.
.
I Love You, Wolf-kun!
.
Origimal Story By : Revi-san
Naruto © Masashi Kishimoto senpai.
.
Warning : AU, TYPO, OOC, DLDR dan lain-lain !
Jika tidak menyukai fic saya, saya tidak memaksa untuk me-like, me-follow, dan me-review.
.
Dimohon pembaca bijaksana dalam membaca maupun memberikan kritik dan saran.
.
Note : Gomenasai jika ada kesamaan ide cerita atau judul. Karena cerita ini hanya murni karangan saya belaka. Tidak ada keuntungan apapun yang saya ambil dari pembuatan fic ini. Saya hanya berniat menorehkan segala isi pikiran saya dan membuat readers terhibur.
.
.
"Baiklah mata kuliah siang ini berakhir.. sampai jumpa besok." ujar seorang dosen sambil melenggang pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Para mahasiswa dan mahasiswi berhamburan pergi. Beberapa diantaranya masih tinggal di ruangan tersebut dengan beberapa tumpuk buku. Tak terkecuali Sakura Haruno- seorang gadis berusia 20 tahun bersurai pink masih dengan asyiknya menulis sesuatu. Bola matanya bergerak senada dengan tarian pena yang menggores beberapa untaian kalimat. Sesekali bibirnya komat-kamit entah mengucapkan apa. Ia duduk pada bangku pojok dan paling belakang. Itu adalah bangku yang sangat ia sukai, karena dengan duduk disana ia bisa melihat seluruh penjuru ruangan.
Sedetik kemudian pandangannya tertuju pada seorang pemuda dengan rambut dark blue yang tengah membereskan beberapa buku kedalam tasnya. Pemuda itu duduk pada bangku yang tak jauh dari bangkunya. Pemuda yang ia kenal dengan nama Uchiha Sasuke, adalah sosok pemuda yang dingin dan acuh. Ya walaupun mereka satu kelas, akan tetapu mereka seperti bukan teman satu kelas. Sifatnya yang cuek dan dingin membuatnya tak memiliki seorang temanpun.
Terkadang Sakura diam-diam memperhatikannya dari jauh. Sekedar untuk melihat apa yang pemuda itu lakukan. Sejauh ini Sakura memperhatikan jika pemuda tersebut hanya diam saja sambil memperhatikan penjelasan dosen. Prestasinya pun terbilang lumayan.
Sakura masih memperhatikannya membereskan beberapa buku. Tiba-tiba saja pemuda itu menoleh dan menatap dirinya dengan tajam. Sakura terkejut dan segera memalingkan wajahnya.
"Ah sial! mengapa ia mengetahui kalau aku memperhatikannya?" runtuk Sakura.
Ia beralih menatap beberapa kertas yang berada dihadapannya. Bola matanya mencoba melirik kearah pemuda tersebut tanpa menolehkan kepalanya. Namun ia tak mendapati pemuda itu berada disana.
"Cepat sekali ia pergi?" tanyanya.
"Bahkan aku tak mendengar suara langkah kakinya." ujarnya.
Sakura tidak mau ambil pusing dengan pikirannya. Ia kembali berkutat dengan kertas-kertas dan juga beberapa buku mata kuliah.
"Sakuraaaaa!" teriak sesosok gadis berambut pirang panjang yang tengah berjalan menghampirinya. Teriakan tersebut,membuat Sakura mendongak dan menatap sahabat pirangnya.
"Ada apa Ino?"
"Hey kau tau Sakura? Iruka-sensei mengatakan padaku bahwa besok akan diadakan pemulihan kelompok. Setiap kelompok berisi dua orang.. Ahhh aku harap aku bisa sekelompok denganmu." ujarnya.
"Ya aku juga berharap begitu. Memangnya untuk tugas apa?" tanya Sakura sembari,melanjutkan kegiatannya menulis.
"Membuat makalah tentang tempat bersejarah." jelasnya singkat.
"Souka.." Sakura mengangguk paham.
"Jangan sampai kau satu kelompok dengan Si aneh Uchiha itu." Sakura kembali mendongakkan kepalanya. Dilihatnya Ino melipat tangannya.
"Uchiha?"
Ino mengangguk. "Uchiha Sasuke, laki-laki pendiam yang tak mempunyai teman satupun."
Jadi pemuda itu bernama Sasuke..
"Memangnya kenapa kalau satu kelompok dengannya?" tanya Sakura bingung.
