uang.

Aku tidak mau berpikir bagaimana umma memintanya pada appa. Jadi, jangan tanyakan.

Sebenarnya, aku tidak tertarik untuk menceritakan soal orang tuaku padamu. Mereka bisa menjadi chic parents seperti fans Big Bang atau histeris seperti para fangirl yang melihat idolanya. Tapi, intensitas mereka menjadi VIP itu sedikit, maka aku tidak mau menceritakannya.

Yang ku mau ceritakan padamu adalah, kakakku yang manis, Do Kyungsoo.

"Yixing? Kau mau baca buku lagi tidak? Unnie membelikanmu buku keperawatan yang baru lagi lho."

Itu kakakku, Kyungie. Aku biasa memanggilnya begitu. Dan lihat sekarang, dia, membelikanku buku keperawatan bagaikan membeli majalah Cosmopolitan terbaru tiap bulan. Well, dia memang membelikanku buku tiap bulan. Di ruang baca ini, ruangan kesayangan kakakku (aku tidak menyukai ruangan ini, aku kesini cuma untuk belajar. Dia kesini bagaikan ke ruang bermain) untuk mengunciku untuk membaca buku. She's freak, she's freak of reading! God.

"Duh, Kyungie. Jangan membelikanku buku lagi. Buku Perry & Potter kemarin yang kau beli belum habis kubaca."

"Makanya, jangan membaca majalah Cosmopolitan terus di dalam bukumu. Baca kata sambutan saja kau belum selesai, iya 'kan?"

Aku menaruh wajah malas di meja. Kyungie selalu begitu, dia gila belajar. Untungnya kami tidak di jurusan Universitas yang sama. Dia mengambil Political Science and Economics sementara aku di jurusan College of Nursing. Appa selalu membanggakan unnie di depanku karena ia akan melanjutkan bisnis keluarga.

Tapi, sih, memang aku mau rebutan begitu dengan Kyungie soal bisnis keluarga? Biar dia saja yang urus. Aku tidak peduli. Menolong orang di rumah sakit itu lebih menyenangkang. Apalagi.. Dengan dia menjadi dokterku.. Tentu saja..

Plak!

"Kyungie!"

"Yixing! Berhenti bermimpi di siang hari. Kau tahu itu akan sia sia! Sekarang, baca bukumu!"

Dan aku memulai lagi dari awal, menunduk membaca buku lagi, bersama Kyungie yang sangat tekun membaca diktat tebalnya. Menyebalkan, tapi aku menyayanginya.

- Do For Kai -

"Unnie..," tanyaku saat kami 'istirahat' minum teh dari belajar. Tapi, dalam istirahat pun, Kyungie membaca bukunya.

"Hmm?"

"Kau tidak mau menghabiskan weekendmu bersamaku?"

"Tidak. Di rumah saja, lagipula bukuku belum selesai kubaca."

"Kyungiiee..," aku menutup bukunya, dan mata bulat itu memandangku kaget. "Dengar ya, kau tidak bisa seumur hidupmu hanya berakhir di kampus, ruangan Eksekutif Mahasiswa dan rumah, dan ruang baca, dan buku! Sekali kali, kau harus tahu apa yang kusukai."

"Tapi, Xingie," katanya dengan wajah polos nan imut, "ini yang aku sukai."

Dasar aku yang keras kepala, aku menyanggahnya.

"Tidak, kau tidak menyukai buku. Yang kau sukai itu si-anak-yang-menyelamatkanmu-saat-ski-14-tahun-yang-lalu." kataku menatapnya langsung ke mata bulat itu. Kyungie berhenti dari membacanya dan memandangku. Aku menarik kedua sudut bibir tersenyum.

Kyungie lalu tiba tiba beraura sendu, dan aku sedikit bersalah. Tidak tidak, aku tidak bersalah. Aku hanya ingin menyadarkan Kyungie kalau hidupnya itu bukan dari buku. Oke, tidak sepenuhnya salah, tapi aku bisa frustasi melihatnya hanya membaca buku.

"Aku merindukannya..,"

"Sama."

"Eh?!" Kyungie lalu menoleh padaku yang minum teh, aku mengangkat satu alis heran, "kau juga menyukainya."

"Tidak. Mana mau aku dengan anak seperti itu."

"Tapi dia menyelamatkanku, Xingie."

"Dia menyelamatkanmu, bukan aku."

"Oh tentu saja, yang kau sukai itu kan Joonmyun-sshi. Kau tidak akan suka padanya." kini ganti Kyungie yang menaik turunkan alisnya menggodaku. Aku membuka mulutku dan mulai berteriak padanya.