"Ya ampun Sakuraaa! apa kau tidak tau? sifatnya itu sangat dingin dan tidak ramah, ditambah pula dengan tatapan matanya yang terkesan misterius dan tak bersahabat." Ino mencoba menjelaskan pada sahabatnya.
"Ino.. kau tidak bisa menilai seseorang dari luarnya saja, kau bahkan tak tau bagaimana dia sebenarnya. Lantas bagaimana kau dapat menyimpulkan secepat itu." Sakura mendesah mengingat sahabatnya tersebut tidak suka dengab orang yang bertipe pendiam. Menurutnya orang dengan berkepribadian tersebut adalah orang yang mencurigakan.
Bagaimana kalau seorang pembunuh?
Bagaimana kalau pengedar Narkoba?
Dan bagaimana... bagaimana..
Semua pertanyaan bagaimana memenuhi setiap inchi otaknya.
"Kenapa kau membelanya Sakura?"
"Aku tidak membelanya, hanya saja penilaianmu itu yang sungguh keterlaluan. Bagaimanapun juga ia adalah teman sekelas kita." Sakura menceramahinya.
"Dan sejak kapan kau peduli padanya?" alih-alih mendengarkan ucapan Sakura ia malah berpikiran aneh-aneh tentang Sakura.
"Jangan-jangan kau menyukainya?" goda Ino.
"Ap-Apa?! B-bukan begitu! akh memang susah berbicara dengan orang yang keras kepala sepertimu!" Sakura menyerah jika sudah dihadapkan dengan sifat asli sahabatnya. Ia yakin takkan mungkin mematahkan kekeras kepalaan temannya tersebut.
Ino tertawa pelan melihat tingkah Sakura yang begitu terlihat frustasi. "Ahaha.. baiklah aku ada kencan dengan Sai malam ini.. jangan menggangguku!" ujar Ino sambil ngeloyor pergi meninggalkan Sakura.
Sakura menatap kepergian temannya itu dengan pandangan kesal. Ia tak habis pikir dengan cara kerja otak Ino yang begitu rumit. Mungkin gara-gara sering terendam oleh air atau larutan cuka sehingga membuat kabel syarafnya terganggu.
"Dasar!"
Sakura kembali berkutat dengan kertas-kertas tersebut. Hingga hari menjelang petang dan sang pencerah kembali keperaduannya. Sakura termasuk mahasiswa yang rajin. Tak pernah sedikitpun meninggalkan pekerjaan rumahnya walaupun masih lama waktu untuk dikumpulkan. Saking rajinnya ia rela menghabiskan waktu untuk berlama-lama dan bersemedi pada perpustakaan kampusnya.
Tak heran beberapa mahasiswa dan guru menjulukinya dengan sebutan kutu buku kelas atas.
Maksudnya, adalah sesosok mahasiswa rajin yang bisa melebihi ilmu para guru dan dosen disana.
Lantas mengapa ia masih betah berkuliah disana?
Entahlah. Mungkin karena ia terlalu cinta dengan kampusnya. Mahasiswa semester akhir itu merapikan beberapa buku dan juga kertas yang berserakan di atas mejanya. Ia tak menyadari bahwa ia sendirian berada di ruangan itu. Seketika angin dingin membelai lembut kulitnya dan sukses membuat bulu kuduknya serempak berdiri. Ia ingat beberapa waktu lalu teman-temannya menceritakan sebuah mitos yang belum tentu benar. Mitos tentang sesosok manusia serigala berdarah dingin yang memburu para manusia untuk menjadi santapannya.
Hiiiiiiiii..
Ia semakin merinding, dengan segera ia mengembalikan buku tersebut pada meja guru. Setelah semuanya selesai, kemudian ia beranjak pergi meninggalkan ruangan tersebut. Lorong-lorong kampus yang terlihat mencekam dengab oenerangan yang remang-remang. Belum lagi suara burung hantu yang menginterupsi terdengar oleh telinganya. Ia mengerutuki dirinya sendiri karena mengerjakan naskah tersebut terlalu lama.
Dan hasilnya.
Ia harus pulang malam dan sendirian!
Namun dengan sedikit keberanian yang ia kumpulkan, ia menepis semua ketakutannya demi sampai pada pibtu gerbang kampus yang jaraknya masih lumayan jauh. Melewati gudang yang berisi dengan beberapa perabotan yang tidak lagi terpakai, samar-samar telinganya mendengar deritan pinti almari kayu yang terbuka. Ia terdiam membatu. Tubuhnya,bergetar tak mampu menampung perasaan takutnya saat ini. Ketakutannya terasa tumpah ruah dari dalam penampungan.