- Do For Kai -

Umma adalah tipe ibu yang tidak akan membiarkan anak anaknya pergi keluar rumah dengan perut kosong. Oke, dia juga tipe istri yang tidak akan membiarkan suaminya pergi keluar rumah dengan perut kosong. Jadi, sepagi apapun kuliahku dan Kyungie dimulai, kami akan makan sarapan yang dimasak umma.

"Hari ini, ada kuliah apa saja, Kyungie?" tanya appa yang menunggu kopinya dituang umma pada cangkirnya. Aku mengunyah rotiku pelan, taruhan, appa tidak akan menanyakan soal kuliahku.

"Tidak terlalu padat sih, hanya beberapa matkul dasar. Tapi, ada rapat bersama anggota eksekutif mahasiswa lainnya. Jadi mungkin akan pulang terlambat."

"Jangan pulang larut malam. Apalagi ini hari Jum'at, pasti kendaraan akan ramai di jalan, kau bisa terjebak macet."

"Ne, appa."

Lalu hening.

Serius, appa itu bukannya menganak tirikanku. Tapi, lebih kepada, dia tidak mengerti mata kuliah yang kuambil. Memang dia akan mengerti kalau ku jelaskan soal otot sternocleidomastoideus? Jawabannya tidak, dan appa akan mulai ceramah soal kalkulus-lebih-menyenangkan-nya.

"Xingie, sayang. Kau tidak akan pulang larut sore, 'kan?" tanya umma, aku menoleh dan tersenyum. Mengatakan sepertinya aku akan pulang lebih larut dari Kyungie karena ada praktek di laboratorium anatomi.

"Hati hati, sayang. Atau.. Mungkin Kyungie mau menemani Xingie pulang hari ini?"

"Tentu, aku bisa menunggu Xingie." kata Kyungie tersenyum.

"Apa kau bisa mengubah jadwal kuliahmu hari ini, Xing? Biar kakakmu tidak pulang terlalu larut." duh, makhluk berambut pirang itu mulai lagi karena aku akan menahan anak kesayangannya pulang larut malam.

"Kalau appa bisa meluluskanku lebih cepat. Itu mungkin saja terjadi." kataku acuh. Umma menaikkan kedua alisnya tahu bahwa 'perang' sebentar lagi akan dimulai, dan Kyungie tidak terganggu dengan acara makan-membacanya.

"Appa sih tidak bisa melakukan itu. Tapi, memindahkanmu ke jurusan yang lebih baik. Mungkin bisa." aku mengerang,

"Jangan mulai lagi, Dad. Aku benci membahas ini." kataku memandang appa. Kalau aku sudah memanggilnya dengan panggilan barat itu, berarti aku sangat sangat terganggu.

"Dad tidak memulainya. Kalau saja dari awal kau mendengarkan-,"

"Aku berangkat dulu. Sudah kenyang."

Saat aku berjalan menjauhi meja makan, kudengar suara buku tertutup dan langkah berlari mengikutiku. Kyungie langsung melingkarkan tangan di lenganku yang bebas. Ketika aku menoleh ia hanya tersenyum memandang ke depan,

"Aku tahu kau dan appa adalah orang baik. Cuma, agak kepala batu saja."

- Do For Kai -

"Kelasmu mulai jam berapa, Xingie?"

"Jam 8."

"Setelah ini aku mulai, tidak apa apa 'kan kalau kau kutinggal sendiri?"

"Jangan. Nanti kalau aku hilang bagaimana?" kataku dengan wajah sedatar datarnya. Kyungie tertawa pelan. Saat mobil berhenti aku keluar mobil diikuti Kyungie yang berkata akan menghubungi supir pribadi kami itu ketika kami selesai kuliah.

"Kyungsoo-sshi!" aku menoleh saat seseorang memanggil nama kakakku heboh begitu. Oh, aku menaikkan alis mengerti. Si raksasa yang lebih tinggi satu kaki diatasku itu melambaikan tangan pada Kyungie dengan semagat. Kenalkan, salah satu fanboy kakakku, Park Chanyeol.

"Oh, Chanyeol-sshi, annyeong." kata Kyungie lembut saat Chanyeol mendekati kami. Chanyeol menyapa kakakku dan aku dengan senyumnya yang lebar itu.