"S-siapa i-itu?" gumamnya.
Sakura mencoba menoleh kearah gudang. Disana! ia mendapati sosok berjubah putih dengan kepala menunduk dan rambut yang menjuntai kebawah. Seketika ia merasakan mati rasa dan juga ketakutan yang amat sangat. Tiba-tiba saja angin berhembus lumayan kencang menyibakkan sosok berjubah tersebut. Dan yang membuat Sakura terkejut adalah sosok yang dilihatnya adalah sebuah kain putih penutup tiang dengan sarang laba-laba tebal pada bagian atasnya.
Ia tertipu.
"Hhhaaahhhh.. sudah kuduga hal yang seperti itu tidak ada. Mereka hanya berkhayal saja dan terlalu banyak menonton film bergenre horor." Sakura bernafas lega.
Yah wajar saja ia hanya menyukai film bergenre romance yang tidak terlalu menegangkan seperi halnya dengan film-film horor. Ia melanjutkan langkahnya. Kali ini dengan mantap dan penuh percaya diri tanpa rasa ketakutan seperti yang ia rasakan tadi. Meskipun rasa takut itu masih ada, namun tak sebesar apa yang sebelumnya ia rasakan.
Saat Sakura berjalan dan sebantar lagi sampai pada pintu gerbang, ia mendengar suara langkah kaki dengan langkah yang terseret-seret.
Ah mungkin hanya kucing atau hewan lainnya.
Begitu batinnya. Ia tak memperdulikan suara tersebut dan terus melanjutkan langkahnya. Namun semakin lama langkah kaki tersebut semakin terdengar mendekatinya.
.tap.
Sakura menghentikan kakinya. Ia barusaja mendengar langkah yang begitu keras berada di belakangnya. Ya dibelakangnya! Tepat di belakangnya!
Ia merasakan aura panas disekitar tubuhnya. Lagi-lagi ia merinding dan manik emeraldnya terbuka lebar. Ketakutannya perlahan datang kembali. Memenuhi setiap rongga dada maupun kepalanya. Ingin rasanya ia mengelak dan menepis perasaan takutnya, namun perasaan itu dengan mudahnya mengalahkannya seketika. Jantungnya berdegup kencang. Telapak tangan dan kakinya terasa basah oleh keringat.
Siapa itu?
Ia mencoba membalikkan badannya dengan perlahan. Tentunya dengan tubuh yang bergetar. Bagaimana jika sosok yang ia lihat tadi benar-benar nyata dan berada di belakangnya? Bagaimana jika sosok tersebut akan membunuhnya?
Sakura sedikit melirik, tubuhnya belum sepenuhnya berbalik. Dari lirikan matanya, ia bisa melihat seseorang tengah berdiri dibelakangnya. Tinggi. Tinggu sekali. Dengan baju putih, kepala menunduk dan rambut yang menutupi wajahnya.
Disana.
Nyata keberadannya.
Ingin sekali ia menjerit saat itu juga. Dadanya bergemuruh. Rasa takutnya semakin meledak-ledak.
"UUUWW-hhhhnnnmmppphhh!"
Saat ia akan berteriak sebuah tangan kekar membekap mulutnya.
"Ssstt.. jangan berteriak." ujar sosok tersebut.
Setelah memastikan bahwa Sakura benar-benar telah tenang, soaok tersebut melepaskan bekapan tangannya. Sementara Sakura menatap sosok tersebut dengan cengi dan tatapan tak percaya.
"Kau belum pulang?" tanya sosok tersebut.
Sakura masih mematung dan mengerjapkan kelopak matanya. Sosok tersebut menatapnya bingung.
"Hey?" Sosok itu mengibas-ngibaskan tangannya tepat di depan wajah Sakura.
"Baiklah.. aku pergi dulu."
Sosok tersebut berbalik dan berjalan menelusuri lorong-lorong kampus dengan santai. Meninggalkan Sakura yang masih cengo di tempatnya. Sedetik kemudian ia mengatupkan bibirnya dan kembali mengerjap. Samar-samar dengan setitik cahaya lampu yang merembes dari celah jendela memperlihatkan sosok tersebut walaupun tidak jelas. Sakura terkejut. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Itu kan..."
.
xxxxxxXXXxxxxxx
.
Sakura berjalan melewati trotoar yang belum dipadati oleh pejalan kaki. Hari ini jadwalnya untuk menghadiri kuliah pagi hingga siang nanti. Pikirannya masih memikirkan kejadian kemarin yang cukup menguras seluruh stok keberaniannya. Pikirannya juga masih tertuju dengan sosok yang membekapnya. Ia masih ingat betul wangi dari parfum yang dipakai oleh sosok semalam. Begitu wangi, namun bercampur dengan aroma hewan walaupun samar-samar.
Namun yang masih membuatnya bingung.
Apakah sosok tersebut manusia?
Dan apa yang ia lakukan malam-malam begitu di kampus?
Ia masih menyangkal tentang sosok hantu dan manusia jadi-jadian. Menurutnya semua itu hanya ada pada sebuah novel atau cerita fiksi saja. Sungguh lucu jika karakter yang berada pada cerita tersebut bertransmigrasi ke dunia nyata. Mungkin saja karena novel atau buku dongeng tersebut tak laku dipasaran sehingga membuat karakter didalamnya berhijrah ke dunia manusia. Dan pasti akan ia tertawai jika itu memang benar terjadi.
Atau mungkin bayaran untuk perannya tidak mencukupi.
Pikiran aneh seorang Sakura Haruno mampu membuatnya tertawa sendirian. Untung saja Ino tak memergokinya, bisa-bisa ia akan dikerjai habis habisan oleh kuda poni pirang tersebut.
Tak butuh waktu lama untuknya sampai pada kampus dari apartemen miliknya. Jika berjalan kaki hanya membutuhkan waktu dua puluh menit. Dan itupun sayang kalau harus naik bus atau angkutan umum.
Sampailah ia pada halamn kampusnya. Ia bergegas mencari ruangan dimana dosennya akan mengajar. Seperti yang dikatakan sahabatnya, hari ini Iruka-sensei akan mengundi guna membagi kelompok untuk menjalankan tugas sejarah. Yah semoga menyenangkan dan mendapatkan partner yang bisa diajak untuk bekerja sama.
Namun disisi lain ia harap-harap cemas dengan partnernya tersebut. Siapakah gerangan?
Ah tak tau.
Setelah berputar-putar cukup lama, akhirnya ia menemukan ruangan tersebut. Lantas ia segera masuk. Di ruangan tersebut baru terdapat beberapa kawannya yang sudah stand by dan juga mahasiswa paling awal berangkat. Tak terkecuali pemuda berambut dark blue yang duduk di bangku bagian belakang pojok kiri. Pemuda tersebut menatap keluar jendela dengan bosan. Sakura memandanginya, lalu pandangan mereka bertemu. Gadis berambut senada dengan warna bunga sakura tersebut mencoba ramah dan melemparkan senyuman. Namun seakan tak tertarik, pemuda tersebut kembali menatap luar jendela.
Sakura sedikit terhenyak.
Ia segera mencari bangku dan duduk. Sesekali ia menoleh ke arah pemuda dark blue. Ia masih memandangi luar jendela dengan tatapan yang entah apa artinya.
Jam masuk pun berdering.
Semua teman-temannya sudah berada di ruangan dan juga dosen mereka. Iruka-sensei.
"Baiklah kita mulai saja pengundiannya. Jika sudah terpilih, segeralah kalan duduk sebangku dengan partner berkelompok kalian. Tidak ada yang boleh protes dan mencoba bertukar partner. Setelah itu kalian akan diberikan waktu dua minggu untuk segera mengerjakannya. Dan tentu saja mata kuliah yang lain selama itu akan diliburkan demi lancarnya kegiatan kalian. Nilai ini akan menentukan tambahan nilai lulus tidaknya kalian. Mengerti?!" jelas Iruka-sensei.
"Ha'i" ujar mereka serempak.
Iruka-sensei segera mengeluarkan sebuah kotak plastik yang cukup besar berisi gulungan kertas. Tentunya pengundian untuk menentukan kelompok. Iruka-sensei mulai mengocok toples tersebut. Lantas ia membuka tutup toples dan kemudian mengambil dua buah gulungan kertas secara acak. Iruka-sensei membuka kertas tersebut.
"Hyuuga Hinata dengan Aburame Shino."
Seisi ruang kelas bersorak. Berbeda dengan seorang pemuda dengan tato merah meruncing di kedua pipinya terlihat tak terima. Memang kedua pemuda aneh tersebut menyukai sosok gadis manis berambut indigo. Sakura sedikit cemas, siapa yang akan menjadi rekan kelompoknya. Ia berharap agar bukan si kuning berisik yang terpilih dengannya. Tak lain Uzumaki Naruto. Sosok pemuda yang terlewat hiperaktif dan tentunya menjengkelkan yang diketahui menyukai Sakura.
Jangan... jangan dia..