"Anneyong." Jawabku. Sebenarnya Park Chanyeol itu tidak nerd-nerd amat. Kalau dia mau melepas kacamata fullframenya dan menggantinya dengan lensa atau mengecat rambut hitamnya menjadi burgundi, itu lebih bagus.

"Kau ada kelas, Xingie?" kata Chanyeol tersenyum memamerkan richteethnya padaku. Aku menggeleng dan mengangkat tanganku melambaikan sapaan selamat tinggal kecil untuk Kyungie dan Chanyeol.

"Hati hati, Kyungie." kataku tersenyum. Kyung hanya tertawa dan berjalan bersama Chanyeol ke kelasnya. Park Chanyeol itu President di badan eksekutif mahasiswa di jurusannya. Tidak ada yang tidak kenal padanya, semua orang kenal dengan si IQ jenius itu. Bukan tipe cowok keren yang pintar sih, lebih ke nerd, aku sudah bilang.

Ketika aku berbalik, Chanyeol masih dengan semangat bercerita sesuatu pada gadis berambut panjang yang hanya membalasnya dengan tawa kecil dan menganggukkan kepala. Kurasa dia benar benar jatuh hati pada Kyungie, si Park Chanyeol itu. Tapi aku kenal Kyungie. Kyung suka dengan seseorang. Siapa? Itu, si-anak-yang-menyelamatkannya-saat-ski-14-tahun-yang-lalu. Aku berbalik lagi dan berjalan sambil mengingat ingat apa yang terjadi 14 tahun lalu.

{{{{{ Rewind

Kyungie waktu itu sangat ingin main ski. Dia pemain ski yang handal, well, dia tidak buruk di olahraga. Aku yang malas. Lagipula, menghabiskan natal dengan cuaca dingin di Villa menurutku bukan ide yang bagus. Lebih enak dirumah, di kota, bisa belanja keperluan anak kecil berumur 6 tahun sepertiku.

"Xingie.. Ayo main ski bersamaku."

"Tidak tertarik."

"Xingiiee.. Ayo..," Kyungie menarikku dari balkon villa. Aku menggeleng ganas lagi dan mendorongnya lembut ke permukaan salju dengan peralatan skinya. Lebih baik menonton umma dan appa yang sedang berlovey dovey ria dengan salju. Kyungie hanya tertawa lalu berteriak akan main ski pada umma dan appa.

"Jangan main jauh jauh." kata appa dengan suara beratnya, dan kembali bermain salju dengan umma.

"Xingie! Ayo kesini, main dengan umma!" teriak umma keras. Aku diam berpikir, lalu tersenyum mengiyakan ajakan umma. Paling tidak kan, aku tidak akan jatuh-

"AAAAHHH! TOLOOONGGG!"

Brakk!

Kami bertiga menoleh, kejadian itu cepat sekali. Baru saja aku menjejakkan kaki di hamparan salju dan terdengar teriakan itu. Aku mengenalnya, aku kenal suara itu. Itu suara..,

"K-Kyungie." kataku, aku mendengarnya. Suaranya ketakutan. Aku lalu berlari menuju umma yang memandang udara kosong, berasumsi sebagai sumber suara, yang lalu memelukku erat.

"Aku akan memeriksanya. Tao, bawa Yixing masuk." ujar appa datar dengan wajah khawatir begitu seramnya, ia lalu berlari ke belakang Villa, sepertinya akan mengambil sesuatu. Aku sedikit memberontak saat umma mulai menggedongku dan mulai menangis.

"U-umma.. u-unnie..." dan aku menangis di ceruk leher umma. Wanita lembut itu mengusap punggunggku agar aku tenang. Meskipun ia juga cemas, ia membisikkan kata kata yang menenangkanku.

Saat kami akan naik ke balkon rumah, aku berteriak dan langsung meloncat turun dari gendongan umma. Seorang anak laki laki, dengan luka di dahinya berjalan terseok menggedong kakakku. Aku berhambur menuju mereka.

"Kyungie.. Kyungie..," kataku berulang ulang. Anak laki laki itu berhenti di depanku, dan menurunkan Kyungie yang menatapku dengan mata berair. Aku lalu memeluknya. Saat aku akan mengucapkan terimakasih pada anak laki laki itu..

Dia menghilang.

Aku dan Kyungsoo duduk sambil berpelukan, masih tetap menangis. Dan saat itu, Kyungsoo berkata di sela tangisannya,

"Yixing.. Aku menyukainya, Yixing. Aku menyukai anak itu."

Foward }}}}}}}

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

...

...

..

.

To Be Continued...

So.. Mind to leave comment, please?