Pastinya ia akan kerepotan jika memang benar benar satu kelompok dengannya.
Iruka-sensei masih terus mengundi. Detak jantungnya semakin berdetak kencang. Ia mencoba menoleh kearah belakang, dimana sosok pemuda dark blue duduk. Uchiha Sasuke. Disana!
Ia tertidur.
Terlihat sekali jika pemuda itu benar tak tertarik. Sakura menghela nafas.
"Haruno Sakura..."
Sakura segera menoleh kearah dosennya yang menyebutkan namanya. Siapa.. siapa? siapa yang akan menjadi partnernya. Ini berbahaya, si kuning berisik masih belum terpilih. Ia terus berdoa agar bukan dengan pemuda kuning itu pokoknya.
"..dengan Uchiha Sasuke."
Deg.
Deg.
Uchiha...
...Sasuke.
"Kalian mendapat tugas makalah tentang Gunung Fuji." ujar Iruka-sensei.
Gunung Fuji?
Itu berarti ia akan bersama pemuda dark blue itu selama 2 minggu di gunung Fuji?
Entah ia harus merasa bagaimana. Disisi lain ia bersyukur tidak berpartner dengan pemuda kuning itu. Namun disiai lain apakah ia bisa- bukan tepatnya pemuda itu bisa diajak bekerja sama?
"H-hai sensei."
Sementara itu Iruka-sensei masih melanjutkan pengundian pembentukan kelompok. Samar-samar ia mendengar Naruto mencoba protes pada dosen tentang pengundian tersebut. Ia tak terima jika ia tidak dikelompokkan dengan Sakura. Dan apada akhirnya pemuda kuning itu mendapatkan sebuah pukulan indah pada kepalanya hingga meninggalkan sebuah gundukan bola tennis di kepala.
Sakura terdiam.
Ia masih memproses dan mencerna situasinya.
Sekali lagi ia meyakinkan dirinya. Apakah bisa pemuda itu diajak bekerja sama?
Jika dilihat dari wajah pemuda yang bernama Sasuke itu, tak ada minat dan keseriusan yang terpancar. Sakura menjadi sedikit ragu.
"Oke baiklah.. mulai besok kalian kerjakan tugas ini dengan sungguh. Sertakan beberapa foto asli yang kalian ambil dari tempat tersebut. Dua minggu lagi kita berkumpul disini dengan makalah yang benar-benar telah selesai. Saya tidak menerima alasan lain. Segeralah kalian berpindah bangku dengan partner kalian masing-masing dan rencanakan langkah apa yang lakukan untuk memulai tugas." Iruka-sensei memberi instruksi.
Dengan segera mereka semua berpindah tempat sesuai kelompok masing-masing yang telah ditentukan. Naruto bersama Lee mendapat tugas ke Kyoto tentang ibukota bersejarahnya. Tak menyangka apa yang terjadi pada kedua manusia yang sangat aaahhh- begitulah.
Sakura mendekat ke bangku Sasuke. Pemuda itu terlihat masih tertidur dengan pulasnya. Sakura mencoba,untuk membangunkannya dengan menggoyangkan pundak pemuda tersebut.
1 detik.
2 detik.
3 detik.
Belum ada tanggapan.
Ia kembali menggoyangkan badan pemuda tersebut dan memanggilnya.
"Sasuke-kun..." panggilnya dengan sedikit keras.
Pemuda itu tersentak. Ia mendongakkan kepalanya, dengan mata sayu ia menatap Sakura.
"Hn?"
"Sasuke-kun.. kita terpilih menjadi satu kelompok dan diberi tugas untuk membuat makalah tentang gunung Fuji."
"Hn."
"Yoroshiku onegaishimasu."
Sakura membungkukkan badannya berharap ada respon yang lain selain'Hn' saja.
"Denganmu?"
Sakura menegakkan badannya dan menatap Sasuke. Kemudian gadis berambut sakura tersebut mangangguk.
"Baiklah. Kapan?"
Apa? singkat sekali? benar-benar dingin dan cuek orang ini.. dan apakah ia tidak mendengarkan penjelasan Iruka sensei?
"Mulai besok ini dan dua minggu kedepan kita akan berada di gunung Fuji." ujar Sakura.
"Hn"
.
To Be Continued or Delete?
.
Minna-san! perkenalkan saya author baru di fandom ini. Ada sedikit ide cerita yang muncul begitu saja dan saya berniat untuk membaginya agar para readers semua terhibur.
Anggap saja fic ini sebagai salam perkenalan saya.
Nah bagaimana menurut kalian?
